Peluk bahagia menghampiri Xeena, namun hati Xeena sama sekali tak bahagia. Dalam hidupnya ia sama sekali tak pernah memilih hal-hal yang ia sukai. Semua yang menyangkut tentang dirinya telah diatur sedemikian rupa oleh ayahnya. Hari berlalu hingga semua seakan menjadi cerita usang. Xeena melihat Ayahnya yang semakin sibuk hingga hampir tak pernah pulang kerumah. Kesibukan seperti apa yang tengah ayahnya jalani, Xeena bahkan ibunya tak berhak tahu.

Bulan-bulan berganti hingga suatu hari Xeena menyaksikan ibunya yang diam-diam menangis disaat malam. Sesuatu yang mengusik Xeena membuat Xeena mencari tahu hingga sebuah alasan logis yang membuat Xeena tersenyum miris. Ya, ayahnya memiliki wanita lain. Dari Erian Statesfied, Xeena tahu bahwa ayahnya tak lagi mengurus perusahaan. Melainkan sesuatu yang lebih besar yang membuat Xeena mundur dan kecewa pada pilihan ayahnya.

Satu tahun kemudian Ayahnya benar-benar tak pernah pulang kerumah. Sebuah kecelakaan yang menimpa ibunya membuat Xeena benar-benar terpukul. Terlebih saat mengetahui alasan mengapa ibunya terbunuh. Semua karena ayahnya. Karena ayahnya memiliki begitu banyak musuh. Bahkan disaat genting seperti itu, ayahnya sama sekali tak datang meski hanya sebentar saja. Kekecewaan Xeena benar-benar memuncak saat semua kian buruk dan semakin buruk.

Selanjutnya kehidupan Xeena benar-benar seperti di penjara. Tak diijinkan keluar meski hanya pergi kesekolah sekalipun. Home schooling, les private, dan semua kebutuhan Xeena Erian yang mengatur. Bahkan tak hanya itu, Xeena selalu diawasi oleh bodyguard 24 jam. Melelahkan! Ya,  Xeena mulai lelah hidup sendirian dalam sangkar ayahnya. Hingga hari itu, dimana ayahnya pulang untuk pertama kalinya. Membawa seorang wanita dan meminta Xeena memanggil dengan sebutan ibu.

Lucu?! Ya, Xeena merasa dirinya tak ada artinya semenjak kepergian ibunya. Hidup dalam rumah tanpa pernah keluar meski begitu ingin bertemu ayahnya yang ada di Italia. Nyatanya ayahnya tak juga pulang meski banyaknya telepon dan sms yang Xeena kirimkan. Tak ada kabar dari ayahnya hingga kepulangannya bersama wanita yang tak Xeena kenal.

Benci? Ya, Xeena teramat sangat membenci ayahnya. Tak ada alasan baginya untuk tetap tinggal dalam rumah tanpa kehadiran ibunya. Semua alasan yang membuatnya bertahan perlahan menipis dan hilang. Xeena menyerah untuk meneruti semua kemauan ayahnya. Xeena lelah untuk tetap diam meski hatinya menjerit kesakitan. Xeena terlalu lelah untuk menjadi anak keluarga Gilhive yang hancur berantakan. Hingga memilih untuk pergi dan mengurus dirinya sendiri.

Satu kata yang Xeena tancapkan dalam hatinya. "Kematian Mommy dan semua deritaku karena Daddy. Pembunuh Mommy adalah musuh Daddy. Dan Daddy hanya diam meski ia tahu semuanya. Aku tak pernah mempunyai Daddy yang seperti itu. Dia bukan Daddyku. Tidak, aku lah yang bukan siapa-siapa lagi bagi keluarga Gilhive!"

Flasback off.

Perlahan air mata Xeena mengalir. Pandangan Xeena yang terlihat kosong membuat Raiden merasa bersalah. Raiden melepaskan genggaman tangannya dan diam menatap mata Xeena. Melihat tumpukan luka yang seakan Xeena sembunyikan dalam-dalam.

"Aku tak akan mengucapkan maaf. Dan masuklah ke kamarmu." ucap Raiden dingin.

Xeena tersenyum tipis diantara air matanya. Menghapus air mata yang mengalir di pipinya dan menatap Raiden dalam. "Isi surat kontrak," ucap Xeena pelan. "... 4. Selama pernikahan tidak saling mencampuri urusan pribadi dan tak ada sentuhan fisik  agar proses perceraian dapat di lakukan."

Xeena mengulang isi dari surat kontrak yang pernah ia tandatangani. Raiden diam membisu. Membuat Xeena tertawa kecil.

"Jadi Tuan Agera, haruskah aku perjelas lagi agar kau tak mencampuri urusan pribadiku?"

Save Me Mr. Cool (Complete) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin