PART 32

3.6K 200 2
                                    

Authoor POV

Dengan tangan yang terikat dan mata tertutup, sayup - sayup Vanya mendengar suara langkah kaki yang mendekat kearahnya. Perasaannya benar - benar tidak tenang. Ada rasa takut yang mengganggu batinnya.

Semakin langkah itu mendekat, Vanya semakin gelisah ditempatnya, hingga langkah itu berhenti dan Vanya yakin sekarang pemilik langkah itu tepat didepannya.

Perlahan ada gerakan yang memainkan rambut panjangnya, lalu sedetik kemudian rambut Vanya ditarik kasar kebelakang, membuat kepalanya menengadah dengan jeritan dari mulutnya.

AAAAAAHHH

"Sakit.. tolong... lepasin"

Bukannya melepas tarikannya pada rambut Vanya, orang itu justru semakin kencang menarik rambut Vanya.

"Aaaaaa sa-kit..."

"Shut up, Bitch!!"

Vanya tertegun mendengar suara orang itu. Suaranya terdengar familiar ditelinganya.

Sedikit ragu menyelinap dalam hatinya. Rasa tidak percaya membuatnya yakin jika apa yang Ia pikirkan itu tidak mungkin, sehingga Ia menutup kembali mulut yang tadinya telah terbuka untuk bersuara.

"Kenapa kau diam, he? Tidak mengenal siapa aku?!"

Kali ini Vanya yakin kalau orang yang berbicara padanya adalah orang yang Ia pikirkan!

"Laura"

Mendengar namanya disebut, Laura tersenyum miring memandang Vanya yang masih dalam keadaan tidak dapat melihat dirinya.

"Ternyata kau cukup ingat dengan suaraku, walau kita hanya beberapa kali bertemu"

"Laura, tolong lepaskan aku. Aku"

"Melepaskanmu? Apa kau gila!" Dia tertawa melihat Vanya yang kini menangis ketakutan.

Vanya tidak percaya jika orang yang menculiknya adalah Laura, sepupunya sendiri.

Siang tadi saat Tobias dan Stevan berkelahi, Vanya memilih kabur meninggalkan mereka karena pikirannya yang belum bisa tenang karena berita buruk mengenai kedua orang tuanya. Namun saat dia baru keluar dari rumah bekas itu, ada sebuah mobil hitam yang berhenti tepat didepannya dan dua orang berbaju hitam mencurigakan turun menghampirinya. Saat dia akan lari dan berteriak minta tolong, kedua orang itu lebih cepat menangkapnya dan menutup separuh wajahnya dengan sapu tangan yang membuat dirinya hilang kesadaran.

Dan saat Ia sadar, disinilah dirinya berada. Di sebuah gudang tua yang entah dimana ini?

Vanya hanya dapat berdoa semoga ada orang yang menolongnya dan membawa dia dari sini. Ia tidak menyangka kalau yang menculiknya adalah kerabatnya sendiri.

"Laura, apa salahku? Tolong lepaskan aku" pinta Vanya berusaha tegar.

"Haha! Kau masih bisa bertanya apa salahmu? Apa kau sadar apa yang kau pertanyakan itu?"

Laura melepaskan penutup mata Vanya dan duduk di depannya.

"Dengar!" Tangannya menarik dagu Vanya kasar agar menatapnya.

"Kau telah merebut Stevan dariku. Kau juga telah merebut perhatian dan kepercayaan Mommy and Daddy. Lalu kau masih mampu bertanya apa salahmu jalang!"

"Aku tidak merebut apapun darimu. Dan soal Stevan! Aku tidak merebutnya darimu tapi kau yang meninggalkannya. Kau ingat!" tantang Vanya tidak ingin terlihat lemah.

Dia melihat amarah dimata Laura. Ia tahu perempuan itu sekarang malu karena ternyata Vanya tahu permasalahan dirinya dan Stevan.

"Diam kau! Kau tidak tahu apapun"

I Want You, Just You ✔Where stories live. Discover now