[[ CRY? ]]

373 28 1
                                    

Maaf, gue baru sempag publish lagi dan lanjutin lagi part ini. Harap maklum gue lagi sibuk-sibuknya sama tryout dan teman-teman sebangsanya.
🄼🄰🄽🅃🄰🄽🄺🅄 🅃🅄🄽🄰🄽🄶🄰🄽🄺🅄

Qilla PoV.

Bruk!

"Aw!" teriakku karena kini aku terjatuh di koridor menuju kelas, dan penyebabnya adalah seseorang yang dengan sengajanya menyenggolku.

Aku menatap kaki jenjang seorang lelaki yang melintasiku dengan ringannya.

Aku mengadahkan kepala melihat wajahnya yang kini sedang tersenyum miring.

Faqih! Sialan!

Kemarin malam sosweet, lah ini!

Aku berdiri dengan kesal tanpa membersihkan rok seragam, dan langsung berlari untuk mengejar Faqih.

Faqih yang cepat menangkap maksud dari gerak-gerikku, dirinya langsung lari untuk menghindar.

"Faqih, sini lo!" teriakku yang kurasa suaraku menggema di bangunan sekolah tepatnya di koridor tempat aku mengejar Faqih.

Teriakanku lumayan menyita para siswa-siswi. Mulailah mereka berbisik-bisik satu sama lain.


Aku terus berlari kencang mngejar Faqih yang sedari tadi memeletkan lidahnya.

Hingga aku dicegah oleh seorang lelaki yang tak lain kak Arhan.

Aku memberhentikan lari dan mulai mangambil pasokan udara sebanyak-banyaknya untuk masuk ke rongga hidungku.

Kak Arhan mengelapkan tissue ke pelipisku yang kurasa keringatan.

"Makasih kak,"

Siswa-siswi pun masih tak luput memandang kearahku.

"Dia junior kita gak sih? Centil banget sama Athur!"

"Iya, tadi sama junior kita juga yang namanya Faqih sekarang sama Athur!"

"Gila cabe banget!"

Aku yang mendengar itu dari mulut kakak kelasku pun langsung menundukkan wajahku.

"DIAM!"

Kudengar kak Arhan berteriak entah kemana, tapi bisikkan-bisikkan dari para kakak kelasku pun langsung menghilang dengan sekejap.

Aku dengan pelan-pelan mengangkat wajahku memandang wajah kak Arhan yang ternyata sedang menahan amarah melihat teman-temannya.

Aku menoel lengan kak Arhan lalu menggeleng.

"Emm.. Kak, lebih baik aku ke kelas. Makasih sekali lagi"

"Tapi Qil,"

"Qilla,"

Aku berjalan pergi dari hadapan kak Arhan dengan cepat tanpa menghiraukan panggilan kak Arhan.

Para siswi pun mulai berbisik-bisik lagi yang sangat jelas masuk ke indra pendengaran bahwa mereka membicarakanku.

"DIAM!!"

Enemy To Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang