"Lo ngapain?" Tanya kak Cal, kali ini, berusaha mengatur nafasnya. "Luke mana?"

"Di dalam..." Lirihku, menunjuk ruangan yang ditutup rapat.

"Kaka, kamu nggak apa apa, sayang?" Tanya tante Liz, yang kali ini juga menghampiriku. Oh, ternyata mereka. Kukira teman kak Cal...

Aku menggeleng.
"Enggak. Tapi, kak Luke... Tadi tiba tiba jatuh..."

"He's gonna be fine, baby." Senyum tante Liz paksa, yang kali ini, aku dipangkunya. "Jangan nangis, ya? Malu kalau kak Luke dengar."

"Nggak mau..." Gelengku, kembali terisak. "Mau kakak bangun..."

"Iya sayang, nanti pasti kakaknya bangun kok. Ya?" Sahut tante Liz, mencium pipiku pelan. "Tenang dulu..."

Aku nggak menjawab, kali ini isakanku makin keras. Aku nggak mau ingat waktu kak Luke tiba tiba jatuh, tapi... Nggak tau kenapa, rasanya cuma itu yang bisa kuingat. Aku cuma mau kakak bangun, itu aja. Nggak banyak, kan?

"Ka!" Ujar kak Cal, menarik pergelangan tanganku kasar, membuatku menghadapnya sekarang. "Jangan cengeng! Nanti juga Luke bangun! Udahlah, jangan nangis terus!"

"Enggak mau!" Gelengku kesal, tapi kesalku sekarang jelas nggak keren, soalnya masih sambil nangis. "Kakak nyuruh aku nggak boleh nangis, emangnya kakak sendiri nggak pernah nangis?!"

"Enggak! Diem lo, nggak usah cengeng!" Bentaknya, membuatku langsung diam.

Mau kak Luke...

Mau sama kakak...

"Calum, suaranya." Tegur tante Liz, "Sama adekmu ngomongnya jangan gitu, Cal."

"Iya, maaf tante..."

Perasaanku campur aduk. Satu sisi, rasanya mau teriak aja. Satu sisi lainnya, rasanya mau nangis aja. Sisi lainnya lagi, entah apa rasanya. Pokoknya, aku mau ketemu kak Luke... Aku nggak suka kak Cal, aku mau sama kak Luke...

"Kaka, sini." Senyum tante Liz, menyuruhku duduk di pangkuannya lagi. "Kak Cal kan udah minta maaf. Dimaafin, ya?"

Aku nggak menjawab.

"Yaudah, sini dulu." Perintah tante Liz, yang tetap kuikuti, meski aku nggak ingin sama siapa siapa sekarang. Aku cuma mau kak Luke, itu aja!

"Kamu takut kak Luke kenapa kenapa ya, sayang?" Tanya tante Liz, yang kuangguki. Sadar nggak sadar, akhirnya aku nangis juga.

"Kaka- Kaka maunya kak Luke bangun sekarang, tante!" Berontakku, yang rasanya gregetan ingin menerobos ruangan berpintu rapat dimana kak Luke berada.

"Sshh..." Tante Liz memelukku, persis seperti apa yang kak Luke lakukan padaku, waktu aku nangis di kamarnya. "Semuanya mau begitu, Ka. Coba tanya kak Cal, atau Oom Andy, mereka pasti maunya kak Luke bangun sekarang. Tapi, kak Luke butuh waktu. Oke, sayang? Tenang dulu ya..."

"Waktunya berapa lama, tante?" Gelengku, yang nggak mau nunggu lebih lama lagi.

"Mudah mudahan sebentar lagi, ya." Jawab tante Liz. "Kamu kangen kak Luke, ya?"

Aku mengangguk.
"Mau sama kakak..."

"Nanti ya, sayang. Pasti kak Luke bangun kok, pasti." Angguk tante Liz, yang kali ini mengelus rambutku, lagi lagi persis seperti apa yang kak Luke lakukan padaku, sukses membuatku ngantuk begitu aja.

"Ngantuk, ya? Tidur Ka, nggak apa apa." Ujar tante Liz, yang kali ini kugelengi. Pokoknya, aku nggak mau tidur sampai kak Luke bangun!

"Nggak." Gelengku. "Mau nunggu kakak bangun..."

"Nanti kalau kakak udah bangun, tante bangunin." Lirih tante Liz. "Ya, Ka? Tidur aja, kasihan kamu capek begini pasti..."

Lagi, aku kembali menggeleng. Menolak perintahnya untuk tidur kali ini.

"Nggak mau tidur?"

Aku menggeleng, entah untuk yang keberapa kalinya.

"Yaudah, nggak apa apa. Tapi tenang, ya."

Selasar rumah sakit mendadak hening, bahkan satu satunya suara yang terdengar ditelingaku, hanya ketikan keyboard handphone kak Cal yang pasti lupa dia mute.

Ka, jangan tidur!

Aku membuka mata selebar mungkin, berusaha menghalau rasa ngantuk yang entah kenapa terus bersarang di kelopak mataku.

Pokoknya, nggak boleh tidur sampai kakak bangun!

"Sini, kalau emang mau tidur." Sahut kak Cal, yang tiba tiba mencolek bahuku.

"Enggak ada yang mau tidur." Gelengku singkat.

"Yaudah, terserah."

Tuh, kan...

Kak Luke nggak pernah begini sama aku...

Mau kak Luke...

Aku terdiam, mencoba untuk nggak nangis lagi, yang malah berujung pada ngantuk. Tapi sialnya, kali ini makin ngantuk.

Ka, bangun!

Kelopak mataku kembali terbuka lebar, namun kembali memberat sesaat kemudian.

Jangan tidur, Ka!

Tapi, sepertinya, mataku nggak bisa diajak kompromi. Karena, makin lama, sepertinya makin berat.

"Tidur ya, Ka..."

"Nanti pasti kak Luke bangun, kok."

Setelah tante Liz berkata demikian, mataku menang.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now