Twenty Eight

4.2K 670 48
                                    

Wonwoo melangkahkan kakinya gontai memasuki flatnya sepulang sekolah. Hari ini, ia pulang lebih malam karena ada persiapan menjelang ujian semester. Kemudian ia merasa kehausan dan berniat mengambil minum di dapur. Ia membuka kulkasnya dan mendapati beberapa bahan makanan yang belum termasak. Wonwoo tidak terlalu ingin memperhatikannya dan langsung mengambil air dingin yang ada disana. Menuangkannya dalam gelas, lalu meneguknya.

Wonwoo lalu berjalan menuju kamarnya setelah menenggak airnya. Ia berjalan melewati kamar Mingyu yang tertutup. Seperti tertahan, kini Wonwoo malah berdiri di depan kamarnya dan membuka pintunya.

Kosong.

Mingyu sudah tidak ada disana.

Wonwoo memasuki kamar tersebut dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang ada disana. Ia menelungkupkan wajahnya pada bantal yang pernah di pakai Mingyu. Aroma Mingyu masih jelas tertinggal disana, meskipun ini sudah beberapa minggu Mingyu meninggalkan rumahnya.

Wonwoo sama sekali tidak habis pikir. Heol, mungkinkah Mingyu menyemprotkan parfumnya banyak-banyak di dalam kamar ini sebelum ia pergi?

Kemudian badannya berguling hingga ia menatap langit-langit kamar. Menerawang mengingat percakapan terakhirnya dengan Mingyu.

Benar sekali, seperti kata lelaki itu. Mingyu sangat sibuk mengurus perusahaan baru dengan ayahnya. Bahkan lelaki harus membagi waktunya dan membuatnya harus belajar untuk persiapan ujian ketika istirahat kelas. Wonwoo pernah sekali datang ke kelas Mingyu dan melihat Mingyu yang tengah serius belajar waktu itu. Membuatnya mengurungkan niat untuk memanggil Mingyu.

Sementara itu sepulang sekolah, Mingyu harus langsung pergi ke perusahaan ayahnya. Entah apa yang mereka kerjakan. Mingyu sendiri bahkan memiliki supir yang menjemputnya sekarang. Membuat Wonwoo sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menemuinya.

Mingyu memang sesekali menelponnya, atau mengirim pesan. Tapi itu sangat jarang sekali. Bisa dihitung jari.

Wonwoo berguling kembali, menelungkupkan wajahnya pada bantal milik Mingyu. Saat ini ia seharusnya fokus pada ujiannya. Bukan memikirkan hal-hal seperti itu.

Lagipula Wonwoo sudah berjanji pada Mingyu.

Berjanji untuk menunggunya.

Wonwoo tenggelam dalam pikirannya akan Mingyu. Hal tersebut membuat dirinya mengantuk, dan kemudian tertidur.

•••

"Won... Wonnie..."

Wonwoo merasakan sesuatu menepuk-nepuk pipinya. Selain itu ia mendengar suara yang cukup familiar.

Wonwoo mengerjap-ngerjapkan matanya dan melihat sesosok familiar yang sangat ia kenal.

Siapa?

Mingyu-ssi?

Benar! Itu Kim Mingyu!

Wonwoo langsung membelalakkan matanya dan terbangun dari tidurnya. Ia kemudian terduduk dan mendengar Mingyu terkikik kecil di sampingnya.

Wonwoo memandangi Mingyu lekat-lekat. Lelaki yang sudah lama tidak ia temui kini berada sangat dekat dengannya. Apakah ini mimpi?

Wonwoo menggigit bibir bawahnya sekilas. Sakit. Berarti bukan mimpi.

"Hey, sedang apa kau disini, eoh?" Mingyu bangkit lalu berjalan keluar dari kamarnya. Wonwoo kemudian mengekor di belakangnya seperti anak ayam.

"Tapi ini bagus sekali, Jeon Wonwoo. Lebih baik kau ketiduran di kamar daripada di sofa."

Wonwoo menatap dirinya sendiri yang masih mengenakan baju seragam. Ia kemudian melihat ke arah Mingyu yang sudah mengganti seragamnya dengan celana panjang berwarna hitam dan kemeja lengan panjang warna biru yang sudah ia tekuk lengannya hingga mencapai siku.

My Nasty Wonnie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang