PART 17

5.7K 295 2
                                    

"Damn, I can not hold anymore"

------------------

Mentari masuk dengan leluasa, menyinari kamar Vanya dengan kehangatannya. Membuat sang penghuni terbangun dari tidur panjang yang nyenyak.

Vanya mengerjapkan matanya karena sinar matahari yang menyilaukan matanya. Bergumam pelan ketika di paksa bangun oleh pagi yang cerah.

Ketika membuka mata, Vanya langsung mendapati pemandangan kota New York pagi itu. Hal indah yang menyuratkan senyum pagi di wajahnya.

Vanya bangun untuk duduk dan hendak turun dari kasur mendekati dinding kaca itu, namun gerakannya terhenti saat merasa ada tangan yang memeluknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vanya bangun untuk duduk dan hendak turun dari kasur mendekati dinding kaca itu, namun gerakannya terhenti saat merasa ada tangan yang memeluknya.

Vanya melotot kaget saat sadar ada seseorang yang memeluknya. Saat di lihat, Vanya terkejut karena mendapati Stevan yang sedang pulas tepat di sampingnya.

Niatnya ingin memarahi Stevan seketika luluh saat melihat wajah tenang yang sangat tampan itu. Teduh. Perasaan yang ia rasakan sekarang.

Vanya teringat kata kata Stevan padanya tadi malam, membuat ia tidak sadar mengelus wajah Stevan.

Rambut, alis, bulu mata, mata, hidung, bibir, Vanya menyukai semua yang ada pada lelaki itu terlebih pelukannya. Pelukan yang hangat dan nyaman dari Stevan bahkan lebih nyaman dari pelukan ayahnya. Dan saat bersama Stevan, Vanya menyadari dirinya akan lebih kuat dari rasa sakit karena kepergian orang tuanya.

"Aku tahu aku tampan"

Suara Stevan membuat Vanya kaget dan langsung menarik tangannya dari wajah Stevan.

"Apa kau sudah puas memandangi karya Tuhan yang sempurna ini" suaranya yang serak karena baru bangun terdengar sexy di telinga Vanya. Membuatnya blushing.

Stevan membuka matanya dan bertemu dengan mata cokelat favoritnya itu. Melihat wajah yang memerah dengan ekspresi yang sangat lucu karena keterkejutan.

"Good Morning Beauty"

Wajah Vanya kembali blushing dengan sikap manis Stevan.

Stevan mengelus wajah Vanya yang memerah itu, seulas senyum terlihat di wajahnya dengan sangat manis.

Pagi yang cerah bertambah indah, membuat keduanya enggan bangun dari ranjang itu. Hanya saling diam dan saling tatap dalam keheningan.

'Aku tidak tahan lagi. Semakin lama seperti ini aku bisa mati kehabisan nafas' batin Vanya.

"Aku ingin mandi" Vanya mengubur niatnya untuk memarahi Stevan dan memilih untuk menghindar dari situasi yang membuat jantungnya tidak sehat itu.

Vanya bangun dan langsung berjalan ke kamar mandi, meninggalkan Stevan yang tertawa pelan dengan sikap gadisnya itu.

Gadisnya?

Ya, semalam dia sudah memutuskan untuk menahan Vanya tetap di sisinya sebagai 'Gadisnya' sampai ia benar benar yakin jika perasaan aneh yang dia rasakan pada Vanya adalah cinta.

I Want You, Just You ✔Where stories live. Discover now