PART 15

5.6K 331 5
                                    

Vanya POV

Hari ini toko cukup rama dan aku membantu Diandra. Diandra tampak sibuk melayani beberapa remaja yang sedang mencari buku di rak Matematika dan beberapa karyawan yang lain melayani pembeli di bagian Novel. Aku sendiri kebagian di mesin kasir.

Sepanjang hari ini aku rasa aku banyak tersenyum, karena sudut sudut bibirku terasa tegang saat ini.

"Aku senang sekarang kau banyak tersenyum" kata Diandra mendekatiku. Aku hanya tersenyum dan dia juga tersenyum melihatku.

"Aku penasaran apa yang di lakukan pria itu sehingga kini kau menjadi pribadi yang murah senyum" kali ini tatapan Diandra menjahiliku di tambah dengan senyuman yang aku tahu pasti apa maksudnya.

"Buanglah pemikiranmu itu Diandra" aku memutar bola mataku malas dengan pertanyaannya.

"Oh ayolah, aku hanya penasaran" sekarang dia berusaha untuk menggelitiku dari depan mesin ini.

Aku tertawa geli dan meminta ampun padanya karena ia berhasil menggelitikiku. Kami tertawa bersama di sela kesibukan siang itu. Membuang sejenak kepenatan yang memenuhi batin dan pikiran.

Rasanya lama sekali aku tidak tertawa selepas ini. Mommy, Daddy, semoga gadis kecil kalian ini bisa melanjutkan hidupnya dengan baik tanpa kalian.

---

"Kau akan tidur di mana malam ini" aku dan Diandra sedang siap siap untuk pulang.

"Emm.... mungkin aprtemenku saja"

Malam ini aku akan pulang ke apartemen dan merapikannya. Entah sudah seperti apa tempat itu? Pasti penuh dengan debu, mengingat tidak ada yang mengurusnya selama aku tinggal bersama Stevan.

"Baiklah. Padahal aku masih ingin berbincang denganmu seperti semalam"

"Oh maafkan aku, kita lanjutkan kapan kapan" senyumku membuatnya tersenyum dan merangkul pundakku sambil berjalan keluar toko.

Setelah yakin pintu toko sudah terkunci, kami berjalan bersama hingga ke perempatan jalan seperti sebelumnya. Kemudian aku berjalan sendiri dan tiba di depan gedung apartemenku.

Aku berhenti sejenak, mengingat kembali saat Stevan menungguku di sini dengan mobilnya dan memandang lekat ke arah balkonku.

Sedikit rindu terselip di balik ingatanku. Tak tahu sudah berapa lama aku melamun, sehingga rasa dingin mulai menjalari tubuhku.

Aku tidak memakai jaket yang cukup tebal sehingga kini aku benar benar kedinginan saat tersadar dari lamunanku.

Aku memasukan tanganku ke dalam saku jaket dan memeluk diriku agar merasa lebih hangat, namun sebuah tangan memelukku dari belakang dan sukses membuatku terkejut.

Tubuhku menegang bukan main. Takut jikalau ini orang mabuk yang nyasar dan akan berbuat macam macam padaku. Ketakutanku semakin liar saat terasa dagunya menempel di tengkuk leherku. Hembusan nafasnya hangat, dan aku semakin bergidik ngeri.

Ketakutanku semakin besar karena pelukan orang ini kini semakin erat.

"Mengapa kau memakai jaket tipis di udara seperti ini"

Suara ini. Suara...

Tidak! Aku pasti berhalusinasi. Bukan dia. Tidak mungkin dia!

"Do you Miss me?"

Mataku membulat sempurna. Debaran jantungku kembali tidak normal. Suara bariton ini suara yang sangat aku kenal. Bagaimana tidak jika seminggu lebih ini aku tinggal bersamanya. Namun mengapa dia disini memelukku?

I Want You, Just You ✔Where stories live. Discover now