Chapter 36 : Cokelat (2)

Start from the beginning
                                    

Ya, dia tidak akan mengerti, karena aku tidak mau mengatakan kalau aku kecewa padanya.

"Apa maksudmu, Mocca? Kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Kesalahan apa yang telah aku lakukan? Aku tidak mau kau marah padaku, jadi katakan kesalahan apa yang aku lakukan sehingga membuatmu marah?" tanya Hallow mencoba mengerti, tangannya berusaha meraihku.

Namun aku langsung mengelak sebelum tangan itu meraih wajahku. Disaat itulah Hallow terhenyak. Sedikit mengepalkan tangannya karena tidak bisa meraihku, dia hanya bisa menatapku.

Terlihat di matanya, dia sedih tidak bisa menyentuh diriku setitik pun.

"Yang Mulia, keretanya sudah tiba," kata Reo kembali formal dan aku lihat murid-murid yang berlalu keluar dari sekolah sudah tidak ada lagi. Sekolah sudah sepi.

Hallow tidak menjawab. Masih menatapku, seakan berharap dia bisa menyentuh wajahku lagi.

Aku memutuskan kontak mata melewati Hallow, menghampiri Reo yang sedang bingung melihat Rajanya tidak menanggapi kata-katanya.

"Sepertinya dia sedang melamun. Sadarkan dia untuk segera masuk ke dalam kereta," perintahku kepada Reo lalu berlenggang masuk ke dalam kereta.

* * *

Malam harinya, tubuhku terasa dingin karena mungkin dari cuaca yang sedang turun hujan lebat. Colla memilihkanku baju tidur yang lebih tebal dari yang biasanya agar suhu tubuhku tetap normal.

"Kau kalah!"

Itulah seruan heboh Jeky Phrygian yang terdengar membahana sampai diriku yang tengah sibuk belajar, tertarik untuk menengok ke ruang tengah istana.

Sudah pasti, dia sedang bermain. Tapi kali ini, bukan dengan Hallow, melainkan Reo. Ternyata mereka sedang adu panco. Dan aku baru tahu kalau Pangeran penyuka permainan apa saja itu berada di sini, sedang santainya bermain.

Sedari tadi, mataku beralih pandangan. Ada yang aku cari. Tapi, kenapa tidak ada? Entahlah, mungkin sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang raja.

Kepalaku menggeleng kuat. Kenapa aku mencarinya? Untuk apa? Dia hanya membuatku kesal atau mungkin lebih tepatnya marah. Dia menyebalkan. Rese. Bego. Semuanya aneh!

"Hehe," Reo hanya terkekeh kecil, masih canggung.

"Hei! Sudah aku bilang bersikap santai dan biasa saja. Lagi pula, aku dengar umurmu lebih tua dibanding umurku," Jeky melayangkan meja yang memisahkan jaraknya dengan Reo dengan sekali jentikan sihir lalu merangkul Reo. Meja itu mendarat dengan sedikit hentakan, "Kau bahkan lebih menyenangkan dari pada Hallow."

"Jadi, mulai sekarang kau tidak akan bermain denganku lagi?"

Mataku ke sana ke mari mencari sumber suara itu. Suara Hallow terdengar dekat tapi wujudnya tidak tahu ada di mana.

"Ah! Ya ampun! Hallow cemburu, pemirsa!"

Aku tertawa kecil. Terdengar lucu menurutku. Hallow cemburu hanya karena sekarang Jeky bermain dengan Reo menggantikan Hallow. Aku ingin tahu di mana Hallow berdiri sekarang, karena helaan napas berat Hallow terdengar jelas di telingaku. Atau jangan-jangan ...

"Heh! Kalau bicara jaga! Ingat dulu bicara dengan siapa kau??"

"Dengan Hallow Mixolydian, Raja yang telah bangkit penuh harapan baru karena cinta!"

"Kau bisa pergi dari istanaku sekarang? Aku ingin tidur dengan tenang saja tidak bisa karena mendengar kehebohanmu dengan Reo bermain hampir jam tengah malam begini."

Aku menoleh ke kiri.

Tidak ada Hallow.

Kanan. Tidak ada juga. Belakang? Juga tidak. Terakhir? Di atas.

Mocca HallowWhere stories live. Discover now