Chapter 37

344 12 1
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak hari itu. Tidak ada lagi yang harus ditutupi. Tidak ada lagi yang tersakiti dalam diam. Semua terselesaikan dengan baik.

Masalah bukan berarti ikut berhenti.

Masalah akan tetap ada ke depannya. Tinggal bagaimana saja kita menghadapinya.

Sudah seminggu juga Acha, Elang,  beserta kelompok-kelompoknya belajar untuk menghadapi ujian yang sudah didepan mata.

Ujian bertingkat Nasional itu akan dilaksanakan dua hari lagi. Banyak siswa-siswa yang mulai menenangkan otaknya sampai hari-H.

Sudah cukup mereka selama seminggu berkutat dengan buku. Saat ini dua hari sebelum ujian. Waktunya untuk menangkan diri berbanyak berdoa.

Acha memijat kepalanya, lalu tangan nya beralih mengusap-usap matanya. Pagi ini, khusus kelas 12 sedang dilakukan pengarahan untuk ujian nanti. Walaupun pagi hari di hari ujian juga akan tetap dilakukan.

Tapi, pagi ini akan lebih banyak pemberitahuan. Bukan hanya tentang ujian tapi juga tentang acara-acara yang akan dilakukan setelah ujian selesai.

"Gila! Ini panas banget." gerutu Mia. Keringat mulai jatuh di dahinya.

"Mereka sih enak, nggak kena panas!" ucap Vera ketus menatap iri para guru yang berbaris didepan.

"Lama banget." Cellin ikut menambahi. Untung saja barisan mereka depan belakang. Jadi tidak perlu berteriak jika ingin berbicara.

Mia menyenggol tangan Acha. "Cha, lo nggak kepanasan?" tanya nya, heran Acha masih bisa saja berdiri tegak denga santai. Tanpa terganggu matahari yang sudah berdiri di atas kepala mereka.

"Iya, Cha. Lo adem ya? Ketutupan Nurul?" tanya Vera dari belakang. Membawa-bawa Nurul teman mereka yang tinggi sekali itu yang kebetulan baris di depan Acha.

"Panas..." Kata Acha terdengar serak.

Mia yang menyadari perubahan itu langsung memperhatikan wajah sahabat nya itu.

"Lo pucet, Cha. Lo sakit? gue panggilin anak PMR ya?" Mia menoleh ke belakang, mencari siapa pun anak PMR yang berjaga di belakang barisan.

"Gue--"

"Eh! Eh, Cha!"

Vera mulai panik menyadari tubuh Acha yang terhuyung ke belakang. Segera saja Vera dan Cellin reflek memeganh tubuh Acha agar tidak jatuh ke bawah.

"Eh! Tolong dong. Panggilin anak PMR!" Pintah Mia cepat kepada teman-temannya yang berbaris di belakang.

Acha pingsan.

Wajah nya terlihat pucat sekali.

Setibanya anak PMR, Acha segera di angkat dan dibawa menuju ruang Kesehatan. Mia, Vera dan Cellin mengikuti dari belakang.

Mulai terdengar bisik-bisikan. Bertanya ada apa dengan Acha.

Elang membuka bungkus permen mint dari Bimo. Cowok itu memasukkan permen nya kedalam mulut sembunyi-sembunyi. Takut akan ada guru yang melihat.

"Pak Dony ngomong apaan sih?" Bimo terlihat kesal.

Elang mengedikkan bahunya. "Aku nggak tau kakak."

"Najisin Lo!"

"Huss, ada Pak Eka di belakang!" Seru Rendy dari belakang Elang.

"Ngapain? Suruh duduk manis aja kek!" gerutu Bimo.

Pada saat upacara selalu ada guru BK yang akan berputar di barisan anak-anak. Untuk memastikan tidak akan ada yang berisik selama upacara berlangsung.

STAYEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang