CH.2

5.3K 381 30
                                    

Bau obat menyapa indra penciumannya. Kelopak mata Kyuhyun perlahan terbuka lalu anak itu mengerjap pelan-pelan, membiasakan pupilnya menerima cahaya yang terlampau terang. Langit-langit putih dan suara 'bib' yang berbunyi seirama detik jam membuatnya mendesah tertahan.

Sangat sadar, bahwa tempatnya berbaring saat ini adalah ranjang di rumah sakit. Kyuhyun tidak terlalu memusingkan hal itu sekarang, dia belum punya cukup tenaga untuk melakukannya. Dadanya sakit dan tenggorokannya juga tak jauh berbeda. Menyadari ada selang yang membantunya bernafas, Kyuhyun tahu...dia pasti sekarat tadi.

Kepalanya menoleh pelan-pelan ke sisi kanan ranjang, hanya untuk mendapati seseorang tertidur disana. Kyuhyun tahu kalau itu Kibum, kakaknya yang tertidur dengan posisi tak nyaman. Kepalanya bersandar pada sisi kosong ranjang didekat tangannya yang kini sedang digenggam. Kyuhyun memperhatikan tautan tangan mereka dan dia memilih untuk membiarkannya.

Anak itu kembali menatap langit-langit yang putih bersih. Memutar ulang semua hal yang terjadi diantara dia dan Kibum.

Setahun yang lalu, dia kembali harus diingatkan bahwa dia bukan siapa-siapa. Mungkin Kibum berpikir bahwa dirinya telah berhasil mencegah paman Jae Bum memisahkan mereka. Tapi Kibum terlalu cepat merasa lega, dia sama sekali tidak tahu kalau Jae Bum menjumpai Kyuhyun dan bicara macam-macam.

Kyuhyun masih ingat semuanya, seolah baru kemarin dia dan pamannya bertemu. Dirinya terlalu merasa sakit hingga seluruh kata-kata pamannya terekam begitu jelas dalam ingatan dan juga menohok hatinya.

Kyuhyun sepenuhnya menyadari bahwa Kibum tidak akan pernah bisa meninggalkannya dan juga dia sangat sadar bahwa Kibum sangat menyayanginya. Namun Kyuhyun hanya tidak bisa menerima, dia tidak ingin menjadi alasan hancurnya masa depan kakaknya.

Pamannya bilang, Kibum mengasihaninya sehingga menolak permintaan pamannya untuk tinggal bersama. Kalau boleh jujur, Kyuhyun sebenarnya tidak ingin berpisah dari Kibum. Kalau boleh egois, dia tidak perduli apakah mereka saudara kandung atau bukan. Baginya kini, keluarganya adalah keluarga Cho dan Kibum adalah kakaknya. Dia tidak perduli dengan yang lain, orangtua kandung atau apalah itu... dia ingin tidak perduli.

Namun, sepertinya rasa tidak perdulinya justru menyusahkan Kibum. Dia sadar, jika dia tetap memaksakan diri untuk hidup bersama dengan Kibum maka dirinya hanya akan selalu menjadi beban. Kibum terlalu baik dan terlalu perduli, hingga pada batas dimana Kyuhyun mulai mengerti bahwa maksud pamannya hanyalah agar mereka berdua memiliki hidup yang layak dan terurus, maka akhirnya Kyuhyun berusaha untuk menjauh.

Menjadi dekat hanya akan membuatnya semakin tidak ingin berpisah. Baginya, mulai membenci Kibum satu-satunya cara agar dia sepenuhnya bisa melepaskan Kibum, untuk hidup tanpa kakaknya. Sejak saat dia memutuskan untuk membenci Kibum, Kyuhyun mulai menjaga jarak mereka. Bersikap seolah Kibum tidak ada, dimana hal itu dia lakukan agar terbiasa jika nanti sosok itu sungguh tidak akan ada bersamanya lagi.

Setahun sudah terlewat dan kini waktunya bersama Kibum kurang dari setahun lagi. Perjanjian Kibum dan pamannya masih berlaku, tentu saja. Sebentar lagi Kibum akan lulus dan...selesai sudah.

Sejauh ini mereka memang baik-baik saja ditinggal hidup berdua, tapi sejujurnya itu mempengaruhi kondisi keduanya. Kyuhyun sadar akan hal itu. Terlepas mereka menjalani setahun ini dengan baik-baik saja atau tidak, dia tahu kalau pamannya akan tetap memaksa Kibum meninggalkannya.

Dan Kyuhyun tahu, tak ada gunanya lagi mereka hidup seperti ini. Dia harus mengakui bahwa baik dirinya atau pun Kibum, tentu butuh orang dewasa untuk mendampingi mereka.

Lamunan Kyuhyun terusik begitu jemarinya serasa digenggam lebih erat. Kyuhyun menoleh ke arah Kibum dan mendapati sosok itu sudah bangun dan kini sedang menatapnya sambil tersenyum.

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang