5. Dua Minggu

358 26 2
                                    


Jakarta, Senin, 7 Agustus, 1989

Sore menjelang petang, Alga tengah membantu Bi Isah mencuci piring. Kegiatan bimbel yang diadakannya bersama Julian dan Pertiwi hampir selesai. Kemudian Alga teringat akan sesuatu. Sambil mencuci piring, ia mengatakannya pada Bi isah.

"Bi... Julian tadi bilang, katanya dia kepengen dibikinin jus! Tapi jus yang kemaren di buat sama Bibi. Gak tau deh jus apa?!"

Bi Isah mengernyitkan kening. "Jus yang seperti kemarin? Jus buah apa, ya, yang bibi buat kemarin untuk Tuan Muda?" Satu detik. Lima detik Bi Isah berpikir, akhirnya ia teringat. "Oh.. iya-iya ingat-ingat!

Alga yang merasa, Bi Isah sangat dekat dengan Julian, memberanikan diri untuk menanyakan hal yang bersifat personal pada Bi Isah. "Bi Isah... namanya Julian itu di ambil dari bulan Juli ya, Bi?" tanya Alga.

Bi Isah yang ingin membuka kulkas, malah terpaku kepada Alga. Rasa malsanya terjaga. Ia lebih suka menghiraukan orang yang berbicara kepadanya ketimbang melakukan hal yang pertama kali ingin ia kerjakan. Bi isah mengangguk, "Iya, Den. Namanya Tuan Muda di ambil dari nama bulan kelahirannya; bulan Juli"

"Nah, kalo Julian lahirnya bulan Juli, kok aku gak pernah ngeliat dia ngerayain ulang tahun selama bulan Juli? Ini aja udah bulan Agustus, Bi!" Alga membingung.

"Mmm..." Bi Isah geleng-geleng. "Den Alga saja baru datang kemari saat sepuluh hari yang lalu. Lebih tepatnya tanggal 21 Juli. Sedangkan Tuan Muda berulang tahun tanggal 8 Juli"

"8 Juli???" ulang Alga.

Bi Isah masih berbicara pada Alga yang melamun. "Lagipula, ulang tahun Tuan Muda kemarin juga tidak dirayakan, Den!"

Bi Isah tidak menyadari bahwa Alga tengah berpikir keras. Alga bertanya-tanya sendiri. Kok tanggal lahir Julian bisa sama, ya sama tanggal lahirnya... Lalu Alga menggeleng-geleng. Mencoba untuk tidak menghiraukan prasangkanya. Ah paling hanya kebetulan saja. Kemudian Alga tersadar. "Kenapa ultah Julian gak dirayain, Bi?" rupanya kata-kata Bi Isah tadi masih terdengar oleh Alga, walaupun ia tengah melamun sendiri.

"Ultah itu apa, Den?" Bi Isah balik bertanya.

"Ultah itu ulang tahun, Bi!" tanya Alga.

Bi Isah manggut-manggut, paham. "Ultahnya memang tidak dirayakan. Bibi hanya memasak banyak untuk makan malam Tuan Muda dan Tuan Besar di rumah. Bibi juga membuat kue ulang tahunnya, tapi tidak ada yang memakannya, karena Tuan Muda merajuk!"

"Merajuk???" Alga berpikir. Lagi-lagi ia lupa bahwa ini adalah tahun 1989. Wajar kalau gaya bahasanya sangat baku. "Ngambek maksudnya, Bi?" tanya Alga.

"Ya... begitulah"

"Ngambek gimana, Bi?"

"Tuan Muda Julian juga merajuk karena Tuan Besar sudah menjanjikannya makan malam bersama sekaligus merayakan ulang tahun Julian di rumah. Tapi nyatanya, Tuan Besar malah kerja lembur di kantornya. Itulah yang membuat Tuan Muda merajuk pada Tuan Besar, Den Alga! Bibik juga sudah capek-capek memasak, tapi tidak ada yang makan."

Alga manggut-manggut, paham. Sejurus berpikir kasihan pada Julian. Ia masih beruntung, tahun lalu di tahun 2015, Mama dan Kak Anya masih setia memberikan kue ulang tahun berikut juga dengan surprise-nya. Tapi, Alga malah mengabaikan surprise itu dan bahkan memilih untuk tidak memakan kue yang dibelikan oleh Mama dan Kak Anya. Alga memilih untuk meniup kue ulang tahun berukuran kecil yang dibelinya sendiri dan ditancapkan satu lilin kecil, kemudian di tiupnya lilin itu di atas makam Papa. Dia hanya merindukan Papa, dan ingin merayakan ulang tahun bersama Papanya.

KALA (FINISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang