Chapter 23

2.2K 358 74
                                    

"Kita akhiri sampai disini saja."

In Author's Eyes

Taeyong hanya sedang mengendarai mobil sport-nya dengan santai –tanpa arah– malam itu. Langit nampak berpendar cerah, namun tidak secerah hati Taeyong . Ntahlah, ia hanya merasa ada yang kosong di hatinya, dan itu semakin menyakitkan dari waktu ke waktu. Menyetir sendirian seperti inipun bukan gayanya Taeyong, tapi malam ini ntah kenapa dia hanya ingin berkendara menelusuri malam di Seoul.

Sebenarnya tak ada yang menarik malam itu di mata Taeyong. Jalanan Seoul cukup lenggang mengingat sekarang sudah pukul setengah sepuluh malam. Dan anehnya, meski kini jalan begitu lenggang, Taeyong yang jarang mematuhi peraturan lalu lintas itu lantas menghentikan mobilnya saat mendapati lampu merah kini menghiasi papan lalu lintas. Dengan sabar Taeyong menunggu, ntah kenapa, bagai ia memang ditakdirkan menunggu di lampu lalu lintas itu.

Dan sekarang benar saja, Taeyong memang ditakdirkan untuk berada di sana. Tepat di hadapan matanya, seorang gadis gadis yang baru saja turun dari bis dengan tergesa-gesa menyebrang jalan, dan Taeyong bohong kalau ia tidak tercekat karena menemukan bahwa gadis itu adalah Wendy –gadisnya– gadis yang membuatnya uring-uringan seperti ini.

Tepat setelah gadis itu sampai di seberang jalan, sekon itu juga lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Taeyong lantas menekan pedal gas-nya perlahan, memajukan mobilnya sambil bergerak lambat mengekori langkah Wendy yang berjalan cepat di trotoar. Taeyong tau, dia sudah seperti seorang penguntit sekarang ini, tapi ntahlah, ia hanya ingin berlaku seperti itu untuk malam ini; memuaskan dirinya dengan memandang Wendy sebanyak mungkin tanpa gadis itu tau. Dia merindukan Wendy, sangat, meski mereka selalu bertemu di sekolah dan kadang bersibobrok pandang. Hanya saja Taeyong merindukan yang lain di gadis bermarga Son itu, ia rindu Wendy-nya, yang hilang sekian tahun lalu karena ia pergi begitu saja. Satu hal yang membuat Taeyong menyesal hingga saat ini.

Ya, niatnya ia hanya ingin memandang Wendy, namun setelah melihat ekspresi gadis itu, sesuatu bagai mencubit hatinya begitu keras. Wendy menangis, ya, gadisnya menangis, dan itu menyakiti Taeyong yang sedang memperhatikannya sedari tadi. Jika bisa Taeyong ingin menghajar siapa saja yang sudah membuat pengisi hatinya itu menangis seperti sekarang. Dan jika ia tidak ingat bahwa Wendy membencinya, mungkin Taeyong sudah menghentikan laju mobilnya dan memeluk gadis itu segera. Sayangnya Taeyong terlalu takut kalau Wendy malah menjauh, makin menangis karena menemukan sosok manusia rendah yang datang memeluknya secara tiba-tiba.

"Uljima, jangan menangis," Taeyong membatin, masih mengendarai mobilnya selambat mungkin hingga sejajar dengan langkah gadis itu.

Namun pemandangan yang semakin menyakitkan itu membuat Taeyong tak tahan. Tangis Wendy makin menjadi, dan sekarang gadis itu menepuk-nepuk dadanya sendiri bagai merasakan sakit yang teramat sangat. Taeyong gundah. Dia benci perasaan ini, dia benci melihat Wendy menangis.

---

"Kau kenapa Son Wendy?" Wendy hanya diam saat seorang lelaki kini menahan pergelangan tangannya. Tangisnya pecah, ia meringis. Hingga kini lelaki yang menahannya itu mulai bertanya lagi, masih dengan raut yang sama; peduli.

"Kau kenapa?" tanyanya lagi, namun Wendy masih diam. Malah, sekarang tangisnya makin menjadi.

"Son Wendy, jawab aku, kau kenapa?" lagi, sosok itu bertanya pada Wendy dengan lirih, sementara si gadis hanya menggigit bibirnya sambil menjauhkan pandang dari lelaki itu –dari Taeyong yang sekarang menatapnya dengan raut terluka.

Ya, akhirnya Taeyong memilih menemui Wendy. Masa bodoh jika gadis itu makin membenci, yang Taeyong tau hanyalah fakta bahwa hatinya sakit melihat gadisnya menangis ditengah jalan pukul setengah sepuluh malam lewat 7 menit itu hingga akhirnya Taeyong memilih menepikan mobilnya, keluar dari kendaraan mewahnya itu dengan cepat lalu berlari menahan pergelangan tangan Wendy.

Rooftop Romance「 wenyeol  」✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang