Chapter 38 : Sakit

Start from the beginning
                                    

“Baiklah, tapi aku harus tahu alasan kau tidak mau sarapan.”

Diam. Tidak ada jawaban. Keheningan ini membuatku ingin berpaling menghadapnya. Namun mengingat keadaanku sekarang, aku hanya bisa menepuk tangannya. Mataku mengerjap.

“Hallow, suhu tanganmu tidak biasanya. Ini terlalu hangat. Kau baik-baik saja, kan?” tanyaku seraya memegang tangan Hallow kembali.

Hangat. Tapi, hangat yang tidak biasa. Seperti suhu orang yang sedang demam. Aku harap Hallow tidak apa-apa.

“Baik,” jawab Hallow singkat.

“Oke, kau boleh tidak sarapan. Tapi hanya hari ini. Sekarang, kau bisa keluar dari sini,” suruhku untuk yang kesekian kalinya aku menyuruh Hallow keluar.

Hallow melonggarkan pelukannya. Lepas seutuhnya dari kedua tangannya dan mendengar langkah sepatunya yang menjauh tidak terdengar lagi, pertanda dia sudah keluar dari sini.

Kepalaku menggeleng karena tingkah laku aneh Hallow. Dia ke sini hanya ingin mengatakan dia tidak mau sarapan? Ya ampun.

* * *

Huh. Masih sempat.

Sudah bel masuk, namun guru yang mengajar belum datang ke kelas. Suasana kelas yang berisik oleh bertabrakannya obrolan yang satu dengan yang lain. Seperti itulah ciri khas kelas jika tidak ada guru.

Tampak seorang gadis berkepang dua melambaikan tangannya pada kami yang baru datang. Aku lihat Reo sangat bersemangat membalas lambaian gadis itu lalu duduk di sampingnya. Mereka memang sebangku. Itu Violet.

Aku dan Hallow juga ikut duduk di kursi kami. Mataku melirik ke belakang Violet dan Reo. Ada Belza dan Jeky sedang duduk tenang di sana. Belza melihatku dan melambaikan tangannya. Aku pun balas melambai.

Guru pengajar masuk ke dalam kelas, menimbulkan suasana kelas yang awalnya seperti pasar telah menjadi seperti kuburan. Hening.

Sembari mencatat apa yang disampaikan guru itu di papan tulis, aku melirik Hallow di sampingku yang juga sedang mencatat.

Hallow ... mendadak pendiam. Ada apa dengannya?

* * *

“Hallow, kau ikut kami ke kantin, kan?” tanyaku kepada Hallow.

Jam istirahat membuat berakhirnya pelajaran Sejarah. Setelah istirahat, pelajaran selanjutnya adalah Sihir. Sebagian besar pelajaran Sihir berbentuk materi dan tidak ada praktik.

Hallow menggeleng.

“Aku belum lapar,” jawab Hallow beralasan, lalu beralih melihat ketiga lelaki di sampingku. “Kau saja dan yang lain ke kantin. Reo, Beethov, Greethov, jaga Mocca.”

Reo, Beethov, dan Greethov mengangguk hampir bersamaan, pertanda siap melaksanakan perintah dari rajanya.

“Hallow, kau tidak ikut ke kantin, tapi aku akan membelikanmu makanan. Kau harus makan. Tadi pagi kau tidak sarapan.”

“Tapi, Mocca, aku tidak lapar.”

“Bodo amat, pokoknya harus makan!”

Aku melangkah cepat mendahului ketiga lelaki yang berjalan di belakangku. Secepat yang aku bisa, aku meraih kantin untuk membeli makanan dan minuman untukku dan Hallow.

Sepertinya aku sedikit telat ke kantin, karena makanan yang tersisa hanya bakso dan nasi goreng. Reo membeli beberapa bungkus roti. Beethov dan Greethov membeli bakso. Mereka berdua duduk di meja yang mereka temukan kosong.

Aku membeli nasi goreng dalam bentuk bungkus, karena aku akan makan di kelas dengan Hallow. Minumannya dua botol air mineral dibawa dengan bantuan tangan Reo.

Mocca HallowWhere stories live. Discover now