Mimpi?

1.7K 51 4
                                    

     Aku terbangun, dengan badanku yang amat terasa lelah. Kulihat waktu menunjukkan pukul 07.42. Sudah lewat. Aku kerja mulai pukul 08.00. Dan bis yang menjemputku datang pukul 06.00 dan pukul 06.40. Aku tidak peduli, aku mau ambil cuti sakit saja hari ini.

     Masih kuingat lagi kejadian semalam. Bukan lagi kuingat saja, tapi memang sudah memenuhi otakku hingga aku takut otak ini akan pecah. Semalam aku keluar dengan Fian, tidak biasanya memang kami keluar berdua. Fian itu temanku, tapi kami pun bukan yang terlalu dekat.

Cuma beberapa hari terakhir ini, kita menjadi agak dekat. Karena memang dari dulu aku menyukainya. Dan satu bulan yang lalu dia putus dengan pacarnya. Aku mulai chating dengan dia. Dia yang masih patah hati pun sepertinya mencari pelarian. Tapi hubungan kami hanya sebatas teman tidak lebih.

    Aku bekerja di Malaysia sebagai operator di salah satu pabrik. Tahun ini tahun kedua aku bekerja. Dan Fian pun salah satu operator juga di pabrik itu. Dia orang melayu asli. Kami berteman sejak aku masuk dipabrik. Kita sering keluar nongkrong bersama-sama. Tapi hanya sebagai teman.

Dan malam tadi, sungguh aku tak pernah memikirkannya. Aku tak tau mengapa jadi seperti ini. Tiba-tiba saja aku menikah dengannya tadi malam, dengan keadaan yang memalukan. Kupukul-pukul kepalaku begitu ku mengingat kejadian tadi malam. Berharap aku terbangun dari mimpi. Kepala ku sungguh sakit sekali. Aku sudah terlampau stress.

     Fian mengajakku keluar tadi malam. Ia menjeputku dengan motornya pukul 07.00. Hari masih lagi belum gelap. Malam itu aku mau menemaninya yang sedang galau-galaunya. Kami kemudian pergi ke mall yang tidak jauh dari appartementku. Kami pun sering nongkrong disitu.

Kami menonton sebuah film. Entah film apalah itu, yah .. terserah dia, yang penting dia terhibur. Obrolan kami pun biasa saja. Fian bergurau seperti biasa. Tidak ada tanda-tanda di ingin lebih mendekatiku, kami keluar hanya sebatas teman.

Setelah film habis, kami masuk ketempat karaoke. Tempat itu tempat yang biasa kita datangi. Hampir setiap habis gaji pasti kami nongkrong disitu. Jadi tempat itu bukanlah asing bagi kami. Dan aku pun biasa saja begitu memasukinya. Tapi baru kali ini kita hanya berdua.

     "Kau nyanyilah dulu!" Kata Fian begitu kita duduk di sofa.
Akupun langsung memilih lagu di monitor dan menyanyikan lagu potret dari Akim.

Aku bernyanyi dan dia hanya diam seketika. Tak berapa lama Iapun memilih lagu. Dan lagu yang dipilih pun lagu patah hati semua.

    "Macam mana lah bang Fian nak move on? Lagu pun lagu jiwang semua.."Kataku.
Aku memanggilnya abang karena dia lebih tua dua tahun dariku.

Dia hanya tertawa.

Setelah menyanyikan beberapa lagu Ia mulai mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah botol berukuran kotak sedang, dengan cairan kuning didalamnya. Ada tulisan kapak dilebelnya.

Dan dari situ perasaanku mulai nggak enak.

    "Bang Fian nak minum kah?? Nanti mabuk macam mana kita balik?" Tanyaku.
   "Satu botol saja mana boleh mabuk Rissa!" Jawabnya enteng.

Kemudian aku biarkan saja Ia minum.

Setengah jam kemudian, aku merasa ada keributan diluar. Tapi kami tidak memperdulikannya. Kami pikir itu hanya keributan biasa.
    "Jom kita duet lah Rissa! Hari tu cakap nak duet dengan aku?!" Ajaknya sambil memilih sebuah lagu.

Aku menurutinya saja. Ketika lagu dimulai, Ia mengambil mic satunya dan duduk disebelahku. Kita pun duet dengan biasa saja. Tapi kulihat memang dia jadi berubah agak aneh, meskipun tingkahnya biasa saja. Matanya mulai memerah.

Selesai satu lagu, Ia mencari handphonnya. Ternyata HP nya tergeletak disebelah kiriku. Sementara Ia duduk disebelah kananku. Ia meraih HPnya dengan melewatiku, otomatis aku menyandarkan tubuhku kebelakang.

JIRAN ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ