Delapan

1.5K 94 16
                                    

" hhhh... Ternyata Kau masih peduli tentang kehidupanku? Kukira kau hanya peduli pada kekasihmu" tatapan Jinyoung semakin menajam.

" bukankah kau juga kekasihku?" ucap Nayeon membuat Jinyoung terdiam di tempatnya.
.
.
.
.

" kekasih? Omong kosong... Kau saja tak tau caranya menghargai sebuah pernikahan. Aku tau kita menikah hanya karena dijodohkan aku sadar aku tak bisa menaruh cinta di dalam hatimu untuk saat ini. Terlalu banyak laki - laki yang sudah mengisi cinta di dalam hatimu itu. Aku yakin kau tak sepenuhnya bahagia dengan kehamilanmu sekarang. Jika tidak karena ibumu pasti kau sudah menggugurkannya. Aku tau kau tak suka dengan lelaki sepertiku, tapi setidaknya hargailah keberadaanku. Kau bahkan tak memakai cincin pernikahan... Ahhh aku lupa kau saja tak sudi menikah denganku apalagi memakai cincin pernikahan itu pasti kau sudah membuangnya" Ucap Jinyoung tanpa memberi kesempatan Nayeon untuk berbicara.

" kalau kau ingin berpisah bilang saja aku akan membujuk orang tuamu untuk mengabulkannya". Tatapan Jinyoung semakin melemah karena linangan air sudah menggenangi matanya. Entah kenapa sejak tadi Nayeon hanya terdiam dan merutuki dirinya yang lupa menaruh cincin pernikahannya.

Sekarang Nayeon tau apa yang membuat Jinyoung marah. Nayeon tak menyangka Jinyoung akan meluapkan perasaannya sesaat setelah ibunya pulang.

Nayeon menatap wajah suaminya dengan kegelisahan yang menyelimuti hatinya. Nayeon takut jika Jinyoung akan memarahinya lagi. Namun, tak sesuai dugaaan Nayeon, Jinyoung malah duduk di samping Nayeon memeluk Nayeon hangat.

" maafkan aku tak bisa menjadi suami yang layak untukmu, kau bisa bersama lelaki lain akupun juga akan melupakan rasa cinta konyol yang pernah ada untukmu. Tidurlah ini sudah malam! Jangan lupa pakai piyamamu agar tak kedinginan" ucap Jinyoung lembut dengan senyuman yang terkesan agak dipaksakan.

Jinyoung segera melepas pelukannya dan mengambil bantal di sebelah Nayeon.

Jinyoung memilih tidur di sofa ruang tamu.

Di sisi lain cinta itu memang begitu menyakitkan.

" apa aku sangat jahat kepadamu Jinyoung oppa? Aku tak pantas untukmu. Lebih baik kau mencari kebahagianmu oppa" racau Nayeon sambil memandangi foto pernikahannya dengan Jinyoung.
.
.
.
Keesokan harinya, seperti biasanya. Jinyoung sudah berangkat kerja dan entah kapan kembali untuk beristirahat di apartementnya.

Hari ini, meski Nayeon sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Namun hari ini terasa lain tak seperti hari - hari biasanya.

Nayeon menemukan segelas susu hangat dan juga sarapan di meja makan.

" Jinyoung oppa" gumam Nayeon sambil menyentuh roti selai coklat di depannya.

***

" kau beberapa hari ini makin rajin kesini" ucap Jinyoung.

" iya tentu, kau sendiri gimana sudah baikan sama istrimu?"

" entahlah aku tak mau membahas itu bahas yang lain saja" ucap Jinyoung dengan wajah kesalnya.

" mian"

Jinyoung mengangguk dan tersenyum.

" bagaimana dengan pacarmu apa dia tetap tak menghubungimu?"tanya Jinyoung.

" sudah lama dia tak menghubungiku, tapi hari ini aku akan bertemu dengannya"

" baguslah kalau begitu. Aku juga penasaran siapa wanita yang selalu kau ceritakan itu" ucap Jinyoung.

" hahaha... Kau juga jangan marahan sama istrimu terus biar aku bisa bertemu dengannya"

" kau ini aku sudah bilang jangan bahas itu lagi" ucap Jinyoung dengan tatapan tajamnya.

Love In (✔)Where stories live. Discover now