6. 10 Hari Kemudian

358 24 1
                                    


Jakarta, Jumat, 18 Agustus 1989

Pagi yang cerah masih menerangi area rumah sakit. Beberapa pasien-pasien meluangkan waktunya untuk menghirup udara segar di taman milik rumah sakit. Harapan demi harapan cukup membuat Julian dan Pertiwi betah untuk menginap di rumah sakit. Karena harus menjaga Alga yang masih terbaring koma. Julian dan Pertiwi terus berharap agar Alga tersadar dan bisa melanjutkan aktifitasnya sebagaimana biasa.

Julian mengingat-ingat lagi pertemuan pertamanya dengan Alga yang pada saat itu tengah menolongnya dari todongan pisau belati milik Danial. Kalau melihat Alga yang terbaring lemah di atas ranjang seperti itu, Julian merasa bagai kehilangan saudara sekandungnya. Entah apa yang membuatnya merasa aneh kalau harus melihat Alga terbaring lemah tak berdaya seperti ini. Alga yang membuatnya menjadi pemberani. Berani untuk mendekati Pertiwi. Berani untuk melawan Danial. Julian tersadar, bahwa Alga sangat banyak membantunya dalam sebulan ini. Sungguh amat disayangkan kalau Alga harus pulang ke asalnya dalam keadaan koma seperti ini.

Namun sebuah harapan muncul ketika jari manis Alga bergerak. Kelopak matanya ikut bergerak-gerak. Julian dan Pertiwi tersontak bahagia. Julian langsung memanggil Dokter untuk memeriksa keadaan Alga.

Dokter pun datang dan memeriksa keadaan Alga. Alga tersadarkan. Ia terbangun dari masa komanya selama 10 hari. Julian dan Pertiwi tersenyum bahagia menyaksikan kejadian itu secara langsung. Pertiwi cepat-cepat menghubungi Danial lewat telepon rumah sakit untuk memberikan kabar bahwa Alga sudah terbangun dari komanya.

"Gue dimana?" tanya Alga berdesis. Ia dapat melihat wajah Julian yang tersenyum penuh kebahagiaan. "Julian... gue dimana?"

"Kau dirumah sakit. Lebih baik kau jangan banyak bertanya dan bergerak dulu!"

Setelah Dokter memeriksa Alga, Dokter pun berkata, "Luka di kepala Alga sudah mengering, kemungkinan, sore ini Alga sudah bisa di bawa pulang!"

Kebahagiaan Julian bertambah.

~

Di taman rumah sakit yang sejuk, Julian membimbing Alga duduk di bangku taman untuk menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi dan terlewatkan oleh Alga.

"Apa aja yang udah gue lewatin, Jul?" tanya Alga, keadaannya cukup membaik.

Julian terdiam sebentar. Sebenarnya ia malas untuk mengingat-ingat lagi kejadian yang cukup menyakitkan hatinya itu. Namun bagaimanapun Alga sudah memintanya untuk bercerita, dan ia tidak bisa menolak.

"Sebelumnya aku berterima kasih banyak padamu, Alga. Karena kau sudah menyelamatkanku sepuluh hari yang lalu"

"Sepuluh hari?" ulang Alga. Dia tidak mempercayainya. Ia langsung panik sendiri, "Berarti gue udah koma selama sepuluh hari, dong? Terus... ini tanggal berapa? Udah tanggal 21, belum? Gue harus pulang, Jul...! Gue harus ke mesin waktu!"

Julian berusaha menenangkan Alga. "Kau tenang dulu, Alga"

Alga pun berusaha menenangkan dirinya.

Julian melanjutkan, "Kau belum terlambat untuk kembali ke asalmu. Ini masih tanggal 18 Agustus. Kau masih punya beberapa hari lagi!"

Mendengar pernyataan Julian, Alga merasa lega.

"Kau menolongku dan Danial dari mobil yang melaju kencang tanpa kendali, sehingga mobil itu menabrakmu, dan kau mengalami pendarahan yang sangat hebat, sehingga membutuhkan donor darah. Rumah sakit kesulitan mendapatkan donor darah yang segolong dengan golongan darahmu! Tapi untungnya, kau mendapatkan juga donor darah itu dari seorang pendonor!"

KALA (FINISHED)Where stories live. Discover now