[19] Dark Nathan

872 45 0
                                    



       Gue terdiam sesaat. Mencerna pertanyaan yang dilontarkan Nathan dengan serius.

       "Pergi kemana? Piknik di pulau Bali? Ada-ada aja lo." Jawab gue sambil nyengir pelan.

      "Gue-"

      Gue langsung memotong ucapan yang akan dikeluarkan oleh Nathan. Karena, gue tidak mau dengar pertanyaan seperti itu lagi.

Yang gue inginkan, hari ini berjalan dengan lancar.

"Sudah, gak usah dilanjutkan" Ujar gue pelan. Seperti yang gue inginkan, Nathan tidak melanjutkan ucapannya.

Suasana biasa antara Nathan dan gue berubah jadi suasana yang cukup berbeda.

Kami hanya mengerjakan kegiatan masing-masing.

Sesekali mata gue melirik jam yang melingkar di tangan gue. Sekarang sudah pukul 09:32. Sudah setengah jam kami diperjalanan, tapi gue enggak tahu, Nathan mau bawa gue kemana.

Tampak dari dalam sini, pemandangan di sebelah kiri gue. Deretan pohon menjulang tinggi, rumput hijau terbentang luas.

"Tan, kita mau kemana ya?" Tanya gue pelan.

Tiba-tiba mobil Nathan sudah berjalan di atas rumput luas seperti lapangan yang gue lihat tadi. Setelah dirasa cocok untuk memberhentikan mobilnya, Nathan keluar dari sana.

"Dith, keluar" Suruh Nathan. Nathan merenggangkan otot-otot lengannya yang mungkin lelah karena menyetir.

Beberapa detik ia memejamkan matanya dalam. Dan menghirup udara di pagi hari ini.

"Tan? Lo sehat kan?" Tanya gue. Nathan menaikkan alisnya. "Yaa, gue tahu, hari ini hari Terakhir gue di skors... tapi, gue merasa aneh aja tiba-tiba lo ngajak gue kesini, buat apa coba? Jujur, gue dagdigdug" Ujar gue, suara gue mengecil mengucapkan kalimat terakhir.

Nathan tertawa kecil. Gue gak tahu la ya, Nathan beneran kesambet atau enggak. Tapi gue harus positive thingking, kalo ia enggak kesambet.

"Well, pemandangannya bagus juga" Gue ikutan merenggangkan otot-otot lengan gue. Sekuat mungkin gue menarik lengan gue ke atas, sampai gue hampir terjungkal ke bawah.

Kepala ku kembali ku angkat ke atas setelah sebelumnya menatap tanah. Betapa terkejutnya, Nathan menutup mataku. Lalu menuntunku ke suatu tempat.

"Taraa" Nathan melepaskan tangannya. Didepanku sudah ada meja dengan berbagai macam makanan, dan lilin-lilin menghiasi meja. Tersedia dua kursi, yang aku tahu, itu untukku dan Nathan.

"Wah" Aku menutup mulutku. Tak menyangka kalau Nathan yang membuat ini. "Terima kasih, Nathan" Ucapku tersenyum manis.

"Woi, Nadith!" Entah suara jin jenis apa yang tega ngebangunin gue dari hayalan gue.

Ini efek dari otot yang di renggang kan menyebabkan otak gue juga renggang. Hu.

"Oke, tan. Gue anggap lo gak ngerjain gue. Terus, kita mau ngapain...." Tanya gue sedikit greget.

"Lo inget gak, ini tempat apa?" Tanya Nathan, gue gak ingat lah. Inikan pertama kalinya gue kesini.

"Gue gak inget"

"Saat perpisahan SMP, gue ajak lo kesini. buat menghindar dari acara yang paling menyedihkan, untuk siswa yang akan masuk ke jenjang yang lebih tinggi, perpisahan"

Hem. Waktu itu... "ah gue ingat! Tapi, kok tempatnya sudah berubah ya?"

"Karena waktu yang merubahnya."

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang