[10] Triple (Damn!)

19K 1.6K 211
                                    

SUDAH hitungan hari Aluna lebih banyak menghabiskan waktu luang di perpustakaan selama di sekolah. Mengingat minggu depan tepatnya di Hari Senin sudah diadakan Ujian Tengah Semester, Aluna memanfaatkan waktu sebisanya dengan belajar dan belajar.

Meski tidak sepenuhnya terjadi.

Sebenarnya Aluna lebih banyak melamun hingga bermalas-malasan di sana. Hanya membiarkan buku-buku materi pelajaran berserakan di atas meja lalu dibaca beberapa saat sebelum Aluna memilih tenggelam dengan angan-angan sendiri. Bertopang dagu sambil mencorat-coret buku catatannya tanpa mau tahu apa yang sedang dirangkai oleh pena di tangannya.

Hingga kemudian kesadaran kembali ke dirinya berkat sentakan di atas meja. Jantung Aluna segera berlari melihat sekotak susu stroberi bertengger di sana. Aluna mendongak, detik berikutnya ia seperti baru saja terjun ke dasar perutnya dan menyesal akan tingkah konyolnya barusan.

"Lo belum makan apa-apa, Na. Sedangkan di perpus nggak boleh makan. Untung gue pinter ngumpetin ini." Sarah menarik kursi di sebelah Aluna dan mendudukinya. Gadis itu menoleh ke kanan-kirinya sambil merogoh kantung jaketnya lalu menyerahkannya pada Aluna. "Nih, habisin pokoknya. Gue udah baik hati beliin ini dan mengorbankan poin kebaikan gue."

Aluna berusaha untuk tersenyum. Kedatangan Sarah sudah cukup menghibur batinnya yang sedang suntuk. Bahkan teman sebangkunya itu sampai rela membukakan bungkus roti cokelat pembeliannya pelan-pelan hanya agar tidak menimbulkan suara, ekspresi Sarah yang terlalu dramatis dengan kening berkerut amat jelas membuat Aluna nyaris tersedak susu stroberi yang sedang diseruputnya.

"Makasih ya, Sa." Aluna menerima roti dari Sarah, menyantapnya pelan-pelan.

"Gue lihat belakangan ini lo malah lemes, Na. Kenapa, sih? Kurang tidur lagi?" Sarah mengamati cara makan Aluna yang kelihatan sekali tidak begitu menikmati. "Ah, gue tau. Pasti karena nggak ketemu cowok lo. Yakan, yakan, yakan?"

Aluna berdecak. Mulai lagi deh si Sarah, godain Aluna.

"Duuh, yang lagi ditinggalin pacar. Cup, cup, cup, nanti juga Kennya balik lagi, kok."

"Apaan, sih? Bukan karena dia."

"Aah, masa?"

Aluna mulai risih akan kelakuan Sarah yang menggelayut di sebelah lengannya. Menoyor kening teman sebangkunya itu yang malah dibalas kikikan geli dari empunya.

Apa yang dikatakan Sarah ada benarnya. Sejak hari Senin lalu, beredar kabar bahwa Ken tidak hadir ke sekolah tanpa alasan pasti. Itu sudah disebut biasa di kalangan para guru, mereka seolah tahu alasan sebenarnya tanpa perlu dibagi oleh para murid. Dan sampai sekarang pun Ken Alvino belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali.

Anehnya itu berimbas pada Aluna.

Seharusnya Aluna merasa kehidupan tenangnya kembali. Tidak lagi didatangi kemunculan Ken Alvino sampai tidak mendapatkan pesan-pesan teror di ponselnya. Tapi hal yang selama ini diidamkan malah membuat Aluna hilang mood begitu benar-benar terjadi. Seperti ada yang menghilang, menimbulkan kekosongan tak biasa yang dirasakan oleh Aluna. Bahkan tanpa dia mau belakangan ini pula dia jadi lebih banyak memikirkan lelaki itu.

Otaknya mulai tidak beres.

"Gue mau ke toilet." Aluna bangkit dari duduk, alternatif finalnya untuk mendinginkan kepala tanpa harus dibantu Sarah.

Dan Sarah tahu itu. Makanya dia hanya mengantar kepergian Aluna diiringi kikikan geli sebelum beralih membereskan meja bekas Aluna.

Aluna sendiri hanya sebatas merenung di dalam. Mematut diri pada cermin besar toilet sambil mendesah panjang beberapa kali. Ia mengambil ponsel dari saku jaketnya. Sepi sekali. Aluna sendiri tidak mengerti, tidak mungkin dirinya mulai terbiasa dengan pesan-pesan dari lelaki itu. Seharusnya Aluna menemukan kelegaan karena beberapa hari ini dia tidak perlu memikirkan teror-teror buatan lelaki itu.

My Genius Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang