Romantika 12

336 24 0
                                    

Tugas terakhir untuk mencintaimu adalah, belajar hidup tanpa kamu.

💔

Malam ini, aku memutuskan untuk jalan-jalan sendiri. Sisa kenangan yang akan aku tinggalkan, aku ingin melewati dan mengenang banyak hal itu satu kali lagi. Menyimpannya untuk yang terakhir.

Menonton bioskop, makan satai ayam, belanja ke Mall...

Kita tidak begitu lama 'kan, Roma? Seharusnya itu lebih cepat untuk melupakan kamu.

Tin...

Tin...

"Cantik!"

Aku terkejut ketika seseorang menarik tanganku kuat, lalu mendekapku dengan erat.

Usapan lembut di kepalaku, aku harap itu kamuㅡandai aku tidak menyadari siapa pemilik act of service ini.

"Are you ok?"

Tanganku bergetar, jadi aku mengepalkan tangan dengan kuat. Aku tidak sadar dengan apa yang terjadi padaku. Semuanya kosong. Saat aku menyadari bahwa semua hal yang baru dimulai, harus aku lepaskan secepat yang tidak aku kira.

"Aku nggak apa-apa. Maaf. Terimakasih."

Aku berusaha menjauh, tetapi kamu tidak membiarkan aku pergi kali ini.

"Can..."

"Iya?"

"Kasih aku kesempatan kedua, boleh?" Kamu mengatakan kalimat itu. Jadi, aku mendongakkan kepala. Menatap air wajah kamu yang tampak serius. Walau aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kehidupan kamu sekarang.

Semuanya sudah berubah. Rasa itu juga sudah lama hilang.

"Buat apa?"

"Aku sadar telah menyakiti kamu. Aku mau minta maaf untuk itu. Aku merasa bahwa setelah kepergianmu, aku tidak menemukan cinta yang tulus. Aku hanya menemukan kamu, Can... Maaf, untuk terlambat menyadari ini. Jadi, bisakah aku mendapatkan kesempatan kedua? Kamu bilang, everyone has a second chance 'kan?"

Aku tersenyum kecil.

"Aku mau menghapus air mata kamu ketika sedih. Aku akan buat kamu tertawa dan bahagia lagi seperti dulu. Aku akan bilang sama seluruh alam semesta jika aku satu-satunya punyamu. Aku orang paling jahat yang pernah kamu temui 'kan, Can? Boleh aku perbaiki semuanya?"

"Bapak ditolak sama Bu Reya, ya?"

"Can..." Kamu menatapku dengan dalam.

"Cantik 'kan enggak penting. Katanya cinta anak kecil itu cuma main-main 'kan? Baru sekarang Cantik sadar kalau yang Bapak bilang itu benar."

"I just... Realized that you are the only one I loved and i'm looking for all my life, Can... I hope you can gimme a second chance."

"But you're not, Pak... It's not you, Pak Anugrah..." Air mataku jatuh, "I found him. Really. I really found someone i looking for all my life too. And same on you, he can't i have. And... Me too, I just realized that I just your second choice. I don't want it. I'm a main character in my life."

Aku menghela napas sesaat.

"Laki-laki yang paling tahu apa yang aku butuhkan. Orang yang selalu mengapresiasi hal kecil yang aku lakukan. Orang yang enggak pernah capek untuk memperjuangkan aku. I found him..."

"But he leave you."

Aku mengangguk, menganggukkan kepala dengan kuat karena apa yang kamu bilang itu benar. Roma tidak ada bedanya dengan kamu, ternyata.

Sebab, dari seluruh pencarianku, aku hanya menemukan Roma Januar Dalton. Bukan menemukan seseorang yang selama ini aku cari.

"Ayo pulang!"

Aku terkejut ketika tiba-tiba Roma datang. Menatap mata kamu dengan tatapan garang.

"Roma?"

"Buat apa datang ke sini?" Tatapan Roma kepadamu, itu benar. Aku benar-benar belum pernah merasa dicintai seperti ini sebelumnya. "Cantik is mine. Can you hear me? Don't touch her!"

*

"Kamu kenapa marah banget sam Mas Veron gara-gara Mbak Vanila?"

Kamu diam. Duduk sambil mengetik sesuatu di depan layar laptopmu.

Aku kira yang tadi terjadi di antara kami, adalah jawaban atas semua pertanyaan bahwa kamu tidak berubah sama sekali. Nyatanya tidak memperbaiki apa-apa. Kamu tetap mengabaikanku.

"Besok kamu terbang ke Jogja. Aku udah siapin tiket pesawat buat kamu."

"Roma!" Dadaku berdenyut nyeri. Aku tidak percaya dengan yang Roma barusan bilang. Apa maksudnya? "Tadi kamu bilang... Bilang sama Pak Anugrah kalau aku punyamu. Kenapa kamu bawa aku pergi?"

"Kamu nggak boleh sakit karena cowok yang sama, Can. Be smart!"

"Ya terus apa? Cantik udah nggak pernah sayang lagi sama dia!"

"Kamu masih nangisin dia, can't you see it? Dia juga sering bolak-balik ke Jakarta buat cari kamu, kan?"

Aku tersenyum pedih, lebih tepatnya, kecewa dengan Roma.

"Bukan karena dia... Aku nangis bukan karena dia."

"Aku nggak bisa lihat kamu ada di sekeliling Vanila. Aku harus memastikan kamu benar-benar pergi ke Jogja. Aku juga sudah carikan kamu pekerjaan yang cocok sama kamu. Gaji kamu istimewa, tenang saja."

Aku menatap kamu dengan kecewa.

Vanila lagi. Apa sebenarnya hubungan kamu dengan Vanila, sih?

"Fuck you!" Aku berteriak kencang. "Kamu nggak perlu lakuin semua itu! Batalin tiketnya, tanpa kamu minta, aku nggak akan pernah lagi ada di antara kalian."

Roma tersenyum. Bukan, bukan. Itu lebih tepat dengan menyeringai dibanding senyuman. Tetapi sama saja terasa perih untuk aku rasakan. Aku tidak pernah berharap mendapat perlakuan ini dari Roma.

"Cantik... Mungkin masa lalu kamu benar. Untuk apa mempertahankan kamu jika bahkan, kamu berdiri di antara Veron dan Vanila?"

"Kamu nggak punya hak buat judge aku kayak gitu. Kamu sendiri, kamu pikir kamu siapa? Merasa paling pahlawan buat Mbak Vanila? Bedanya kamu sama aku apa kalau aku benar kayak yang kamu pikirin itu? Kamu datang ke tempat mereka hanya untuk Mbak Vanila 'kan?" Napasku terengah-engah. "Kedepannya, jangan pernah ketemu aku lagi."

Berat, dan sangat sakit. Tetapi kecewa benar-benar mendominasi perasaanku kali ini.

"Ketemu kamu, cukup satu kali aja di hidupku."

Aku berbalik, memilih untuk pergi dari sini dan meninggalkan semua kenangan yang pernah kita ukir bersama.

Dari awal, seharusnya aku sadar kamu gila.

Hanya saja, tepat ketika aku hendak membuka pintuㅡkamu menahanku. Menyudutkanku di dinding. Dan dua bola mata kita saling menyatu.

"Apa lagㅡ"

Aku tidak bisa menahan kamu ketika ciuman itu terjadi.

Nyatanya, entah sejak kapan, kamu adalah kelemahan terbesarku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RomantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang