Akhir Pertama - 09

104K 8.8K 358
                                    

Gita POV

"Pokoknya gue ilfeel sama tuh batu. Emang ya, dia tuh sombong banget. Padahal Radit nggak kalah ganteng sama dia. Gue sumpahin, dia bakal jadi jomblo seumur hidup. Enak aja dia mikir gue berlebihan. Siapa yang nggak akan berlebihan kalau nerima surat ancaman gitu. Dan lo harus liat muka cewek yang udah dia buat baper itu. Kasian, Yas. Gue tau rasanya jadi cewek itu. Argh! Gue benci si batu."

Setelah mendapatkan perilaku menyebalkan dari Dean, itu berhasil menghancurkan suasana hatiku sehancur-hancurnya, bahkan saat pulang dari kantor aku segera menuju ke rumah Yasmin, menerobos masuk ke dalam kamarnya, lalu melempar semua boneka dari berbagai macam warna dan bentuk itu hingga tersebar merata di lantai.

"Gita! Kamar gue lo apain?! Kalau mau ngamuk jangan di kamar orang!" balas Yasmin yang lelah merapikan kembali bonekanya karena semua kebaikannya itu hanya berakhir dengan perlakuanku yang kembali melemparkan boneka-boneka.

"Gue sebel, Yasmin! Gue sebel!" Aku mulai mengacak-ngacak rambut.

"Tumben banget sih lo kesel sama cowok ganteng. Biasanya juga senyebelin cowok, kalau cakep yah tetep aja lo belain."

"Eh, tapi tadi si batu juga ngelakuin hal yang manis banget. Oh my God! Gue belum cerita, ya? Jadi tadi ada kayak anak magang gitu ikut masuk ke lift yang awalnya isinya cuma gue sama si batu doang. Terus lo tau? Lo tau apa? Dia narik gue ke arahnya, terus nutupin gue supaya nggak deket-deket sama para anak magang itu dan lo harus tau juga, jarak gue sama dia deket banget. Sampe bahu gue nempel ke bahu dia. Mana wangi parfumnya itu loh. Ampun, deh. Pengen gue endus rasanya," jelasku panjang lebar sambil kembali menemukan suasana hati terbaik. Aku mulai tersenyum kembali mengingat kejadian beberapa jam lalu itu.

"Tuh kan, dasar jomblo ngenes labil! Enggak nyampe semenit lo ngecaci maki Dean, terus lo udah gila lagi karena dia. Emang, ya. Hati lo labil, Git." Yasmin mengakhiri tanggapannya dengan mendaratkan beberapa boneka ke arah tubuhku. Dia sedang kesal tentunya.

"Hidup gue bakal indah nih, Yas. Ada dua cowok ganteng. Baru kali ini kan gue suka dua orang ganteng sekaligus."

"Terserah! Sukain aja semuanya. Sana lo pulang, gih."

"Iya, gue pulang. Bye, Yasminku. Makasih sudah ikhlas mendengar curhatan aku. I love you." Aku langsung membawa Yasmin ke dalam pelukan sebelum meninggalkannya yang kesal dengan ulahku.

***

"Assalamualaikum," ucapku riang sambil memasuki rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Mama, Bang Iky, dan juga Eyang.

Apa? Ada Eyang?! Gawat!

Eyang adalah ibu dari Mama yang selalu saja membuatku ingin masuk kembali ke dalam perut Mama karena tidak sanggup bila diharuskan bertemu dengan Eyang.

"Eh, ada Eyang."

Menghilangkan diri bukan jalan yang tepat untuk ditempuh saat ini. Aku hanya perlu melatih kesabaran dalam tingkatan paling tinggi untuk dijangkau.

"Kamu baru pulang, Nduk?" tanya Eyang dengan tatapan lembutnya.

"Iya, baru aja," bohongku.

Jika aku jujur pada kenyataan bahwa aku terlebih dahulu mampir ke rumah Yasmin sebelum menginjakkan kaki di rumah ini, tentunya aku akan dimarahi secara habis-habisan. Eyang punya banyak alasan untuk mengomel, dari yang masuk akal sampe yang keluar akal.

"Gimana? Belum ada pacar juga?" Eyang kembali menanyakan pertanyaan pamungkasnya.

Aku segera melirik ke arah Mama dan Bang Iky bergantian dengan tatapan yang menyorotkan permohonan bantuan. Tapi, tidak memberikan hasil apa pun. Mereka tidak membantu sama sekali.

Akhir Pertama [Segera Terbit Open PO]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz