"Gue juga udah tau kali, Iel. Palingan masalah lo gitu-gitu doang." Celetuk Cakka. "Palingan lo gak kuat jones makanya kerja di sana buat numpang tenar." Lanjutnya dengan mengibaskan tangannya di udara.

"Diem lo, bego." Iel menjitak kepala Cakka.

** **

"Lo pasti familiar sama apa yang ditulis Rio di situ kan? Rio nulis itu biar suatu hari nanti bisa dia kasih ke orang yang seharusnya, jadi dia gak perlu repot-repot ceritain semuanya yang terlewatkan." Jelas Ify.

Agni memandang Ify dan berpikir. "Kok tumben lo paham, Fy?"

"Dihalaman pertama ditulis sama Rio." Ucapnya dengan sebal.

Agni hanya manggut-manggut.

"Karena waktu gue jadi pembantu gak ada seminggu lagi, gue harus cepet-cepet kasih tau yang sebenarnya."

"Jangan gegabah." Agni mengingatkan.

"Biarin, the power of mepet, Ag." Balas Ify tidak peduli.

Agni memainkan kertas tersebut dan tiba-tiba terdiam. "Lo kayaknya salah ngambil deh Fy, yang ini gue gak tau kapan kejadiannya."

Ify menghampiri Agni yang duduk di bawah, kemudian mengambil kertas itu. "Wah gue gak tau kalo dibelakangnya ada tulisan lagi." Katanya seraya membaca tulisan tersebut.

"Gabriel gantiin Rio kerja di cafe? Ngapain?" Tanya Ify entah kepada siapa.

Agni menggidikan bahunya tanda bahwa dia juga tidak tahu. "Coba aja ntar lo tanya."

Ify memandang Agni dengan tatapan cela. "Iya kalo gue gak waras, bego. Kejeniusan lo lenyap kemana ha?"

Agni menghela nafas kasar, "ya maksud gue lo nanyanya tersirat gituuu. Lo inget? Dulu lo cerita pernah liat Rio nyanyi di cafe."

"Iya sih, yaudahlah itu dipikir nanti aja gampang. Lagian juga dia masih marah sama gue kan. " Sahut Ify.

"Lo bener-bener percaya sama gue Ag?" Tanya Ify setelah lama terdiam.

Agni menoleh dan hanya menampilkan wajah datar. "Ya. Karna gue jenius."

"Tapi gue beberapa waktu lalu bahkan gak percaya sama diri gue sendiri. Gue sempet mencoba buat deket lagi sama Rio, but kenapa susah?"

"Itu kan berarti lo percaya sama diri lo sendiri, yah mau lo berusaha banget juga kayaknya emang realitanya begitu."

"Itu artinya sampe sekarang gue belum baikan sama Rio dong?" Rengek Ify.

"Kalo situasinya kayak gini, gimana baikannya Fy? Ngomong ke dia aja gak bisa. Bego banget sih." Cibir Agni yang membuat Ify kesal.

** **

Rio bisa merasa tenang karena sahabat-sahabatnya tidak menaruh rasa curiga kepadanya. Tapi dia tidak bisa terus merasa tenang kan? Bagaimana bisa dirinya lupa?

Niatnya berada di sini saja sudah jelas, membuat seseorang yang lupa ingatan menjadi kembali ingat. Tapi lihat, justru dirinya sendiri akhir-akhir ini melupakan sesuatu.

Rio bisa merasa tenang sementara, karena masalah Gabriel sudah selesai. Setidaknya cowok itu sudah memberi tahu alasan dirinya bekerja di cafe itu, yang jujur saja itu masalah lama yang terungkit kembali.

Rio bangun dari berbaringnya, dia membuka laci meja belajarnya dengan tergesa-gesa. Ia ceroboh karena tidak pernah membaca ulang apa yang sudah ditulisnya.

"Gue yakin, gue tulis di sini. Karena waktu itu kepepet." Gumam Rio dengan mengernyit. Rio membalik-balikkan halaman binder hijau itu dengan tidak sabar. Kemudian Ia membukanya ulang dari awal dengan perlahan dan membaca isinya dengan teliti. Tetap saja, tidak ada.

Mission Dare [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now