fourteen - 열넷

398 47 3
                                    

Langit mulai terlihat gelap dan aku masih berjalan menuju rumahku bersama Jimin. Mungkin ini terlihat aneh, karena biasanya aku pulang menuju rumahku bersama Taehyung, bukan Jimin.

"Uhm, lalu bagaimana dengan tempat tinggalmu sekarang? Kau tinggal di rumah, apartemen, atau semacamnya?" Ucapku berbasa-basi padanya di sela-sela perjalanan ini.

"Ya begitulah, aku tinggal di rumah nenekku." Jawabnya sambil memandangi jalanan yang mulai tampak gelap ini. "Kau tinggal bersama nenekmu?" Tanyaku lagi, lalu Jimin pun mengangguk kecil dan menghadapkan wajahnya ke wajahku.

"Iya, memangnya kenapa? Kau ingin tinggal bersamaku dan nenekku juga?"

"Hey bukan itu maksudku!" Ucapku mendengus kesal dengan ledekannya itu. Jimin pun tertawa setelah mendengar ucapan dariku.

"Lalu?" Tanyanya masih sedikit tertawa.

"K-Kau hanya beruntung karena masih memiliki seorang nenek." Jawabku lemah, lalu menundukkan kepalaku.

"Haha, ya begitulah. Mungkin kadang aku masih bisa dikatakan beruntung karena masih mempunyai sesosok nenek." Balasnya.

Aku tertunduk sejenak, lalu seketika teringat dengan surat yang Mrs. Sean berikan padaku. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk memberikan surat itu kepada Jimin.

Aku mengambil surat itu dari saku rok sekolahku, lalu memberikan kepadanya, "Mrs. Sean menitipkan surat ini kepadaku."

Jimin menghentikan langkahnya sejenak saat aku memberinya sebuah amplop putih yang bertuliskan namanya di atasnya. Ia menatap surat itu dengan tatapan bingungnya, lalu dengan ragu ia pun menerima surat itu dari tanganku.

"Oh ya, Mrs. Sean juga berkata bahwa kau harus segera pergi setelah membaca surat itu." Ucapku lagi ketika ia masih menatap surat itu dengan ragu.

Jimin pun mengarahkan pandangannya kepadaku sebentar, lalu ia memandang surat yang ia pegang itu dan tersenyum kecil, "Pergi?" Gumamnya.

Aku hanya terdiam, dan tertunduk di hadapannya.

Kringggggg.

Suara deringan telefon tiba-tiba saja terdengar dari saku celana Jimin. Jimin pun mengambil ponsel miliknya dari saku celananya, melihat layarnya, lalu ia menghela nafasnya berat dan mengangkatnya.

"Dimana kau se—"

"Aku akan segera kesana."

Jimin langsung menutup telefonnya tanpa menunggu perkataan selanjutnya dari penelfon tersebut. Ia kembali memasukkan ponsel nya kedalam saku celananya.

"Hyeri-ah, maaf aku tidak bisa mengantarmu sampai di depan rumahmu. Aku harus pergi sekarang." Ucap Jimin kepadaku.

Aku pun mengangguk pelan, "Tak apa, Jimin-ah." Ucapku lalu tersenyum kepadanya.

Jimin membalas senyumanku, lalu ia mendukkan kepalanya sejenak, "Baiklah, Hyeri-ah. Ah iya, aku ingin mengatakan satu hal padamu,"

Aku terdiam, menatapnya bingung, dan menunggu perkataan selanjutnya dari Jimin. Jimin mulai menatapku dalam dan semakin dalam, tidak seperti biasanya. Lalu ia kembali tersenyum dihadapanku.

"Aku senang hari ini karena bisa dekat denganmu."

Ia tersenyum dengan manis, membuat jantungku berdetak semakin cepat.

Mengapa kau melakukan hal seperti ini kepadaku, Jimin-ah?

"Aku pergi dulu, Hyeri-ah!" Ucapnya lalu ia berjalan mundur ke belakang dan masih menatapku dengan senyumnya. Ia melambaikan tangannya kepadaku, layaknya anak kecil yang mengucapkan sampai jumpa. Aku tertawa setelah melihatnya yang melambaikan tangannya dan berjalan mundur, lalu aku pun juga membalas melambaikan tanganku padanya.

Afraid // [Kim Taehyung BTS]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora