[Memulai kedekatan]

270K 20.4K 3K
                                    

Mereka berempat berjalan berdampingan. Mulai dari tatapan memuja, hingga tatapan sinis terlontar pada mereka.

"Ngapain si liat-liat. Kaya gue pisang aja," kesal Devan. Dan temannya yang lain hanya menggeleng maklum.

"Bersabarlah. Mungkin, mereka mengagumi anugrah yang telah Tuhan berikan kepada kamu...." ucap Rajidan dan membuat ke tiga teman barunya terpelongo tak percaya.

"Apa lo selalu gini ya?" tanya Aidan pada Rajidan.

"Gini gimana?" tanya Rajidan bingung sambil menatap ke arah Aidan yang mengulum senyumnya.

"Sipit Ba," kata Aidan terkikik

"Ba?" tanya Attariq pada Aidan.

Aidan mengangguk sambil tersenyum. Tak memungkiri bahwa banyak anak perempuan yang menatap dirinya kagum.

"Kan gue dah bilang, Baba Idan lebih cocok buat Rajidan. Juga karena dia itu sipit, mirip kaya Baba yang di kantin SMP dulu." jelas Aidan. Semua dari mereka mengangguk paham. Termasuk Rajidan sendiri.

"Terus Ba, kenapa lu ga marah sama sekali? padahal Aidan ngasih julukan ke elu?" tanya Attariq pada Rajidan.

"Sesungguhnya, aku tersanjung. Karena dia menyayangiku...." ucap Rajidan berlebihan. Semua menatapnya tak percaya. Terlebih lagi Devan.

"Masyallah, ngucap Devan.." ucap Devan sambil mengusap mukanya. Aidan menatap mereka acuh tak acuh, langsung saja dia berjalan mendahului ketiga temannya.

***

"Gua sih yakin , kalo gua pasti dapetnya Ips" ucap Attariq ketika berada di gedung Ipa.

"sesungguhnya.." ucap Aidan menggantung.

Dia melihat seorang gadis yang sedang berjalan sendiri dengan tampang juteknya. Tingkah gadis itu menimbulkan ketertarikan Aidan padanya. menurutnya, gadis itu berbeda dari yang lain.

Sangking terpananya , dia sampai tak sadar bahwa Attariq sedari tadi memanggilnya. Attariq berniat untuk mengajaknya kekantin sebentar.

"AIDAN RAJENDRAAAA!" teriak Attariq.

"apasih Riq!" Teriak Aidan. Dan menatap Attari dengan sinis.

"Lo yang kenapa bego," kesal Attari tak terima.

"Maksudnya apa?" tanya Aidan kesal.

"Gue tuh dari tadi manggil. Engga lo jawab sama sekali malah marah marah. Attariq mah apa atuh Dan!" kesal Attariq dan memilih untuk meninggalkan ketiga temannya.

"Ngambek dah kaya cewe," oceh devan. Dan mengikuti attariq dari belakang. Di susul oleh Aidan dan Rajidan.

Attariq memilih untuk pergi mencari kelas dan dia sudah tidak mood pergi ke kantin lagi. Tanpa dia sadari, banyak mata yang memandangnya. Salah satunya , seorang pria dengan Name tag Rio.

Rio melangkah menuju menuju Attariq dan dengan sadar, dia menabrakkan dirinya ke arah Attariq.

'brukk'

"Anjrit!" umpat Attariq karena terkejut. Badannya sedikit terlonjak kedepan.

Rio hanya menatapnya dengan senyum sinis. Tatapan tak senang sengaja dikeluarkan.

"Eh maksudnya apa nih, Bung ?" tanya Attariq santai.

Attariq membenarkan kerahnya, dan menjilat sedikit bibir pinknya. Tak banyak siswi disini yang berteriak tertahan akibat pesona seorang Attariq Putra Akmal.

"Bacot lo anjrit." Sentak Rio pada Attariq.

Attariq yang tak tau apa-apa ini hanya menatap Rio bingung. Terlihat dari gerak gerik Rio, dia mengalami kecemburuan terhadap Attariq. Pasalnya, seluruh perhatian teralih hanya pada Attariq seorang.

'Bugh'

"WOI BANGSAT!" Teriak seseorang yang tak terima melihat temannya tertinju.

Semua melongo kaget akibat teriakannya yang sangat keras. Termasuk Attariq dan Rio sendiri.

"Astagfirullah ya Allah. Maafin Idan ya Allah ke lepasan. Maaf ya Allah Idan tobat, Idan engga ngelakuin lagi!"  Perkataan itu membuat suasana yang tegang sedikit cair. Banyak dari siswi yang menonton ingin berteriak histeris karena perbuatannya yang konyol.

Seperti yang di duga , dia adalah Rajidan.

"Sok suci paling juga pencitraan," ejek Rio pada Rajidan.

"Mending sok suci. Dari pada lo, sok keren tapi enggak keren. Udah gitu cemburuan lagi, cuih!" ejek Aidan yang sebenarnya mengetahui permasalahan antara Rio dan Attariq.

"Maksud lo apa hah?!" Tanya Rio tak terima akan ejekan yang di lontarkan Aidan.

Rio hendak menghajar Aidan juga, sama seperti dirinya meninju Attariq. Namun bedanya, seseorang menahan langkahnya.

"Lo kalau mau nyentuh Aidan, tinggal pilih mau bogem kanan apa kiri?" Devan maju selangkah melindungi Aidan.

Sebenarnya, Aidan sama sekali bukan pria yang lemah. Namun, inisiatif Devan dan ketiga temannya untuk melindungi membuat dirinya seperti terjaga.

"Hayoloh.. Temen gue banyak temen lo enggak ada. Gue banyak yang ngelindungin, lo enggak ada. Kasian," ejek Aidan pada Rio.

"Astaga Aidan...." Attariq mengusap wajahnya. Sempat sempatnya Aidan mengejek Rio dengan lelucon anak -anak.

"Keroyokan aja bangga."

"Setidaknya kita punya temen enggak kaya lo. Sendiri kaya jones!" balas Aidan pada Rio.

"Pulang lewat mana lo? Ketemu kita."

"Ah kamu ... engga usah repot repot nganter Aidan. Aidan pulang bareng Ariq," Semua yang melihat itu sedikit gemas dengan tingkah Aidan, termasuk ketiga temannya.

Rio merasa seperti tidak berguna melawan Aidan. Memilih untuk mundur dan pergi dari sana. Aidan tersenyum puas.

"Kita ga perlu ngeluarin banyak tenaga. Cukup dengan ucapan konyol, musuh bakal mundur dengan sendirinya." ucap Aidan dengan sok, pada ketiga temannya dan memilih untuk berjalan duluan.

"Dia bukan temen gua, serius." ucap Attariq.

"Bukan temen gua juga...." Sambung Devan.

"Astagfirullah. Temen aku engga kaya gitu kok. Serius!" ucap Rajidan sambil menggelengkan kepalanya.

"Gue temennya Monyet! Bukan temen kalian, puas?!" tanya Aidan kesal dan berlalu meninggalkan ketiga temannya.

The SomvlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang