TwentySeven: Little Baby

8.7K 309 15
                                    

Tiba-tiba.....

**********

Oekk....oekk...

Rio dan Ify sama-sama tersentak saat mendengar tangisan bayi laki-laki itu. Mereka menoleh pada bayi itu, kemudian kembali saling berpandangan. Ify menoleh pada bayi itu, kemudian tanpa aba-aba, ia segera meraih bayi itu dari dalam box, dan menggendong bayi itu.

"Astaga ganteng banget kamu sayang, siapa orang tua kamu Nak? Kenapa kamu disini?" Tanya Ify sambil menimang-nimang bayi mungil itu. Seakan, bayi itu mengerti apa yang Ify katakan.

Rio mendengus geli melihat tingkah istri nya sekaligus haru melihat Ify yang dengan telaten menggendong bayi mungil itu. Rio menunduk, membuka kardus tempat bayi itu diletakkan. Dalam kardus itu sudah ada tas bayi berukuran besar. Juga terdapat selembar kertas tepat di atas tas itu.



Selamat siang. Saya tau, kalian pasti kaget saat melihat ada bayi didalam kardus depan pintu. Saya memohon pada kalian untuk menjaga anak saya. Maaf, saya tidak bisa memberitahu identitas asli saya. Nama bayi ini Darren. Hanya itu. Saya tidak bisa menitipkan bayi saya di panti asuhan karena pasti suami saya akan mencari bayi ini, dan mencelakakan nya. Saya tau kalian orang baik. Saya hanya berpesan untuk menjaga anak saya. Jika Tuhan masih berkehendak, saya akan mengambil Darren kembali. Namun jika tidak, saya mohon anggaplah Darren sebagai anak atau saudara kalian. Hanya kalian yang bisa membantu saya. Dalam tas itu sudah ada beberapa perlengkapan Darren. Saya ucapkan terima kasih banyak sebelum dan sesudahnya.


D.


Dahi Rio kontan berlipat saat membaca surat itu. Disampingnya, Ify juga ikut membaca note kecil itu sambil sesekali menimang bayi yang bergerak gelisah digendongannya.



"Kira-kira siapa yah Kak orang tua Darren? Kenapa mereka tega mau mencelakakan anak sekecil ini. Apa mereka nggak tau kalau diluar sana banyak pasangan yang menginginkan seorang anak. Tapi ini, mereka malah menyia-nyiakan bayi selucu dan seganteng ini." Ucap Ify dengan pandangan yang tak lepas dari wajah imut Darren yang sedang tertidur pulas.


Rio mengangguk membenarkan ucapan istrinya. Bagaimana bisa ada orang tua semacam itu? Padahal, anak itu titipan Tuhan yang harus disayang dan dijaga. Bukannya malah dibuang seperti ini. Rio ikut mengutuk tindakan dari orang tua Darren. Dulu, saat Ify masih hamil Rio sangat antusias saat mengetahuinya. Ia sangat bersyukur dan berjanji akan menjaga Ify dengan baik. Namun akhirnya? Mereka malah kehilangan calon bayi mereka karena sebuah kecelakaan. Namun Rio tidak menyesal. Ia percaya Tuhan akan selalu memberikan berkat disetiap cobaan yang melimpah mereka. Dan sekarang? Mungkin Darren adalah titipan Tuhan untuk menggantikan Baby Zee yang sudah tiada.



"Kak gimana kalo Darren kita rawat aja? Yahh anggap ajalah dia anak kita sendiri. Kan kita udah kehilangan Zee. Mungkin Darren pengganti Zee." Ucap Ify. Rio mengangguk setuju.

"Yah mungkin ini hikmah dari kejadian waktu itu. Yaudah yuk masuk dingin nih," ucap Rio. Ia kemudian mengulurkan tangan dan membuka pintu ganda rumah mereka.



Rio meletakkan tas berisi perlengkapan Darren diruang tamu. Ia lalu duduk diikuti Ify. Rio tersenyum melihat Ify yang tampak asik mengajak Darren berbicara seakan bayi kecil itu mengerti. Darren juga sudah bangun. Mungkin ia merasa terganggu dengan suara Ify yang terus menerus berbicara padanya dan sesekali mencubit pipi gembulnya.

"Darren ganteng yah Fy," celetuk Rio. Ify mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Coba deh Kak, periksa apa aja yang ada dalam tas Darren." Ucap Ify tanpa menoleh pada Rio. Tanpa menyahut, Rio segera membuka tas dan mengeluarkan berbagai jenis baju anak, susu kaleng, dot susu, beberapa mainan yang sudah diberi nama DARREN, perlengkapan mandi, dan juga popok bayi.

"Lengkap semua." Ucap Rio.

"Ify mau main sama Darren dulu yah Kak," kata Ify.

"Dikamar aja yuk. Aku capek nih," ajak Rio. Ify mengangguk lagi, kemudian berjalan bersama Rio menuju kamar mereka.

"Darren malam ini tidur sama kita, yah Kak"

"Hmm"

"Kak Rio"

"......."

"Kak,"

"......."

Ify mendengus kesal saat tak mendapat jawaban. Ia menoleh pada suaminya, dan mendapati Rio yang sudah tertidur pulas dengan posisi terlentang dengan tangan kanan yang berada diatas perutnya, dan tangan kiri ber ada dibelakang kepala.

"Udah tidur ternyata." Gumam Ify. Ia kembAli menoleh pada Darren dan mendapati bayi kecil itu sudah menguap dengan mata yang perlahan tertutup. Ify mendengus geli, kemudian meletakkan Darren diantara ia dan Rio. Jadilah Darren tidur ditengah. Setelah mengecup kening 2 pria kesayangannya, Ify mematikan lampu kamar, kemudian memejamkan mata karena jam juga sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

************

Tepat pukul 03.00 Ify dan Rio terbangun akibat suara nyaring dari Darren yang sedang menangis. Anak kecil itu menangis terisak dengan kaki yang terus menendang-nendang dengan brutal.

"Kenapa nangis sayang?" Ucap Ify. Ia bangun, kemudian meraba pantat Darren. Siapa tau saja baby boy itu pipis. Dan ternyata benar, Darren pipis di celananya karena memang ia tidak mengenakan popok.

"Kenapa Fy?" Tanya Rio dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Darren ngompol Kak," jawab Ify. Ia berdiri, dan berjalan menuju sofa kecil yang berada dalam kamar, untuk mengambil baju ganti untuk Darren. Sementara Rio sedang berusaha menenangkan Darren yang masih terus menangis terisak dengan suara yang cukup nyaring.

"Hey jagoan, kenapa nangis? Anak cowok nggak boleh cengeng." Ucap Rio pada Darren. Seakan mengerti, tangisan Darren langsung berhenti saat itu juga. Ia menatap Rio dengan wajah polos menggemaskan miliknya. Tangannya terjulur, berusaha menggapai wajah Rio.

Rio tertawa geli. Ia meraih tangan mungil Darren, kemudian mengarahkannya kedepan bibirnya. Rio mengecup lembut tangan mungil itu. Selanjutnya, ia memberikan kecupan di pipi dan dahi Darren.

Ify tersenyum melihat pemandangan yang menghangatkan dadanya. Walau Darren bukan anak kandung mereka, namun kelihatannya, ah bukan, tapi Rio memang sangat menyayangi Darren persis seperti anak kandungnya sendiri. Lagi, Ify teringat pada alm.Zee anak mereka. Andai saja Zee masih ada, mungkin saat ini ia sudah bisa berucap kata 'Mama' dan 'Papa' sangat lucu.

Ify menggeleng pelan. Ia mendekat, kemudian dengAn telaten, Ify membuka pakaian Darren yang basah. Ia terlebih dahulu membersihkan Darren dengan tisu basah, lalu setelahnya, memakaikan bedak khusus bayi untuk Darren.

Setelah selesai, Ify menyuruh Rio untuk menggendong Darren karena ia akan mengganti seprai mereka yang basah. Rio menggendong Darren yang tampak tenang dan nyaman di pelukan Rio. Pandangan Rio juga selalu tertuju pada Darren. Tapi sesekali ia melihat istrinya itu.

Terima kasih Tuhan, Kau sudah memberikan mereka di dalam hidupku. Semoga hari esok akan lebih baik lagi dari hari ini.

"Udah kak, kalo masih ngantuk, Kakak tidur aja dulu. Ify masih mau nidurin Darren dulu." Ucap Ify. Rio menggeleng pelan kemudian berjalan kearah ranjang, dan meletakkan Darren ditengah ranjang.

"Aku maunya tidur sama kamu," ucap Rio tanpa berniat menggoda sama sekali. Ify mengangguk saja, ia berbaring disamping kanan Darren, dan menepuk-nepuk punggung Darren lembut sementara Rio menyanyikan lagu anak-anak pengantar tidur.

Hanya memerlukan waktu beberapa menit saja, Darren sudah kembali kealam bawah sadarnya. Ify dan Rio sama-sama tersenyum lega. Mereka menunduk, kemudian mengecup pipi kanan dan kiri Darren berbarengan.

"Papa, Mama sayang Darren," bisik mereka bersamaan. Tiba-tiba saja, Darren tersenyum dalam tidurnya. Mungkin ia mendengar bisikan dari kedua orang tuanya.

Bersambung....

Crazy Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now