Chapter 12

2.2K 387 20
                                    

"Butuh tumpangan?"


"Cukup Son Wendy."

"Kau bisa pulang sendiri kan? Aku pergi."


Author POV

Wendy menggerutu sepanjang jalan. "Tega-teganya dia menurunkanku disini.", batinnya sambil memperhatikan motor Chanyeol yang kini semakin menjauh, keluar dari jalur ke gedung resepsi pernikahan. Wendy benar-benar tidak habis pikir, ternyata Chanyeol –yang semalam bilang akan menjaganya di depan appa-nya dan bahkan menciumnya meski hanya akting- kini menurunkannya sendirian di pinggir jalan, dan sialnya Wendy sama sekali tidak mengenal Seoul.

"Taxi!", pekik Wendy saat melihat sebuah taxi biru melaju ke arahnya. Mobil itu berhenti, lalu dengan cepat Wendy masuk dan duduk di pojok taxi.

"Restoran Neo tteokboki pak.", dan sedetik kemudian benda biru itu mulai melaju di jalan, dengan Wendy yang setia memalingkan wajahnya ke arah kaca taxi yang buram.

---

Motor sport merah itu melaju kencang tanpa arah, Chanyeol kalut. Bingung mau pergi ke mana untuk melampiaskan emosinya sekarang. Namja itu kembali menggas motornya, namun sedetik kemudian dia merem motornya mendadak hingga benda merah besar itu sedikit oyong dan hampir jatuh ke aspal. Chanyeol menghela nafasnya kasar tidak beraturan. Hampir saja sebuah truk menghantam badannya sedetik yang lalu. Supir truk itu keluar, kemudian mengumpat Chanyeol serta merta lalu pergi begitu saja karena Chanyeol yang hanya diam tanpa membalas sepatah katapun.

"Park Chanyeol, percayalah...eomma tidak akan pernah meninggalkanmu."

Lagi-lagi kalimat terakhir eomma-nya terngiang di telinga peri namja itu. Chanyeol mengerang, kemudian melempar helm-nya kasar ke jalan.

"Sial." , pekiknya penuh emosi. Chanyeol berjalan ke arah pembatas jalan, kemudian menendangnya kuat-kuat hingga menimbulkan suara 'brukk' yang cukup keras. Untung saja jalanan itu kosong melompong, kalau tidak mungkin orang yang melihat tingkah Chanyeol barusan sudah menganggapnya gila atau paling parah melaporkan Chanyeol ke polisi karena sudah merusak fasilitas umum.

"Sial.", pekiknya lagi, namun kini dia sudah duduk di aspal, menekuk kedua lututnya sambil menaruh tangannya di atas kepala. Menahan tangis.

"Eomma.", lirihnya pilu diiringi setetes air yang lolos dari sudut matanya.

Setengah jam Chanyeol diam dalam posisi meringkuk di pinggir jalan, membiarkan beberapa orang dan kendaraan yang lalu lalang di sekitarnya menatapnya aneh. Namja itu hanya diam, masa bodoh dengan orang-orang yang mulai berbisik-bisik tentangnya.

"Drttt...drttt.."

Atensi Chanyeol kini beralih ke arah kantong celananya yang agak bergetar. Dengan gerak malas lelaki itu kemudian mengambil benda persegi panjang yang setia melantunkan lagu rock kesukaannya sejak beberapa detik yang lalu. Chanyeol menatap layar handphone-nya nanar, kemudian dengan emosi mematikan panggilan telfon itu.

"Brengsek!", pekiknya keras, kali ini bahkan diikuti tangan kanannya yang melambungkan benda hitam itu hingga tergores membentur aspal.

"Chanyeol-ah, eomma akan menunggumu."

Chanyeol jelas meringis mendapati benda di aspal itu kini mengeluarkan suara khas yang sangat dia rindukan, pesan suara dari wanita yang paling dia benci. Suara parau itu jelas suara eomma-nya, wanita yang dengan kejam meninggalkan Chanyeol remaja begitu saja tanpa alasan. Wanita yang bilang akan selalu ada untuknya, namun malah seenaknya pergi tanpa sepatah pun kata perpisahaan. Chanyeol mengerang, bimbang dengan keputusannya sendiri.

Rooftop Romance「 wenyeol  」✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang