Chapter 25

457 23 1
                                    

Ada waktu dimana kita harus bertahan, ada waktu dimana harus berhenti secara perlahan. Dan pada akhirnya waktu mana yang akan kita pilih?

Elang tidak berhenti, Ia tetap bertahan dengan caranya sendiri. Melihat bagaimana reaksi seseorang yang Ia perjuangkan, ketika melihat dirinya berhenti dan memulai sesuatu yang baru dengan yang lain.

Senang atau sedih? Itu akan terlihat. Dan itu, akan membantu Elang memilih waktu yang akan Ia jalani.

Cara yang Elang lakukan mungkin jahat dan jelas salahnya. Kalian bisa memaki-makinya. Mencemoh--nya.  Bisa dibilang Ia akan menyakiti dua hati yang berbeda. Tapi, Elang membutuhkan pernyataan yang benar-benar adanya. Bukan pernyataan bohong.

Kamu menyukainya. Tapi, kamu tak mengakui itu. Selalu saja berusaha membohongi perasaan sendiri.

Elang meletakkan buku sketsa nya. Terlihat jelas di buku itu,  sketsa seorang yang sedang tersenyum lembut dan tenang.

Elang memeriksa ponselnya. Memeriksa pesan Line dari Rendy.

Rendy: Lang, ke cafe lah sekarang,

Elang: Gak. Gue ada urusan

Rendy: sok punya urusan, lo

Rendy: Eh, emang bener lo tadi ribut sama, Acha?

Elang tak lagi membalas pesan Rendy, ponsel diletakkan nya diatas meja. Cowok itu berdiri dari duduknya, mengambil dan  memakai jaket. Lalu keluar dari kamar.

"Ini sudah jam setengah sembilan, kamu mau kemana, Elang?" Teguran dari arah dapur, membuat langkah cowok itu terhenti.

"Keluar bentar, Ma." Jawab Elang, Ia memang ingin keluar sebentar untuk mencari udara segar. Elang menyukai suasana dan angin pada malam hari. Tak ada orang lain yang mengetahui hal itu tentang dirinya, selain Mama--Elang.

Mama--Elang menggelengkan kepalanya. Ia tahu pasti anak lelaki satu-satunya itu sedang dalam masalah. "Ya udah, hati-hati. Jangan pulang malem, kalo gak pintu mama kunciin." Ancam wanita karir dan sekaligus ibu dan ayah bagi kedua--anaknya itu.

Elang menggangguk janji. Lalu melanjutkan langkahnya keluar rumah.***

Acha mematikan ponselnya, dan meletakkan nya dibawah bantal. Baru saja Dimas menelfon. Tak banyak yang mereka bicarakan.

Perempuan itu berbaring telentang di ranjang, menatap langit-langit kamarnya. Mengingat apa saja selama ini yang sudah terjadi hingga membuat fisik dan batin nya benar-benar lelah.

Pertama, ketika Ia koma, ketika Elang dapat melihatnya, dan ketika cowok itu mulai membantu nya. Memang ketika itu, banyak waktu yang mereka habiskan bersama. Sampai, semua mulai berbeda dari sebelum nya. Apalagi ketika Dimas memutuskan pergi dari kehidupan Acha.

Kedua, rasa lelah, putus asa, semua menjadi beban bagi Acha. Ia menyerah. Dan mulai menyalakan keadaan. Dan saat-saat itu juga Ia mulai menjauh dari Elang karna seseorang. Dan kini cowok itu memang pada akhirnya memilih menjauh. Dan Dimas justru kembali. Acha memang belum bisa melupakan cowok itu sepenuhnya.

STAYEDWhere stories live. Discover now