Terungkap

63.4K 5.7K 244
                                    

Semua yang berada di sana sangat menikmati acaranya, tak luput kelucuan dari ke empat pria tersebut mampu mencair kan suasana yang sempat tegang tadi.

Devan duduk di sudut ruangan mengamati teman - temannya yang sedang bernyanyi dengan bahagia.

"Cinta ku klepek - klepek sama dia.."

Attariq bernyanyi dengan suara sumbang. Tapi, tetap saja mereka bernyanyi dengan riangnya.

"Begini lah kalau sedang mabuk cinta."

Attariq terus saja mendendangkan lagu yang membuat suaranya makin, hancur. Namun, siapa yang perduli ? Jika ada kesenangan di depan mata, kenapa harus di ganti ?.

Aidan serta Rajidan malah menari di tiang penyangga rumah. Devan menggelengkan kepalanya. Mengingat lagi, sesuatu yang dia ketahui, namun tidak dengan teman - temannya.

***

Flashback

Seorang pria dengan seragam khas SMA lawan, datang menghampiri Devan dengan wajah, yang tak bisa di definisikannya.

"Gue punya sesuatu, yang harus lo tau." Ucapnya dengan santai.

"Kenapa harus gua?" Ucap Devan bingung.

"Karena lo, yang bisa ngungkapinnya. Bukan karena temen - temen lo lemah. Tapi ada sisi dimana sisi lu lebih kuat dari mereka." Ucapnya dengan tatapan meminta kepercayaan.

Dia pun langsung memberikan Devan sebuah flashdisk dan Devan menerimanya dengan rasa tak ikhlas.

"Bakal gua liat nanti." Ucap Devan singkat dan dia hanya mengangguk paham.

"Gue pergi dulu kalo kaya gitu." Ucapnya meninggalkan Devan yang berdiam diri di tempat itu.

Flashback off.

***

Devan menatap teman - temannya sendu, pada akhirnya semua akan berakhir. Dia tak tau, akankah menyenangkan. Atau malah mengerikan.

"Bantu hamba ya tuhan, semoga semuanya baik - baik saja." Ucapnya dari dalam hati.

"DEV, GABUNG SINI." Aidan berteriak sedikit keras. Namun, Devan enggan untuk bersenang - senang saat ini.

"Yaudah, nanti gabung ya," kali ini Rajidan yang berbicara dengan lembut. Devan hanya menunjukkan kedua ibu jarinya.

'Brakk'

Seseorang mendobrak pintu rumah Rajidan dengan rusuhnya.

Semua menatap kearah pintu dengan berbagai tatapan. Rajidan, Aidan, serta Attariq maju untuk menanyakan ada apa ini. Hanya saja, Devan menahan mereka.

"Tetap di situ," ucapnya dingin. Rajidan menatapnya tak percaya.

"Apa nih Dev?" Aidan yang berbicara dengan nada tak percaya.

"Lu bakal tau nanti." Devan berkata dengan singkat.

"Lu yang deket sudut, ambil infokus itu." Ucap Devan dengan tatapan dingin.

"Apa sih Dev?" Ucap Attariq tak mengerti.

"BISA DIEM GA SIH?!" Devan membentak Attariq. Seketika aura di dalam ruangan ini menjadi pengap.

"Gua salah apa?" Attariq menatap Devan dengan tatapan tak percaya.

"Disuruh diem manut aja kenapa sih." Ucap Devan sinis. Attariq menatapnya tak suka.

Kedua orang yang di tunjuk langsung mengerjakan apa yang di perintah oleh Devan.

Devan menyalakan laptop yang berada didekatnya dan menyetelkan sesuatu. Yang membuat mereka semua tak percaya.

The SomvlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang