Chapter 9 : Sentuhan...

Mulai dari awal
                                    

"Jangan begitu yakin." Kenzo menatap curiga pada Alfa.

Apa yang pria tua itu rencanakan?

"Kakek sudah merencanakan masa depanmu."

Kenzo mengerutkan dahinya dengan sikap waspada.

"Apa maksudmu?"

"Aku sudah merencanakan pertunanganmu dengan keluarga McCallister."

"Apa kau gila?" Kenzo tertawa sinis dengan kepalan ditangannya.

Alfa memotong ucapan Kenzo, "Aku tahu kau dan Jessica sudah lama saling mengenal. Tentu saja itu akan melancarkan hubungan kalian ke depannya. Melancarkan hubungan kita dengan keluarga McCallister."

Otot rahang Kenzo mengetat. Kepalan ditangannya semakin kuat hingga memutih. Matanya jatuh tanpa kelembutan atau keramahan kepada Alfa.

"Berani-beraninya kau—" Kenzo menggeram.

"Ya, aku berani. Aku adalah kakekmu. Walimu satu-satunya."

Kali ini Kenzo benar-benar naik pitam. Rencana gila kakeknya benar-benar membuat emosinya memuncak.

"Jangan pernah berani ikut campur urusanku. Aku bukan Thomas Rich Alterio, yang begitu bodohnya menjadi bonekamu sampai dia menyesali hidupnya karena meninggalkan istrinya hanya demi keegoisanmu!" Suara Kenzo menggema di setiap sudut ruang tamu.

"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Aku akan memberimu waktu satu minggu untuk memikirkannya."

"Tidak perlu! Karena..."

"Kau akan menerimanya Kenzo. Itu pasti."

Tanpa Kenzo sadari, ada sosok lain yang tanpa sengaja ikut mendengarkan pembicaraan mereka. Sosok yang kini tengah duduk lemah di belakang pintu ruang tamu. Kepalanya tertunduk dengan sebuah nampan berisikan minuman hangat tergeletak miris di lantai.

***

Kenzo merenggangkan otot tubuhnya yang kaku di sofa. Percakapannya dengan Alfa membuat suasana hatinya kian buruk.

Apa yang sedang direncakan Alfa? Otaknya terus berpikir liar sampai pintu masuk ruang tamu terbuka.

Ceklek.

Marta masuk membawa perlengkapan kebersihan.

"Bi, Angel mana?" Hanya Angel yang mampu mengalihkan perhatiannya.

"Nona ada di kamarnya, tapi..."

"Ada apa?" Kenzo melihat tanda-tanda khawatir di garis wajah Marta.

"Ta-tapi, bibi khawatir..."

"Tapi apa? Bicara yang jelas!" Bentak Kenzo tak sabar.

"Saya melihat nona menangis."

"Angel menangis? Kenapa?" Lipatan kecil di dahi Kenzo mulai menghiasi wajahnya yang tampan.

"Saya juga tidak tahu. Setelah mengantarkan minuman untuk tuan, tiba-tiba nona menangis."

"Minuman? Tapi tadi Angel tidak..." Ucapan Kenzo menggantung ketika menyadari sesuatu.

My Spoiled Angel [21+] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang