Membaik

68.2K 6.9K 364
                                    

Suasana hening menyelimuti mereka. Denna menunduk, Devan menatap Aidan yang sedang menatap jendela luar, dan Attariq yang bingung tentang apa yang terjadi diruangan ini.

***
"Kalian ngapa sih?!" tanya Attariq yang bingung mengenai atmosfer panas yang mereka bertiga ciptakan.

"Aidan sama Berylkan sodaraan, alasan itukan yang Denna cari buat putus sama Aidan?" tanya Aidan sengit. Denna hanya mampu menghela napasnya, berusaha tidak membawa emosinya di depan Aidan.

"Bukan gitu," Devan hendak membela Denna, namun Aidan cepat-cepat menepisnya dengan keluar dari ruangan yang pengap itu.

"Kalau misalnya Denna mau putus, ayo. Tapi bukan dengan mengambing-hitamkan hubungan orang lain." Ucap Aidan sesaat setelah ia berhasil membuka pintu ruangan.

Denna menahan napasnya saat mendengar ucapan sinis Aidan. Begitu juga dengan Aidan dan Devan yang melongo dengan sikap tegas Aidan.

"Gila, serem juga ya." Ucap Attariq sambil menggeleng. Devan menatap Attariq tajam, "Pergi juga ga lu?!" teriak Devan kesal.

Attariq yang melihat ekspresi kejam Devan yang tertuju padanya itu pun langsung mengambil langkah seribu untuk pergi menyusul sahabatnya, Aidan.

***

Aidan duduk termenung di depan kasur Rajidan yang tengah terbaring lemah tak berdaya. Aidan hanya menatap wajah Rajidan kosong.

"Enak kali ya baring di sini ga ada beban sama sekali." Ucap Aidan lemas.

"Coba deh, goblok itu gausah di pelihara. Pelihara tu kambing kek biar kaya!" Attariq yang mendengar ucapan lemas Aidan mendadak sensi.

"Apaan sih, garing banget lu boy!" Aidan juga ikutan sensi mendengar ucapan Attariq barusan.

"Lo kalo kebaring di sini, beban idup lo iya bisa pergi, bisa juga nyawa lo sekalian pergi. Tau!" Attariq menatap Aidan marah. Sedangkan Aidan menatap Attariq tak perduli.

"Gua gak tahu gimana jadinya kalo misalnya lo yang kebaring di sini Dan. Ngelihat Baba yang baring aja gue udah mau mati. Apalagi lo, mungkin satu rumah sakit ini gue hancurin gara-gara lo gak bangun." Ucap Attariq sambil menatap Aidan lemas. Aidan menatap Attariq dengan senyuman manis.

"Unch, adik Attariq. Abang Aidan terharu..." Aidan berusaha untuk memeluk Attariq. Tapi Attariq, malah berusaha keras untuk menghindar jauh.

"Pergi ga lo," teriak Attariq histeris. Sedangkan Aidan makin memanyun-manyunkan bibirnya agar bisa mencium pipi Attariq.

"Uhuq.." suara batuk menginterupsi mereka.

"Anjir, apaan tu Dan ?"Attariq langsung terdiam tak berkutik.

"Gatau Riq, itu apaan anjir ?"Aidan langsung memeluk Attariq ketakutan.

"Ini kamar kan bekas orang kecelakaan Dan," ucap Attariq dengan gidikan Ngerinya.

"Mati kaga? Kalo mati.." ucapan Aidan bergantung begitu saja.

"Whaa mama,"
"Whaa bunda."

Mereka berdua serentak memanggil kedua ibu mereka. Tanpa melihat siapa yang terbatuk.

"Aidan.. Attariq.." lirih seseorang yang membuat Aidan serta Attariq saling berpandangan.

"Masa setannya kenal kita sih Riq." Aidan berucap dengan nada ketakutan. Begitupun Attariq yang malah semakin erat memeluk Aidan.

"Hoi! Masa orang baru bangun dikatain setan! Ini saya, Rajidan." Ucap Rajidan setengah murka karena kelemotan kedua temannya.

"LAH UDAH BANGUN ?" Aidan berteriak spontan. Attariq langsung menganggukkan kedua kepalanya.

"PANGGIL DOKTER RIQ, PANGGIL." Aidan mendorong - dorong Attariq panik. Attariq pun yang tadinya santai malah ikutan panik.

Attariq berlari keluar dan berteriak - teriak seperti orang kesurupan.

"DOKTER, SUSTER, DOKTER.." teriaknya panik.

"GABAKALAN DENGER GOBLOK, PENCET BEL MERAHNYA.." Aidan berteriak panik. Rajidan yang baru saja siuman melihat mereka dengan tatapan frustsi.

"Oh iya lupa Aa'." Attariq langsung berjalan masuk dan hendak memencet bel merah yang berada tepat di samping Aidan.

"DASAR LOLOT, BELNYA KAN DISEBELAH ELU DAN. MASYALLAH." Attariq akhirnya berteriak frustasi. Sedangkan Aidan hanya nyengir kuda menyadari kekonyolannya.

"Hehe.. maaf Riq, panik." Ucap Aidan sambil memencet bel tanda warna merah itu.

"Ya Tuhan, maaf kan kegoblokan teman hamba. Sesungguhnya otak mereka ada, cuma dipakenya sedikit.." Rajidan berdoa dengan suara sedikit keras. Aidan serta Attariq yang sedari tadi terdiam menunggu datang suster atau dokter mendengar perkataan Rajidan dan menatapnya sinis.

"Dasar ga tau diri, masi mending di perhatiin."
"Dasar sipit, sabar ini gua nunggu lu sadar."

Attariq serta Aidan berceletuk dengan sebalnya, sedangkan Rajidan menatap mereka dengan tatapan polos.

"Jadi kalian nungguin saya selama ini?" Tanya Rajidan polos.

"Menurut lu aja pak haji."
"Serah lu aja lah pak ustadh.."

Dan Rajidan pun terkekeh melihat tanggapan kedua temannya itu. Tak lama kemudian, perawat serta dokter datang untuk memeriksa keadaannya.



Bersambung..

***


Tq sayQ 💕

The SomvlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang