Chapter 1 : Labu

10.3K 825 169
                                    

Mocca's PoV

Malam Halloween, masih berada di daerah kota Mejiktorn.

Kepalaku pusing hanya karena terus memikirkan ungkapan hati si Raja kota Mejiktron itu, Hallow Mixolydian. Bagaimana tidak pusing? Kenapa dia bisa jatuh hati padaku? Lagi pula kami baru saja pertama kali bertemu. Raja yang aneh. Apa dia punya maksud lain sehingga dia mau mengajakku ke istananya? Aku juga tidak punya tujuan lain. Sudah diusir dan dikucilkan, apa yang harus aku lakukan dengan detik hidupku ini sekarang? Karena penasaran, aku setuju saja mengikutinya, namun aku belum menjawab ungkapan hatinya itu. Aku bingung harus jawab apa.

"Labuelda!"

Hallow mengucapkan suatu mantra sembari mengarahkan tangan kirinya yang dikelilingi oleh kerlip glitter biru sihir ke depan jalan, setelah itu sebuah labu raksasa beroda empat pada sisi kiri dan kanan labu disertai dua ekor kuda putih di depan yang di bawah kendali seorang pengendara kereta ... labu?!

Pengemudi kereta itu turun dari duduk, berjalan membuka pintu kereta untuk kami berdua disertai dengan bungkukan hormat. Dia bukannya berdandan sebagai hantu yang menyeramkan, melainkan dandanan badut yang mengundang gelak tawa. Tapi, di sekeliling lehernya terdapat goresan merah yang bertujuan sebagai darah. Sama sekali tidak menyeramkan.

Hallow mengulurkan tangan kanan yang dalam keadaan terluka itu padaku, mengajakku untuk masuk lebih dulu. Aku tidak tahu apa aku harus menerima uluran itu ataukah tidak. Sekarang mulutku benar-benar kelu. Tidak mungkin ada seorang gadis bodoh yang tidak memiliki kekuatan sihir diajak oleh seorang Raja ke istananya. Itu hanya akan terjadi di pementasan drama romantis. Apalagi langsung dilamar seperti tadi. Terlalu mustahil.

"Masuklah lebih dulu, My Lady," ucap Hallow padaku dengan suara elegan yang bisa dikatakan bangsawan. Oh iya, dia memang orang kelahiran bangsawan. "Kita akan menuju ke istana."

"Tapi .. aku .." gerutuku ragu.

"Masuk saja. Kita duduk di dalam dan bersantai sambil berbincang. Kau calon istriku. Jadi, kau tidak perlu ragu padaku," ucapnya lagi.

"Aku bukan calon istrimu!" ucapku tegas, membuat Hallow tersentak. "Aku belum menjawab atas lamaranmu yang tiba-tiba itu. Kau tidak berhak menyuruhku mengikuti perkataanmu ataupun menyebutku sebagai calon istrimu!"

Mata birunya melihat ke atas sambil memegang ujung dagu, dia sedang berpikir. Seperti orang bodoh saja. Setelah itu dia bertepuk tangan sekali. Hanya satu tepuk. Sepertinya itu tepuk tangan ciri khasnya.

"Oh iya kau benar. Kau belum menjawab perasaanku. Jadi, apa jawabanmu?" tanya Hallow lagi dengan santai.

"Aku tidak punya jawaban. Ini terlalu cepat. Bahkan kau baru bertemu denganku. Aku tidak percaya dengan semua ungkapanmu. Bisa saja kau ini adalah Raja licik yang suka memainkan perasaan orang lain hanya untuk kesenanganmu saja," tukasku.

Hallow mengangguk-angguk, sedangkan aku yang melihat itu berdecih kesal.

"Jika kau memandangku sebagai Raja yang licik, baiklah. Aku akan bersikap licik padamu!"

Hallow berjalan ke arahku. Dia meraih kedua kaki dan punggungku, mengangkat tubuhku sampai aku telah berada di gendongannya. Gaya bridal style. Tentu saja aku tidak mau diperlakukan seenaknya seperti ini. Diriku meronta-ronta di atas kedua lengannya. Aku sudah tidak peduli lagi dengan lengan kanannya yang terluka, dia juga terlihat tidak peduli dengan lukanya.

"Apa yang kau lakukan??? Turunkan aku dasar Raja sialaaaann!!!" pekikku tidak peduli sama sekali dengan statusnya yang lebih tinggi dari pada aku.

Dia tidak menggubrisku dan tetap menggendongku sampai masuk ke dalam kereta labu. Mendudukkanku di pangkuannya dan menyuruh pengemudi kereta untuk segera jalan.

"Minggir dariku!!" Aku turun dari pangkuan dengan kasar sembari mendorongnya jauh dariku. "Apa yang kau pikirkan sampai kau berani memperlakukan seorang gadis seenaknya??"

"Hm? Bukankah kau memandangku sebagai seorang Raja yang licik?" Dia mengangkat bahu dan kedua tangan masa bodoh. Aku menggeram kesal.

"Kau pikir aku bodoh? Aku tidak menyuruhmu menjadi licik mesum seperti tadi! Berhentilah sok menawan dasar Raja tidak tahu diri!"

Entah sudah berapa kali aku memaki Raja sialan ini. Apa peduliku, lagi pula dia memang keterlaluan. Tidak cocok untuk menjadi seorang Raja.

"Aku pikir kau menyuruhku," ucapnya seraya menggaruk kepala dengan eksrpesi bingung yang bisa aku sebut bodoh.

"Cih." Aku duduk melipat kedua tangan di depan dada. Mengalihkan pandanganku ke arah jendela kereta tanpa kaca yang berbentuk pola buah labu.

Aku bisa melihat dengan jelas pemandangan di luar. Ramai oleh para penyihir yang tengah meramaikan hari Halloween. Ada yang beramai-ramai di luar rumah tengah makan bersama, membagi banyak permen, memamerkan kostum menyeramkan masing-masing, dan kegiatan Halloween lainnya.

Mereka semua ... begitu bersenang-senang. Terlihat menyenangkan. Aku ingin sekali merasakan kebersamaan dengan keluarga maupun teman-teman. Pada hari Halloween sekaligus di hari ulang tahunku. Seharusnya aku juga senang. Apa aku juga harus ikut senang di hari Halloween ini? Dan di hari ulang tahunku?

Aku tidak tahu lagi bagaimana rasanya bahagia itu. Bahagia itu apa? Apa menyenangkan? Atau menyedihkan? Hari ini adalah hari aku berulang tahun, namun kenapa hatiku sama sekali tidak merasakan apa-apa?

"Mocca?" kata Hallow padaku, suaranya dari arah samping. Sepertinya dia pindah duduk di sampingku. "Kenapa kau menangis?"

"Hah?" Aku kaget setelah Hallow berkata. Secepatnya aku mengusap air mata yang membahasi kedua pipiku dengan punggung tangan. "Sejak kapan aku menangis?" Aku menanyai diriku sendiri. Sama sekali tidak sadar bahwa diriku sedang mengeluarkan air mata.

"Sejak kau terus melihat ke arah luar jendela. Apa alasanmu menangis? Kau melihat orang-orang yang tengah merayakan Halloween dengan riang gembira, tapi kau ... ahh aku tahu sekarang." Hallow bertepuk tangan sekali. Dasar orang aneh. Aku menatap tajam.

"Sok tahu," sahutku ketus. Kembali melihat ke luar jendela.

Tiba-tiba saja tubuhku ditarik paksa ke dalam pelukannya yang memaksa sekali. Berusaha aku melepaskan diri, namun tenaganya lebih besar dibandingkan aku. Menyebalkan sekali memiliki fisik lemah seorang perempuan. Tidak bisa melawan.

"Bukannya menghindar agar tidak bersedih, tapi kau malah melihat mereka sedang bergembira di luar sana. Aku pikir seorang gadis yang sedang menangis itu terlihat cantik, tapi dugaanku salah. Melihatmu bersedih, aku merasa tak sudi. Bagaimana cara aku bisa membuatmu gembira, Mocca?" kata Hallow sambil memelukku dengan erat. Dekapan yang hangat. Pelukan pertamaku. "Aku ingin mendengar semua keluhanmu. Katakan apapun yang akan membuatmu merasa ringan. Kau pasti juga akan bahagia seperti mereka. Aku janji."

Aku diam mendengarkannya bicara. Dekapan ini sudah membuatku begitu nyaman layaknya kasur. Seumur hidupku, baru kali ini aku dipeluk oleh seseorang. Aku kembali menangis, kali ini dengan suara. Air mataku membuat baju yang dikenakan Hallow basah.

"Aku kesepian."

Itulah yang aku katakan disertai dengan suara isak tangisku yang kian mengeras. Tanganku sampai memegang erat baju Hallow. Perasaan sakit yang selama ini tidak pernah aku ceritakan pada siapapun, telah aku katakan pada Hallow.

"Kau tidak akan kesepian lagi." Kata-kata Hallow sukses meringankan kesedihanku walaupun sedikit. "Aku akan selalu ada padamu. Susah ataupun sakit. Senang ataupun sedih. Jadi aku mohon, berhentilah menangis."

Satu tetes air bening jatuh di punggung tanganku yang sedang mencengkeram baju Hallow. Kemudian satu tetes lagi. Air mata yang jatuh ... Hallow menangis?!

Dasar cengeng.

🎃TO BE CONTINUE ...

Mocca HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang