[[ LO GAK LUPA KAN? GUE SIBUK ]]

459 32 5
                                    

Qilla PoV.

Sebel! Satu kata buat Kak Rezky dan Kak Yezky

Tapi gak senyebelin ngidamnya Ibu pas nyuruh aku beli sesuatu malem-malem di rumah Mpok Weni. Sendirian lagi, eh sama Faqih sih.

Kini sudah seminggu setelah kejadian memalukan di rumah Faqih aku mogok berbicara sama mereka berdua.

Aku juga mulai menghindari Faqih. Gak tau alasannya kenapa? Rasanya gak pengen ketemu dengannya dulu.

Tapi hari ini! Aku kangen sama suara Faqih! OMG, otakku sudah gak waras. Gak bakalan aku kangen sama musuh sendiri!.

Huhuhu... Mau nangis aja.

Faqih juga udah rada gak jail. Malahan dinginnya minta ampun. Hingga rasanya ingin aku leburin si Faqih biar gak dingin lagi. Dia juga udah lupa kayaknya sama soal tunangan kita.

Oh ya, ngomong-ngomong soal tunangan. Aku sama Faqih bakalan ditunangin kurang lebih seminggu lagi. Pengen banget aku batalin acaranya. Gak mau aku sama cowok kaya Faqih!.

Tok.. tok.. tok..

"Qilla, buka pintunya. Ibu mau masuk,"

"Buka aja bu, pintunya gak Qilla kunci kok"

Cekrek. Pintu terbuka dan munculah sesosok ibu yang tersenyum kepadaku.

Ibu berjalan kearahku sambil mengelus-elus perutnya yang mulai kelihatan kehamilannya.

Ibu duduk disebelahku lalu mengelus rambutku dengan penuh sayang.

"Ada apa bu?"

"Gini Qil, berhubung kamu satu minggu lagi sama Faqih tunangan. Emmm... Ibu rasa kamu harus perbaiki sikap kalian berdua. Ibu tau kejadian kamu sama Faqih di masa lalu. Ibu tau semuanya tentang kamu. Tapi Ibu mohon sama kamu, baikanlah sama Faqih. Lupakan dendam kamu di masa lalu. Lupakan semuannya dan buka lembaran baru lagi bersama Faqih. Lebih baik kamu bicarakan baik-baik sama Faqih tentang masa lalu kamu. Ibu yakin kalian cuma salah faham. Ibu tahu kamu sama Faqih masih sangat muda untuk ditunangkan, tapi kami sebagai orang tua ingin ngasih yang terbaik buat kalian berdua. Ibu harap kamu mau buka lembaran baru lagi bersama Faqih tanpa dendam dan amarah."

Aku terdiam mendengarkan, mencerna, dan memahami baik-baik kata-kata yang diucapkan oleh Ibu.

Ibu harap kamu mau buka lembaran baru lagi bersama Faqih tanpa dendam dan amarah.

Kata-kata ibu terus terulang di ingatan memoriku.

"Perbaikilah sekarang. Faqih ada di warung sate pengkolan komplek. Samperin, lalu ajak bicara baik-baik"

"Maaf ibu lancang ikut urusan kamu. Ibu percaya sama kamu, kamu sudah dewasa, kamu sudah cukup matang dalam berfikir dan mengambil tindakan. Ibu keluar ya."

Aku menatap punggung ibuku yang kian lama kian menghilang dibalik pintu kamarku.

Samperin? Enggak? Samperin? Enggak? Samperin?

Ah, masa bodo. Gengsi nih.

Tapi...

Aku merebahkan tubuhku dengan kasar lalu memandang langit-langit kamar.

Aku menutup rapat mataku menikmati angin yang berhembus masuk melalui balkon kamarku.

Tak berapa lama aku membuka mata dan beranjak dari kasur untuk mengganti pakaian.

Persetan dengan gengsi! Aku sudah muak dengan keadaan ini. Jika Faqih bisa membuka lembaran baru bersamaku maka aku akan mulai menerima pertunangan ini. Kalau tidak bisa, maka itu bukan kerugian buatku. Tapi...

Enemy To Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang