Chapter 26 : Kesal

3.5K 294 27
                                    

Hallow's PoV

Tubuhku terasa berat sekali. Aku merasakan diriku telah berbaring di atas kasur. Kedua mataku aku buka secara paksa. Kalau tidak dipaksa, aku tidak dapat membuka mataku untuk melihat keadaan luar. Setelah sepenuhnya terbuka, aku ingin mendudukkan diriku tetapi rasanya susah sekali. Kepalaku terasa pusing. Ditambah lagi perutku terasa perih. Aku lupa apa yang sudah terjadi. Apa yang sudah membuat diriku berada di kamarku? Seingatku aku duduk di halaman belakang dengan Mocca dan tertidur di sana.

"Ah! Yang Mulia Raja sadar! Ratu! Yang Mulia Raja sudah sadar!!" teriakan dari Hella membuatku ingin sekali beranjak dari tempat tidur. Namun yang bisa aku lakukan hanya setengah terduduk sambil menahan sakitnya kepala.

Tak lama kemudian setelah teriakan Hella, aku mendengar suara pintu dibuka dengan terburu-buru dan mendengar suara Mocca yang terdengar begitu mengkhawatirkanku.

"Hallow!" Panggilan darinya selalu membuatku rindu akan suaranya yang tegas tapi lembut.

Dia mendaratkan lututnya ke lantai dan menyambar tangan kiriku. Aku menolehkan kepalaku melihat ekspresinya yang tampak baru saja selesai menangis, tapi senyumannya berdampingan dengan ekspresinya itu.

"Mocca." Aku membalas memegang tangannya yang dingin dan sedikit berkeringat.

"Hallow, maafkan aku sudah berlebihan menggelitikmu. Reo yang membawamu ke kamarmu. Tapi, saat aku periksa keadaanmu, aku menemukan kalau kau pingsan bukan karena tak tahan dengan gelitikanku," kata Mocca menjelaskan.

Aku tahu kalau dia ahli dalam bidang kesehatan. Tapi, hei, apa katanya? Gelitik? Sejak kapan dia menggelitikku? Apa ada yang aku lupakan? Aku ingin berucap, namun Mocca kembali bersuara.

"Kau terkena Gasitris atau bisa juga disebut maag. Itu karena kau jarang makan pagi dan siang. Pola makan yang tidak teratur. Itu pun malamnya kau hanya makan lebih sedikit porsinya dibandingkan dengan porsi seekor kucing. Hh ... padahal aku sudah pernah berpuluh-puluh kali mengatakan padamu untuk makan secara teratur! Lihat. Kau jadi sakit begini! Rasakan!" kata Mocca tampak emosi sambil memijat-mijat dahinya yang mengerut. "Untuk bisa sembuh, kau harus makan makanan yang bervitamin, bersih, dan teratur. Saat kau belum sadar, aku sudah memberikanmu obat multivitamin dengan cara menyuntikkan obat itu padamu. Obat itu berguna menambah vitamin, menjaga daya tahan tubuh, serta menambah nafsu makanmu. Selanjutnya, kau harus mengisi perutmu yang kosong. Lambung harus digunakan dengan baik jika tidak ingin mengalami maag terus-terusan."

Aku yang mendengar penjelasan itu seakan sedang mendengarkan seorang dokter mengatakan keluhan tubuhku yang terdengar tidak bagus. Gasitris atau apalah itu aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang penyakit.

"Sejak kapan kau menggelitikku?" tanyaku.

Mocca menatapku kaget. "Hah? Kau tidak ingat? Saat aku mengejarmu karena kau tidak mau makan kue? Lalu, aku menggelitikmu habis-habisan sampai kau pingsan."

Aku memutar memoriku untuk mengingat-ingat. Ah! Sekarang aku ingat. Kejar-kejaran itu. Menyenangkan sekaligus menegangkan. Bagaimana aku tidak bisa lari? Dia menyodorkan semua kue itu sedangkan aku tak punya selera makan yang bagus. Dan juga, Mocca menggelitikku sampai aku tidak tahan lagi merasakan kegelian yang Mocca berikan. Rasanya pinggangku masih geli jika kejadian itu diingat lagi. Lalu, aku teringat penjelasan Mocca yang tadi.

"K-kau memberikan obatmu dengan cara apa tadi? Menyuntikku??" tanyaku lagi dengan perasaan yang tidak enak.

"Iya. Kau disuntik pakai alat suntik ini," jawab Mocca sembari mengeluarkan sebuah alat suntik di tangan kanannya. Ujung jarum itu terlihat tajam dan mengilap.

Aku terdiam sebentar melihat alat suntik itu. Kini, mataku benar-benar terbuka lebar. Rasa takut akan alat suntik membuatku ingin segera mnghindari alat itu. Tapi, tubuhku tetap tidak bisa bangkit.

Mocca HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang