Romantika 07

587 46 0
                                    

Tugas terakhir untuk mencintaimu adalah membuat kamu percaya bahwa aku adalah mantan paling brengsek yang kau punya. Agar kelak, wanitamu merasa berharga.

💔

Kita berdua memang pernah saling membahagiakan, sebelum kamu memilih menjalin kembali dengan dia.

Kita berdua memang pernah saling berbagi tawa, sebelum kamu menaburkan dengan luka.

Cukup.

Detik ini aku akan mulai mencari definisi dari melepaskanmu.

Sebab setelah kamu bersamanya, tersisa aku sendirian bersama sakit akan kenang yang kau tinggalkan.

💔

"Resign, mau?"

Aku menggeleng tegas. Enak aja belum jadi apa-apa nyuruh-nyuruh.

"Kenapa?"

"Nggak bisa masuk sana lagi setelah resign."

"Tapi, aku bisa kasih kamu gaji yang besar."

Aku berhenti mencokoti cakar ayam sambal kacang. Uh, aku memaksa Boss Gila dengan mobil mewah itu mampir ke pinggir jalan. Aku memesan cakar ayam sambal kacang 5 biji memakai lontong.

Aku kira, Roma akan jijik dengan makanan pinggir jalan. Tetapi ia malah habis 30 tusuk satai ayam. Baguslah.

"Gaji dari Mas Veron juga besar. Lagian ya, aku di sana itu udah nyaman sama pekerjaan dan juga teman-temanku. Gaji itu gak terlalu penting selama bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari."

"Aku kasih kamu posisi yang sama, Can."

"Gini, Roma. Bukan jabatan saja tetapi bagaimana cara team bekerja. Gue itu orang yang sulit mencari partner dengan visi misi sama. Mas Raka dan Mbak Dilla udah cocok buat mencukupi itu semua."

Bibir Roma melengkung ke bawah. Ah, Roma.... Jangan menunjukkan raut sedih itu kepadaku. Padahal aku tahu semua yang Roma lakukan bukanlah bentuk keseriusan.

Ini hanya sementara, jika Roma bosan nanti--aku sudah tidak bisa mendapatkan pertolongan Veron karena aku pernah meninggalkannya. Atau jika memang aku harus resign, akan kulalukan nanti ketika sudah ada waktunya sendiri.

"Bagus."

"Apanya yang bagus?"

Aku mengambil satu cakar ayam lagi, mengemutnya merasakan saus kacangnya. Sebenarnya, aku nggak suka cakar ayam. Ribet sekali makannya. Tetapi selagi tanggal tua, aku akan memakan ini sebagai pengganti satai.

Omong-omong, karena aku memaksa Roma makan di sini, aku diminta pria itu untuk membayarkan. Bangsat, bukan? Tapi ya sudahlah. Selama pria itu mau mengantar jemputku setiap hari. Aku bisa irit bensin.

"Prinsip kamu. Cewek itu bagus kalau punya prinsip, dia nggak akan gampang terkena rayuan."

Sayangnya kamu salah, Roma. Karena ketika jari-jari besar tanganmu mengusap lembut daguku, aku telah jatuh dalam rayuanmu.

"I wish."

"Eh, hujan ya?"

"Ha?"

Aku melihat di balik tirai kedai satai itu. Ya, hujan memang turun meski masih rintik-rintik.

"Cepetan makannya. Sebelum hujannya deras."

Aku memasukkan lontong dengan buru-buru. Roma segera keluar.

"ROMAAA!"

Lagi, kukira ia akan meninggalkanku ketika sedang 'butuh-butuhnya'. Well, tempat ini sangat jauh dari rumahku. Aku tidak membawa payung atau mantel yang bisa melindungi tubuhku dari hujan.

"Semuanya berapa, Pak?"

"Empat puluh ribu."

"Murah banget. Kembaliannya ambil aja Pak." Roma memberikan selembar uang seratus ribu pada pedagang satai tersebut.

"OMAAAA!"

Mulutku penuh, aku tak bisa bicara dengan jelas.

"Weangwaya."

Cowok itu, tentu saja Roma. Dengan payung pink yang sudah ada di tangannya, tidak memahamiku. Jadi aku mengulang saat sudah menelan makanan itu.

"Gue yang bayar."

"Nggak perlu. Buruan ayo."

Aku memasukkan cakar ke mulutku dan membawa satu yang tersisa. Yang penting lontongnya sudah habis, jadi tidak mubazir.

"Ao Oma."

Roma membuka payung, mengajakku masuk ke dalam mobilnya. Tentu saja, aku mengikuti Roma dan masuk ke mobilnya saat pintu mobil pria itu dibuka.

"Ada tissue?"

Roma mengambil piring di jok belakang. Satai dua belas tusuk dan tiga cakar ayam yang tentu saja membuatku bahagia.

Aku melihat ke arah Roma dan berbinar-binar.

"Ketawan. Orang kayak kamu, makan dikit aja pasti gak cukup." Ujar Roma mengkesal.

"Makasih, Roma emang pengertian."

"Tapi bayar sendiri ya. Piringnya gue aja nggak apa-apa. Eh, yang tadi uangnya kamu ganti 'kan?"

"Oewania?"

"Hah?" Roma mengerutkan dahi.

"Lo bercanda?"

"Kan kamu udah janji."

Iya juga sih. Tapi kan, "Bangsat!"

"Hey... Jadi cewek gak boleh ngomong kasar."

"Habisnya kesal!"

-----

Hi,

Suka?

Jangan lupa vote dan komentar.

RomantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang