Akhir Pertama - 03

131K 9.6K 141
                                    

Gita POV

"Yas, liat gue enggak?" tanyaku yang baru saja selesai menunaikan ibadah shalat dzuhur di mushola sekolah.

"Perasaan, tadi pas di samping gue, deh." Jawaban Yasmin tidak membantu sama sekali. Namun, aku menghargai usahanya yang ikut membantu mencari sepatuku.

"Siapa sih yang suka nendang-nendang sepatu orang? Dasar! Nggak bisa jalan pelan-pelan, apa?" omelku saat berhasil menemukan sebelah sepatuku yang nyaris terpisah dari pasangannya. Omelan yang berhasil membuat teman-temanku mengalihkan pandangannya.

"Mau makan di kantin apa di gerobak luar, Git?" Hanya Yasmin, manusia paling terbiasa dengan segala omelanku.

"Kantin aja, yuk! Gue lagi pengen mie ayam, nih."

Tidak menunggu lama, aku dan Yasmin melangkah cepat menuju tempat tujuan. Cacing di perut telah menggelar demonstrasi. Saatnya memenuhi kewajiban.

***

Seperti biasa, suasana kantin hari ini sangat ramai. Meja-meja warna-warni itu telah terisi penuh oleh para murid yang kelaparan. Para penjual makanan sibuk di depan kompor mereka masing-masing. Semua aroma, seperti mie ayam, bakso, mie instan, batagor, siomay, dan jajanan khas kantin sekolah bersatu meningkatkan selera makan siapa pun yang berkunjung. Untungnya, ada satu meja kecil yang masih menyisakan celah untuk aku dan Yasmin duduki.

"Pak, dua porsi, ya!" Teriakan Yasmin disambut anggukan cepat Pak Parjo.

"Siap, Neng Yas!"

"Gita?" Sebuah sapaan terdengar. Suara itu tidak asing bagi kedua telingaku.

Radit. Siswa paling pintar yang tidak pernah jauh-jauh dari posisi 3 orang terpintar dan 3 besar juara umum di angkatanku ini.

"Hei, Radit!"

Balasan sapa datang dari Yasmin. Aku memilih untuk sekadar tersenyum. Suasana hati setelah hampir kehilangan sepatu membuatku tidak berniat untuk menyapa balik Radit.

Sejak tahun awal di SMA ini, Radit merupakan satu-satunya teman lelaki yang rajin sekali menanyai kabarku. Dia akan bertanya tepat pada pukul setengah delapan malam. Semua tindakannya berawal ketika aku membantunya mencari kacamata tebal yang terjatuh saat dia tengah bermain basket di lapangan. Semenjak hari itu, aku merasa ada yang berbeda dari sikapnya kepadaku.

"Hmm Git, besok kan udah mulai libur, nih. Mau nonton bareng nggak?" tanya Radit sambil tetap berdiri di posisi yang sama.

"Nonton? Boleh sih, tapi Yasmin ikut, ya," ucapku yang tidak enak hati jika untuk kesekian kali menolak ajakan Radit.

"Aduh, gue nggak bisa kalau besok. Gue kan bimbel." Yasmin memang tidak berbohong, tapi setauku dia diwajibkan untuk mengikuti bimbingan belajar pada pukul lima sore, maka bisa dipastikan saat ini dia tengah memberi kesempatan pada Radit untuk lebih dekat denganku tanpa kehadirannya.

"Jadi gimana, Git?" tanya Radit kembali.

"Enggak, deh. Maaf ya, Dit." Aku tidak bisa menyembunyikan nada sekaligus raut bersalah dalam membalas pertanyaan Radit.

Akhir Pertama [Segera Terbit Open PO]Where stories live. Discover now