SEVENTH : RAIN AND MEMORIES

92 9 9
                                    

Aku masih disini, duduk manis termenung ditemani dengan sepucuk surat itu. Ku pandang ke arah surat cinta itu berada. Haruskah aku menyimpan perasaan cinta ini padanya?

Bagiku, hal yang termudah itu adalah mencintai, namun sangat sulit bagiku untuk mempertahankan rasa cinta ini padanya. Sering kali aku mencoba untuk memahami arti dari mencintai. Mengapa! Mengapa sangat mudah untuk jatuh cinta padanya?

Andaikan saja waktu dapat aku kendalikan, dan saat itu pulalah aku ingin semua rasa didalam hatiku ini pergi menjauhi ku! Entah apa sebabnya, aku pun tak tau. Tak ada gunanya semua perasaan ku ini padanya! Untuk apa memperjuangkan seseorang yang tak akan pernah singgah di hatiku. Jangankan untuk singgah, menyentuhttt pun tak akan pernah. Tapi biarlah, semua akan indah pada waktunya.

Hingga pelajaran usai, aku masih tertegun dengan keberadaan surat itu. Bibirku mengukir senyum kala mengingat saat-saat yang telah berlalu. Saat di mana aku yang lebih dulu menyimpan rasa suka, bahkan bukan hanya sekedar suka melainkan cinta. Dan aku rasa, aku tidak akan pernah benar-benar siap untuk kehilangan dirimu ataupun berhenti mencintaimu. Karna bagiku, kau adalah anugerah Tuhan yang terindahccccccccccccccc untukku.

Tak begitu lama mengingatnya, tiba-tiba saja terdengar deringan telepon dari dalam kantong jeans ku ini. Ku usap layarnya, "Aditya Wijaya,"

"Pak Adit? Benarkah dia yang sedang menelpon ku ini?" Gumamku sembari menjawab telpon itu.

"Hallo! Ada apa ya Pak?"

"Kamu udah pulang Keish?"

"Udah nih Pak, emang kenapa?"

"Tadikan udah janji mau jemput kamu! Sekalian mau ngajak makan juga"

"Ohh bolehh sihh Pak, yaudah jemput aja," sahutku sambil menutup telpon.

Ada satu orang lagi yang mulai atau akan menyusup masuk dibalik celah-celah kehidupan ku saat ini. Aku harap ia tidak akan memperjuangkan aku, sama seperti yang aku alami saat ini yaitu memperjuangkan Mario. Karna ia tidak tau betapa sakitnya memperjuangkan seseorang yang tak akan pernah mengerti arti dari sebuah perjuangan.

Ku hentikan lamunan ini lalu pergi untuk menunggu kedatangan Pak Adit diluar sana. Langit yang mulai berwarna keemasan ditemani dengan sejuknya angin yang berhembus kencang membuatku semakin ingin untuk memiliki hatinya. Tidak berapa lama aku melihat langit jingga nan elok di hari itu. Tiba-tiba saja....

"Titt......." Terdengar sebuah klakson mobil dari arah samping kiri ku.

Ku tolehkan kepalaku menghadap suara itu, dan benar saja! Mobil milik Pak Adit sudah bertengger di tepi jalan itu. Seketika itu pulalah aku mulai menghampirinya. Ada yang berbeda dari Pak Adit saat aku melihatnya sore itu. Wajahnya tampak usam dan sedikit Kesal saat sedang menelpon seseorang. Tampaknya, telpon itu dari rekan kerjanya.

"Pak! Kok wajahnya bt gitu?"

"Ga papa kok Keish, ada sedikit masalah pekerjaan aja"

"Ohh, takutnya ada apa-apa," timpal ku sembari memasang safety belt.
C
Mengapa aku tak bisa mencintai orang sebaik Pak Adit? Pada dasarnya, perasaan yang kumiliki ini sudah pada orang yang tepat, namun waktunya yang salah.

Seberapa besar cinta yang kau miliki pada seseorang, tidak akan pernah mudah untuk menutupinya seperti mudahnya senja berganti malam. Percayalah, sebanyak apapun orang yang mencintaimu tidak akan pernah bisa membuatmu berpaling darinya. Tapi, apakah ia tau bahwa aku mencintainya? Ataukah cintaku padanya ini hanya ilusi semata? Namun, pada akhirnya orang yang dicintai akan kalah dengan orang yang selalu hadir menemani ku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 02, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SECRET LOVEWhere stories live. Discover now