Chapter 3: Soap Opera

8.5K 1.2K 515
                                    

BTS © BigHit Entertainment

Dawn Without Sunrise

OST for Chapter 3: BTS – House of Cards

***

"Sudah pukul tujuh lewat dan masih segelap ini?"

"Kau berharap apa? Matahari?"

Jungkook terdiam. Suara V sama sekali tidak terdengar sinikal, namun itu sudah cukup untuk membuatnya mengingatkan diri agar tahu tempat.

Jungkook belum bisa mengerti—atau belum bisa percaya—mengapa dirinya, seorang penentang ideologi klasik bahwa Black Sun benar-benar ada, justru harus terjebak di sini. Seperti mimpi.

V yang berjalan di sisinya membuang rokok ke jalanan tanpa menginjaknya. Matanya menemukan seonggok manusia yang sedang berjalan dengan langkah terseret.

Muka Jimin mirip mayat hidup yang kalah bertengkar dengan malaikat maut. Lesu dan kacau.

"Oi, kau terlambat satu jam dari janji!" V berseru, "Bagaimana perkembangan kisah cintamu, homo?"

"Dongsaeng brengsek." Jimin menendang kaleng. Benda berkarat itu melayang lurus, mendarat dengan bunyi gabrukan ringan.

Jungkook memungutnya. Mata bulatnya kebingungan mencari tempat sampah.

V merangkul pundak Jimin, menjitak pucuk kepalanya. "Bagaimana Suga? Tambah seksi? Tambah hot?"

"Tambah judes," sembur Jimin. "Lepaskan aku. Homo."

V tertawa. Memberi tatapan kau yang suka sesama tapi aku yang dituduh tidak doyan wanita, kemudian menarik Jungkook yang masih saja sibuk dengan kaleng sampahnya.

"Ahngomong-ngomong, ini Jeon Jungkook. Warga Seoul asli. Mahasiswa Universitas Yonsei. Kaum terpelajar. Memangnya kau, menulis Hangul saja masih terbalik-balik."

Padahal V sendiri yang memperkenalkan, tapi saat Jungkook mengulurkan tangan pada Jimin, pemuda berandalan itu menepuk keras tangan keduanya agar tak berjabatan.

"Jangan sentuh Jimin-hyung. Dia panuan. Kau bisa ketularan."

Cepat, Jungkook mengangguk. Jimin menghela napas karena menduga bocah Seoul itu benar-benar percaya tangannya kena infeksi jamur.

Jeon Jungkook terlihat mudah dikibuli. Apalagi dari caranya bersikap yang serba salah, jelas sekali mentalnya belum matang. Bocah ini pasti mudah diperas, potensial dijadikan remasan adonan. Lumayan kalau dompetnya tebal, bisa jadi sumber uang.

Jimin tersenyum tipis tanpa sadar. Jungkook masih saja menatap V yang sedang berpikir, menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti sedang menimbang ke mana selanjutnya mereka akan pergi.

"Kalian mau sarapan di suatu tempat?" Jimin bertanya, "Lalu si Pejuang Cinta Ternekat Abad 21 juga di mana? Apa dia kembali lagi ke Seoul untuk menemukan hati busuknya yang ketinggalan di penjara?"

"Kalau brengsek kira-kira," sanggah V. "Hati Namjoon-hyung itu tidak busuk, cuma kudisan."

V mengabaikan Jimin yang menatapnya dengan mata membahasakan sial, kau benar juga; untuk menatap Jungkook yang masih saja ragu memandang sekeliling mereka. Mendadak V menyesal telah mengajaknya keluar rumah. Mata seorang manusia Seoul tidak akan terbiasa dengan pemandangan cokelat kusam dan hitam pekat di mana-mana. Black Sun sedang redup hari ini. Sepertinya hujan air pembuangan dari Dunia Atas belum jadi turun, mungkin baru akan dijadwalkan untuk mendera.

Dawn without Sunrise | MinYoon, TaeKook, NamJin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang