ten - 열

572 52 4
                                    

Kedua mataku langsung saja menatapnya dengan tatapan terkejut akibat perkataannya itu. Aku melihat tangan kananku, dan melihat beberapa goresan yang belum aku obati sejak 3 hari yang lalu itu.

"Ah, ini. Aku tak apa." Jawabku secepat mungkin, lalu mulai melangkahkan kakiku kembali ke pintu UKS, namun gagal karena Jimin kembali mengeluarkan suaranya itu.

"Kau yakin tak apa?" Tanyanya lagi, membuatku kembali mengurungkan niatku untuk pergi dari UKS sesegera mungkin.

"Ini hanya sebuah goresan. Aku tidak apa-apa." Jawabku lagi, lalu membalikkan tubuhku dari hadapannya.

"Apanya yang tidak apa-apa? Kau terluka, dan kau belum mengobatinya." Jimin kembali mengeluarkan suaranya lagi dan membuatku lagi-lagi harus menjawab perkataannya itu.

Aku membalikkan tubuhku lagi, lalu menghadap kearahnya. "Ini bukan urusanmu, Park Jimin."

KRRIINGG!!

"Aku harus kembali kekelas." Ucapku kepadanya setelah mendengar bel masuk sekolah berbunyi, yang tandanya bahwa aku harus kembali ke kelas sesegera mungkin sebelum guru jam pelajaran pertama memasuki kelas dan mengabsen kami.

Aku pun langsung mengeluarkan kekuatan super-ku untuk keluar dari UKS dan berlari menuju kelas. Aku tidak ingin terlambat memasuki kelas, karena aku sudah di cap sebagai salah satu murid teladan di kelasku dan aku memang tidak suka dengan keterlambatan atau hal-hal negatif lainnya yang akan membuat namaku tercemar di mata para guru.

"Hyeri-ah,"

Suaranya mematikannya itu kembali terdengar ditelingaku tepat sebelum aku benar-benar keluar dari UKS.

"Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu,"

Jimin mulai menatapku dalam setelah melontarkan kalimat itu kepadaku yang tentu saja membuatku bingung.

"Jangan jadikan dirimu sebagai pengecut. Karena aku tidak bisa melihat orang yang tidak bersalah menjadi orang yang bersalah di hadapan orang lain."

***

"Baiklah! Materi kita sampai disini saja. Sampai bertemu di pertemuan yang akan datang."

Mr. Yoon pun keluar dari kelas setelah mendengar bel istirahat berbunyi. Semua murid di kelas langsung berteriak senang seperti biasanya, sedangkan aku masih berusaha mengerjakan PR matematikaku yang akan dikumpulkan besok. Banyak hal yang kupikirkan di benakku tentang perkataan Jimin pagi tadi. Aku masih berusaha mencerna perkataannya, namun mengapa sangat sulit sekali untuk mencerna dan mengerti dengan maksudnya itu?

"Ya! Apakah kau melihat Jimin?"

"Tidak. Aku tidak melihatnya sejak pelajaran Mr. Yoon berlangsung."

"Dimana dia? Sayang sekali, padahal aku ingin memulai sebuah percakapan kepadanya. Jimin sangat berkarisma, dan hanya dia satu-satunya lelaki yang menarik perhatianku sejak pandangan pertama,"

"Bukankah tadi pagi ia pergi bersama si wanita jalang itu? Jimin menarik wanita jalang itu dari kelas. Apa yang Jimin lakukan kepadanya?"

"Hyeri pelacur itu maksudmu? Aish, dasar wanita jalang liar!"

Semua konsentrasi-ku saat aku berusaha untuk mengerjakan PR Matematika-ku ini seketika menjadi buyar setelah mendengar bisikkan di sekelilingku. Aku mendengar namaku, dan aku juga mendengar nama Jimin.

Apakah mereka akan menindasku lagi?

"Ya wanita jalang!"

Benar, mereka akan menindasku lagi.

Afraid // [Kim Taehyung BTS]Where stories live. Discover now