Kejadian

71.2K 6.5K 401
                                    

Semua mobil berbaris di garis start. Terlihat Fakhri yang tersenyum sinis melihat Rajidan yang datang dengan para temannya.

"Masuk juga lu keperangkap gua.."

Attariq dan Devan hanya bercanda ringan sambil saling merangkul. Rajidan hanya terdiam memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Aidan tersadar ada yang tak beres dengan sahabatnya ini, langsung menyikut perut Devan maupun Attariq.

"Ada apa?" tanya Devan yang hanya di balas dengan tunjukan dagu Aidan.

Mereka melihat kerutan yang terlihat jelas di kening Rajidan. Ada apa gerangan yang menganggu pikiran Rajidan. Mereka semua langsung mendekat kearah Rajidan dan menepuk bahunya pelan.

"Lu kenapa? Mau balik? Kita masih belum telat buat balik." Ucap Rajidan sambil tersenyum ramah.

"Gak. Saya ga bisa pulang, saya harus nyelesain ini." Ucap Rajidan sambil tersenyum kaku.

"Lu kira gampang, nerima tantangan terus ditinggalin. Mau dilabelin pengecut?" tanya Devan dengan ekspresi datar.

"Gampanglah. Tinggal bilang 'gua males ngelawan lu. Buang tenaga.' Gua sih gapapa di cap pengecut. Selama ada kalian yang selalu dukung gua." Ucap Aidan sambil tersenyum.

"Aaa sayang Aidan.." Attariq langsung memeluk Aidan dengan erat.

"Ikutan lah." Ucap Rajidan sambil menarik Devan untuk berpelukan.

Setelah berpelukan mereka sekua tertawa konyol. Mengingat betapa warasnya mereka berpelukan di tengah keramaian.

"Thanks, kalian ngebuat kegelisahan saya ilang." Ucap Rajidan lupa dengan sikap kakunya.

"Boleh ngomong sesuatu ga?" Ucap Aidan dengan wajah polos.

"Apa?" tanya mereka bertiga dengan serempak.

"Aidan mulai tahu rasanya punya temen sejati kaya gimana. Pokoknya dalam keadaan apapun, tetap sama gua ya." Ucapnya seraya tersenyum manis. Senyuman manis itu pula dibalaskan dengan senyuman tulus dari ketiga sahabatnya itu.

"Mau badai yang ngehadang, saya tetap bakal selalu sama kalian, tenang aja!" kali ini Rajidan yang memberi kata-kata mutiaranya.

"Walaupun Mama gue nanti nyuruh gue balik kampung ke luar sana. Gua tetap mau di sini bareng kalian!" Devan mulai merangkul Rajidan dan Aidan secara bersamaan.

"Walaupun nanti banyak cecan di negeri seberang, gue ikhlas buat ninggalin mereka demi kalian." Attariq tersenyum dengan sangat tidak bersalahnya setelah mengucapkan kata-kata motivasinya.

"Itu sih maunya kamu!"
"Emang ada yang mau sama lo? Itu si Asta aja khilap!"
"Modar sana lo!"

***

"Eh itu, udah mau di mulai!" ucap Aidan saat melihat para pembalab mulai memasuki arena.

"Jadi siapa yang nemenin saya?" tanya Rajidan langsung. Ketiga temannya terdiam kaku, tak ada yang berani berbicara.

"Saya kira..." sebelum kata-kata drama nan lebaynya keluar, Devan langsung menyingkapnya dengan tangannya yang berada di depan bibir Rajidan.

"Yaudah, gue aja, karena gue satu-satunya lelaki perkasa di sini. Yang dua itu, anggap aja banci lagi mangkal!"

"Seenak congor lu aje ye!" Aidan yang mendengar sindiran Devan langsung mengeluarkan sumpah serapahannya.

"Udah sana!" usir Attariq pada kedua temannya yang ingin berbalapan ini.

The SomvlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang