BAB 8 (mereka..)

2.5K 189 5
                                    

Yang kulihat hanyalah seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam, dan memegang pistol ditangan kanannya.

Aku tersadar dari pingsanku, namun tak mampu untuk membuka mataku. Sekujur tubuhku terasa sangat kaku, kepalaku masih juga terasa sakit. Tapi, kenapa aku tidak bisa merasakan detak jantungku? Apa aku sudah mati?

Aku hanya bisa memejamkan mataku sampai berharap jantungku akan segera berdetak. Aku mengangkat tanganku perlahan dengan gemetaran karena tubuhku terasa lemas. Aku meletakannya didadaku.

DEG... DEG...

Hhhh... akhirnya aku bisa merasakan detak jantungku lagi, aku menghembuskan nafasku lega. Tadi itu benar-benar membuatku takut. Aku juga masih tidak tahu aku berada dimana. Karena mataku masih saja tertutup.

Aku menyadari sesuatu. Kenapa tidak ada darah di sekitar dadaku? Baju yang kukenakan juga sangat kering. Aku meraba seluruh bagian dadaku. Ini benar-benar kering.

Aku sangat ingin membuka mataku, tapi kenapa tidak bisa? Aku tahu aku sekarang sedang terbaring di sebuah kasur, aku bisa mencium obat disini. Apa aku dirumah sakit?

"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Ucap seorang yang sepertinya itu adalah seorang pria. Tapi tetap saja yang kulihat hanyalah gelap.

"Sekarang bukalah matamu." Ucap pria itu. Aku tidak mengerti kenapa dia menyuruhku melakukannya, tapi aku mencobanya, melakukan apa yang baru saja ia suruh.

Aku membukanya. Ya, ini terbuka. Awalnya semua tetap gelap. Namun, akhirnya aku bisa melihat sesuatu.

Obat infus, ranjang yang dipagari berwarna serba putih, dan bajuku berwarna serba hijau. Aku tahu, dan tidak salah lagi, ini adalah rumah sakit.

Aku mencari-cari keberadaan pria yang tadi berbicara padaku, aku menoleh keseluruh arah dari isi ruangan ini. Namun, yang kulihat hanyalah tembok berwarna putih, Televisi yang mati tertancap sedikit tinggi di tembok tepat didepanku, kursi sofa berwarna abu-abu yang kosong disebelah kanan ruangan, pintu berwarna coklat yang terletak di kiri ruangan, kamar mandi disebelah kanan, dan meja kecil yang terletak dikanan kasurku.

Dimana orang tadi? Ini belum sampai satu menit, bahkan aku sama sekali tidak mendengar suara pintu yang terbuka, dan langkah kaki seorangpun. Ini sangat aneh, seluruh tubuhku yang tadinya sangat kaku justru merasa tegang, dan merinding.

Cklekk...

Pintu masuk diruanganku terbuka, aku tidak bisa menebak siapa yang akan masuk. Mungkinkah seorang perawat dirumah sakit ini?

Aku membuka mataku lebar saat seseorang memasuki ruangan ini. Tak percaya apa yang sedang kulihat. Seseorang yang sangatlah kukenal, dan sangat tak asing. Dia adalah Namjoon.

Ya, dia sahabatku. Bukan, maksudku mantan sahabat. Dia tidak lebih dari sekedar pengkhianat. Meskipun Seokjin sudah menjelaskan semuanya, aku masih belum bisa mempercayainya sampai aku menemukan buktinya sendiri.

Pria itu datang mendekatiku dengan baju hitam dan celana longgar berwarna putih, tidak lupa topinya yang berwarna hitam.

Ia berdiri di sebelah kiriku, menatapku sedih, dan kemudian membuka bicara, "Tae-" ucapnya lirih.

Aku langsung membuka bicara, "Apa yang kau lakukan disini? Aku tidak ingin melihatmu lagi." Ucapku dingin, dan langsung menoleh kerah kanan karena terlalu malas untuk melihat wajahnya.

"Itukah sambutanmu selama satu tahun tidak bertemu kepada sahabatmu, Tae?"

Aku langsung menatapnya tajam saat ia mengatakan 'sahabat', "Apa? Sahabat? YA! Kau itu hanyalah seorang pengkhianat yang tidak punya perasaan! Uhukk.. uhuk.." Orang ini benar-benar membuat emosiku meluap, dan karena aku terlalu emosi, jantungku menjadi sangat sakit dan membuatku terbatuk-batuk.

I'm Just A Bad BoyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora