[12] First Suspension

883 48 0
                                    

[12] First Suspension : My Childhood Friend.

| | | | | | •

       "Dan yang tadi adalah awal dari hari-hari yang menyedihkan bagi lo selanjutnya."

       Jangan cari gue, gue lagi diskors.

***

      Ini hari pertama aku menjalani skors, tidak sekolah selama satu minggu, lumayan juga. Aku mengintip dibalik jendela, coba tebak buat apa?

      Melihat Nathan udah pergi sekolah atau belum. Tidak lama, akhirnya keluarlah Si El dan Si Otan menuju mobil Sport Putih yang biasa terparkir setiap pagi diperkarangan rumah Nathan.

      Mereka masuk, dan mulai pergi dari sana. Aku tersenyum kecil, sambil merenggangkan sendi-sendi ku yang banyak kaku karena terlalu banyak duduk di bangku sekolah. Aku keluar dari kamar dan mencari ayahku.

      Tidak ada. Aku mencari ke halaman belakang rumahku, dan itu dia dibalik semak-semak. Aku hanya melihat topi nya saja dari sini. Aku menghampirinya. Merumput? Ayah sedang merumput?

      "Ayah?" Aku mencoba menyapa ayah yang sibuk mencabuti rumput-rumput panjang ini.

      "Ya, Nadith." Jawab ayahku yang tanpa mengalihkan kegiatannya.

      "Apa aku tidak salah lihat?"

      "Kenapa? Matamu sakit, Nak?"

      "Oh, bukan itu. Ayah tidak ke kantor?" Aku ikut berjongkok dan ikut mencabuti rumput.

      "Terkadang ayah merasa, memakai jas itu membosankan, jadi ayah lebih memilih membersihkan rumput liar disini."

       Aku tertawa mendengar penjelasan ayah.

      "Kau ini, kenapa tidak dibersihkan. Apa harus ayahmu yang membersihkan ini,eh?"

      "Tidak ayah. Itu" Ucapan ku menggantung.

      "Tugas ku terlalu banyak." Aku menyengir dihadapannya. Selama ayah diluar negeri, aku tidak pernah menyentuh halaman belakang rumahku, terakhir aku kesini, saat ayah belum pergi ke Singapura. Sekitaran setahun yang lalu. Lama juga ya. Pantas rumputnya tumbuh merdeka disini.

      "Ayah mengerti." Ayah memberhentikan kegiatannya dan melihat ke arahku.

      "Dan sekarang, kenapa Nadith tidak bersekolah?" Aku tersentak dengan pertanyaan itu. Benar juga, jam ini adalah jam bagi pelajar untuk belajar tapi aku malah duduk berjongkok mencabuti rumput.

      "Aku. Aku di skors yah." Ucapku menunduk.

      "Benarkah kau diskors? Ahh pasti kau buat masalah."

      "Oh, tidak. Tidak yah."

      "Lalu?"

        "Terkadang duduk dikursi kelas lebih melelahkan dibanding mencabuti rumput."

       Ayahku manggut-manggut. " Hem, benar juga. Membosankan."

       "Itu dia, membosankan." Aku ikut manggut-manggut. Ayahku mendekat dan mencoret wajahku dengan tanah basah yang berada di tangannya. Hasilnya, wajah cantik ini ternodai dengan tanah. Aku pun melakukan hal yang sama, sempat terjadi perang-perangan tanah di antara kami dengan benteng pertahanan ilalang panjang yang menutupi tubuh kami.

       "Anak nakal," Teriak ayahku. Saat lemparan tanahku mendarat ke wajah tampannya yang sudah berkeriput itu.

      "Ayah lah yang nakal." Teriakku.

      Kamipun berkejaran, terkadang pikiran antara ayah dan anak perempuannya hampir sama. Saat ayah merasa bosan, aku juga sama. Sudah sangat lama aku tidak seperti ini dengan salah-satu keluargaku. "Kau mirip sekali dengan Naura, anak nakal." Ayahku mengucapkan kembali nama itu membuat aku menghentikan larianku. Dan terdiam. Apa iya aku mirip dengannya? Tidak!

      "Ada apa?" Tanyanya ngos-ngosan. Tak lama, ayahku sadar apa yang diucapkannya tadi.

      "Nadith."

       "Tidak apa yah. Aku hanya lelah terus berlarian, karena di kejar ayah." Ucapku tersenyum kecil. "Coba lihat ini, aku seperti manusia cokelat, karena ayah. Jadi aku memutuskan untuk mandi." Aku berlalu dari hadapan ayah sambil membersihkan tanganku yang penuh dengan tanah.

      Naura.

      Aku berdiri didepan wastafel, memperhatikan diriku, aku mengingat sesuatu. Elsa mengenal nama-nama itu. Sedangkan ayah di sini. Apa aku harus bertanya? Demi penasaranku, aku akan bertanya. Walaupun wanita bernama Elsa itu membuat kepalaku berputar, setidaknya aku harus tahu, dari mana dia mengetahui nama-nama itu.

***

      Cowok itu.. dia tampak berantakan dari sebelumnya. Mungkin cewek yang selalu memperhatikan nya menjauh?

       "Nathan, kenapa sih? Dingin banget," Kesal Elsa yang masih menyamakan jalannya dengan Nathan.

      "Dari kemarin gue tanya, lo gak jawab-jawab, ngambek mulu."

      Nathan berhenti, dan memposisikan dirinya berhadapan dengan Elsa.

      "Dari mana lo tahu nama keluarga Nadith? Sebenarnya lo siapa?" Tanya Nathan dengan nada datar.

      "Itu, lo gak harus tahu." Jawab Elsa singkat.

       Karena tidak mendapatkan jawaban yang tidak diinginkan. Nathan kesal.

      "Jawab gue!"

       "Nathan, tidak perlu ngebentak gue. Kasar banget sih lo," Celetuk kesal Elsa.

       "Sebelumnya lo kenal dengan Nadith?"

       "Sudah deh. Gak usah sebut-sebut nama dia, udah gue bilang, lo gak perlu tahu." Elsa menggerakan kakinya untuk pergi dari hadapan Nathan. Namun, Nathan menariknya.

       "Lo harus tahu, sabar itu pake batas. Lo juga harus tahu, Elsa. Bukan hanya lo yang tahu secara tiba-tiba tentang kehidupan seseorang. Gue juga tahu tentang lo, terutama ayah lo."

      Mendengar ucapan Nathan, Elsa menepiskan tangannya. Ekspresinya berubah menjadi marah, ia menatap kesal Nathan.

      "Oke. Gue beri tahu lo. Nadith." Ucapan Elsa menggantung. Membuat Nathan mendesaknya, "Nadith apa?! Cepat katakan!"

      "Dia temen masa kecil gue! Selain lo, Nadith juga! Sekarang gue benci dia, gue gak suka dia, karena dia ngerebut lo dari gue. Puas lo!" Elsa berteriak dihadapan Nathan. Lalu pergi dari sana. Nathan heran.

***

       "Apa?! Teman masa kecil?" Mataku membulat, mulutku terbuka. Mendengar apa yang dikatakan ayah. Dia teman masa kecil gue? Oh ya ampun. Teman dari mana. Diingatan gue, nama dia sama sekali tidak ada. Tambah benci gue.

       "Apa ayah tidak salah. Kenapa aku merasa aku tidak pernah memiliki teman dengan nama Elsa." Ujarku heran.

       "Jelas saja kau tidak mengetahuinya, kalian berpisah saat diumur 6 tahun, dan nama kecilnya adalah Abe."

       Aku mengangguk pelan, oke dapat ku terima kalau Elsa teman dimasa kecilku. Karena kami berteman di masa kecil itulah Elsa tahu nama keluargaku. Tapi kenapa dia berusaha menjauhkan ku dari Nathan. Dasar teman sialan!

Nadith And Nathan.

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang