PART 18

5.8K 309 5
                                    

"Because now you're the one that filled my heart and mind"

Kata kata yang Stevan ucapkan mampu membuat Vanya merona malu melupakan semua emosi yang telah menguap sedari tadi.

Perasaan yang ia rasa seakan berbalas dengan ucapan Stevan itu. Membuat Vanya merasa sangat beruntung dan bahagia mengenal Stevan dalam hidupnya.

"Kenapa kau merona" kini Stevan tertawa mendapati wajah Vanya yang blushing.

Apa yang Stevan katakan pada Vanya bukanlah sebuah rayuan kosong, namun itu tulus ia ucapkan dari hati.

Perasaan aneh yang ia rasa setiap bersama Vanya membuat dirinya yakin untuk mengatakan jika Vanya mengisi hati dan pikirannya. Karena itulah yang terjadi.

Suara perut Vanya memecah keheningan antara keduanya. Membuat Stevan tertawa lepas terlebih saat melihat muka Vanya memerah karena menahan malu. Keduanya mampu melupakan kesedihan mereka hanya dengan bersama sama seperti ini.

Stevan mengajak Vanya kembali ke kota untuk makan malam, melihat langit kini mulai beranjak gelap.

Namun sebelum meninggalkan tempat itu, Stevan mengajak Vanya untuk melihat sunset di di situ. Hal yang paling ia suka saat masa kecilnya.

Benar saja, Vanya tersenyum mendapati pemandangan itu. Sungguh indah. Batin gadis itu.

Saat langit akan semakin gelap, Stevan menarik tangan Vanya dan keduanya segera melaju meninggalkan kawasan hutan itu.

"Kau pesan apa?" tanya Stevan saat keduanya telah mengambil duduk di depan dinding kaca besar di depan mereka.

"Apa saja yang penting mengenyangkan" jawab Vanya dengan senyumnya yang di buat buat dan alis yang di turun naikkan. Membuatnya terlihat lucu dan menggemaskan.

Makan malam yang hangat antara keduanya. Menghantarkan malam yang dingin bersama tawa dan obrolan yang membuat satu sama lain saling mengenal lebih dalam.

Melupakan semua tanya dalam hati, Vanya sangat nyaman dengan setiap waktu yang ia lewati bersama Stevan. Kini ia yakin jika dirinya telah jatuh cinta pada lelaki itu. Lelaki yang ia percaya akan mendatangkan bahagianya yang hilang.

Dialah mentari di malamku. Ketika ombak tak lagi menggoyangkan samudera, dia ada untuk mengukir senyumku.

Vanya tersenyum mendapati lelaki itu dalam hidupnya. Lelaki yang bahkan tak pernah ia bayangkan. Sungguh anugerah Tuhan yang luar biasa ketika kini cerianya telah kembali. Dan Vanya sadar, bahagianya ada bersama Stevan.

---

"Makanlah. Semoga kau suka kopi buatanku"

Stevan yang baru turun dari kamarnya mendapati Vanya yang sudah rapih sedang berkutat di dapur.

Secangkir kopi racikannya sendiri tercium harum di hidung Stevan, membuat seulas senyum di wajahnya dan dengan cepat ia meminum kopi tersebut.

Vanya meletakan piring yang berusi dua potong sandwich sebagai sarapan mereka.

"Bisakah kau membungkusnya saja? Kita harus bergegas ke kantor" pinta Stevan setelah menghabiskan setengah kopinya.

Vanya mengangguk setuju. Setelah itu keduanya langsung ke kantor dalam waktu kurang lebih 20 menit.

"Morning, Sir" sapa Elly sopan dan tersenyum kearahku.

"Apa dia sudah di dalam?" Stevan tidak menghiraukan sapaan Elly.

"Yes, Sir. Sekretaris Mr. Smith sudah menunggu anda dari 10 menit yang lalu"

Stevan langsung masuk ke ruangannya dan Vanya mengekor di belakang. Ia ingat jika kemarin saat Stevan dan pamannya berdebat, sekretaris itu juga ada di sana namun ia tidak sempat memperhatikan wajahnya karena sibuk dalam pikirannya sendiri.

I Want You, Just You ✔Where stories live. Discover now