Chapter 23 : Surat

3.7K 342 28
                                    

Hallow's PoV

Jam setengah 4 pagi.

"Ini gara-gara kau, Hallow."

"Hah? Aku?"

"Ya, kau. Karena kau, aku jadi tidak bisa tidur lagi."

"Haha, sejak aku tidak ada di istana, kau sedang tidur, kan? Nah, aku? Seharian ini aku tidak tidur sama sekali, karena hari ini adalah hari yang super sibuk. Sekolah dan pekerjaan. Hidupku dipenuhi oleh kesibukan."

"Terus, aku harus bilang apa? Selain itu, gaun ini terasa berat untukku."

"Jahat. Tapi, kau cocok sekali memakai gaun milik Ibuku. Rasanya aku seperti bertemu dengan Ibuku lagi."

Mocca melihat bayangannya sendiri di depan cermin. Di ruang pakaian, tempat Colla dan pelayan mengurus pakaian lainnya, bekerja membuat dan mencuci pakaian di sini. Setelah Colla mengatakan kalau Mocca sudah selesai dipakaikan gaun yang aku tunjuk, aku pun masuk ke dalam.

Gaun berwarna kuning keemasan dan ada sedikit warna nila pada bagian lengan dan bagian ujung gaun. Melihat Mocca yang kini berpenampilan semakin cantik juga bersinar, membuatku tak betah memandangnya. Untunglah tidak membuat mataku silau.

Mocca membuang pandangan dari depan cermin. "Maafkan aku sudah mengingatkan sosok Ibumu."

Aku menggeleng kuat. "Ah, tidak-tidak, bukan itu maksudku. Maksudku, kau cantik seperti Ibuku. Tapi, sepertinya kau menang cantik daripada Ibuku."

Mocca tertawa. "Sungguh?" Astaga dia cantik sekali.

"Bukan sungguh, lebih tepatnya, sangat."

Aku mengambil mahkota Ratu dari penjagaan Colla. Mahkota yang disimpan secara apik di dalam lemari kaca dan dikunci rapat memakai mantra sihir, kini sudah bebas dari kurungan dan berada di kedua tanganku.

Kakiku melangkah mendekati Mocca untuk memakaikannya mahkota. Aku melihat ekspresi Mocca tampak masih ragu untuk menerima mahkota itu akan berada di atas kepalanya.

"Tidak apa-apa, Mocca. Ini untuk membuktikan kepada orang tuamu kalau kau telah menjadi Ratu Mixolydian, menggantikan Ibuku, dan juga menjadi milikku. Tundukanlah kepalamu. Aku akan memakaikan mahkotanya sekarang," ucapku meyakinkannya agar dia menerima mahkota Ratu.

"Aku hanya takut, kalau aku menjadi Ratu, apa mereka akan semakin membenciku? Apa mereka akan menjauhiku?" Mocca mencengkram gaunnya sendiri.

Sebelah tanganku menangkup wajahnya. "Aku yakin mereka tidak akan melakukan itu kepadamu, karena mereka adalah keluargamu. Jika mereka meninggalkanmu, kau tidak akan merasa kesepian lagi, karena sekarang aku ada bersamamu. Aku akan selalu berada di sisimu, mengingatmu, termasuk mencintaimu. Jangan khawatirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang perlu dipikirkan sekarang adalah, bagaimana cara kau melakukan karakter barumu menjadi seorang Ratu yang terhormat."

Mocca terdiam dalam pikirannya sebentar. Lalu, dia pun mengangguk mantap. "Baiklah. Sekarang aku bisa menerima mahkota itu. Kau bisa memakaikannya ke atas kepalaku sekarang."

Aku tersenyum lebar. Mocca menundukkan sedikit kepala dan tubuhnya. Menyambut mahkota Ratu yang akan terletak di atas kepalanya. Aku segera memakaikan mahkota itu pada Mocca. Kembali melihat seluruh penampilan Mocca, akhirnya Ratuku telah lengkap dengan mahkotanya.

Sempurna. Benar-benar sempurna. Aku percaya dia adalah milikku. Bukan milik siapa-siapa.

"K-kenapa kau melihatku seperti itu? Apa aku terlihat aneh memakai mahkota ini?" tanya Mocca. "Atau, tidak cocok sama sekali?"

Aku tertawa. Mocca memakai ekspresi cemberutnya yang menggemaskan. Ingin sekali aku mencubit kedua pipinya. "Apanya yang aneh? Tentu saja kau sangat cocok memakai mahkotanya. Lihat. Wajah yang cemberutmu itulah yang membuatmu menjadi aneh, Mocca."

Mocca HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang