Tuh, kan.

Gue tersenyum tipis,
"Iya, dong. Nanti, kalau Kaka udah bangun, Luke mau ketemu, ya?"

Mama mengangguk pelan.
"Kamu mau ketemu Calum?"

Gue terdiam, entah kalau gue ketemu juga mau ngomong apa. Mood gue lagi nggak sinkron sama keadaan, sekarang yang gue pikirin cuma kemungkinan penyakit yang gue derita.

"Ma," panggil gue, lantas membuat mama menoleh.

"Ya, sayang?"

"Tadi..." gue menghela nafas. "Tadi Luke sempat ngomong sama dokternya, katanya, Luke bukan kecapekan. Something bigger than that, sampai Luke harus bikin janji."

Mama terdiam mendengar apa yang gue katakan, namun enggak se-lama gue, ia lantas kembali tersenyum.
"Soal itu, kita pikirin nanti, ya. Sekarang yang penting, kamu istirahat dulu."

"Lo kenapa sih, Ka?! Kayak bayi tau, nggak?!"

"Kakak marah marah terus!"

"Ya iyalah gue marah! Daritadi lo nangis nggak berenti, padahal gue nggak ngapa ngapain lo!"

"Kakak marah terus sama aku! Kakak maunya aku kayak laki laki, enggak boleh nangis! Tapi aku kan perempuan!"

"Ya lo udah gede, Ka! Apa yang mau lo tangisin?!"

Sayup sayup, terdengar teriakan Kaka dan Calum dari luar, membuat gue bangkit dari posisi gue sebelumnya. Iya, gue udah ngira bakal begini, kalau Kaka berdua aja sama Cal.

"Nggak, sayang." Geleng mama, menahan gue untuk berganti posisi menjadi duduk. "Kamu mau ketemu Kaka, kan? Mama panggilin ya, kamu disini aja."

Mau nggak mau, gue mengangguk, mengiyakan omongan mama. Karena ya, percuma juga gue nyamperin dia, nggak bakalan bisa. Badan gue belum sekuat itu.

Kalau sampai benar gue sakit- Enggak, Luke. Pokoknya nggak bakal. Lo baik baik aja, kok.

"Kakak!"

Gue menoleh, mendapati manusia kecil yang kini berlari kearah gue, lantas memeluk gue erat, membuat gue tertawa kecil atas tingkahnya.

"Kakak gitu!" Tangisnya, yang meledak begitu aja, setelah gue balas memeluknya. "Kakak kenapa tadi pingsan? Kakak sakit, ya? Pasti gara gara aku minta kakak nonton aku, ya? Maaf ya, kak..."

"Ssh, Ka, enggak." Geleng gue, mengelus lembut kepalanya. "Bukan salah lo, kok. Tadi gue kecapekan aja. Maaf ya, jadi bikin lo khawatir."

"Sshh..." gue mengecup pucuk kepalanya, mencoba menenangkannya. Jelas gue percaya, kalau mama bilang dia nangis seharian waktu gue pingsan. Matanya bengkak. "Yang penting sekarang gue udah nggak apa apa kan, Ka? Jadi, nangis lo juga udahan, ya..."

Kaka menggeleng,
"Kakak jangan kayak tadi lagi, ya..."

"Alright, baby." Angguk gue, tersenyum tipis atas apa yang barusan dikatakannya. "Tapi lo juga tenang dulu, ya? Nangisnya udahan dulu."

"Kaka kangen sama kak Luke, ya?" Tanya mama, yang langsung diangguki Kaka. Dan anggukannya barusan, sukses membuat senyum gue melebar.

Polos banget sih Ka, Ka...

"Iya, iya." Sahut gue, kali ini menghapus airmata manusia kecil yang mulai merenggangkan pelukannya pada gue. "Yang penting, sekarang gue udah nggak apa apa, lo juga udah ketemu sama gue, ya kan?"

Kaka mengangguk, disusul dengan cegukan yang selalu dialaminya sehabis menangis.

"Nangisnya udah dulu mau, ya?" Senyum gue, mencium pipi kanannya yang makin memerah, mungkin efek nangis juga. "Mata lo udah sampai bengkak gitu, nanti makin sakit kalau lo nangis terus. Oke, Ka?"

Kakak • lrhHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin