23-Thrombophob

1K 216 110
                                    



"Yang bagus kalo foto," Junaedi menatap gadis itu sinis. Athalia berdecak kesal. "Kalau Bang June nggak percaya sama aku, Bang June selfie aja sendiri," ia berjalan pergi. Baru beberapa langkah, pergelangan tangannya ditarik sangat kuat, Athalia sampai hampir terjungkal jika saja Junaedi tidak menahan punggungnya.

xxx

Ada yang aneh ketika ia mengambil gambar Junaedi. Harus diakui, seniornya ini memang tampan, dengan perangai bad boy. Pintar, pula. Tapi sikapnya tadi malam menyebalkan. Memang, awalnya orang tersebut memberinya selimut agar dirinya terlindung, tetapi gara-gara selimut itu juga ia terjatuh. Jelas itu adalah salahnya sendiri karena ia tidak berhati-hati ketika berjalan, tetapi ia tetap ingin menyalahkan pria bermarga Nasution tersebut.

xxx

Setelah sesi photoshoot selesai, hasil fotonya ditunjukkan kepada para staf dan Baymax. Dan senangnya, semua menyukai hasil foto Athalia. Gadis itu tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada setiap pujian yang ia terima. Ia merasa bangga. Bobby juga dengan gembira menimpali setiap pujian dengan kalimat 'Itu adekku yang ngefoto! Udah jadi fotografer profesional dia!'.

xxx

"Tapi rasanya beda," bantah Ezra. Athalia kembali menggeleng kuat-kuat. Rambut pirang di depannya sekarang ini terlihat sangat bagus, terlebih dengan undershave berwarna kecoklatan. "Itu soalnya Mas Ezra kebiasaan sering ganti warna. Udah Mas, diem dong, ini susah ratanya," Ezra langsung mengunci kedua bibirnya rapat, sehingga jari Athalia yang mengoleskan lip balm dapat bergerak dengan leluasa.

Tiba-tiba, Baymax masuk ke dalam tenda dengan wajah panik. "Ada yang lihat Junaedi?"

xxx

Ia tidak berani menatap keseluruhan wajah orang yang disukainya. Ia takut salah tingkah. Sehingga matanya tertuju hanya kepada sepasang bibir ranum di hadapannya.

xxx

"Lho Dek, ini juga memar," Yoga kini menunduk, beralih ke lutut Athalia. Tidak tahan lagi jika saja wajahnya dapat berubah semerah kepiting rebus, Athalia segera bangkit setelah menggumamkan 'Nggak apa-apa kok Mas,' dan berjalan cepat keluar dari tenda.

***

xxx

"Apa dia pamit sebelum pergi?" tanya Baymax kepada seluruh orang di situ. Tidak ada yang menjawab.

"Ya sudah. Member yang lain, kalian harus kumpul di sini, jadi satu. Staf aja yang nyari anak itu. Beberapa cari ke kampung deket sini, tanya warga juga. Beberapa sewa mobil warga, cari di jalan besar. Beberapa lagi pinjam motor trail sewaan buat cari di sekitar pesisir pantai. Walau penyewaan sudah tutup, kalau buat nyari orang hilang pasti mereka ngebolehin kita pinjem. Laksanakan!" Setelah penjelasan Baymax selesai, para staf segera berpencar.

Jinan memainkan jarinya gelisah. "Aduh anak itu," rutuknya. Ezra yang baru saja keluar dari tenda langsung mengelus punggung Jinan yang tidak tenang, sedangkan Yoga tengah bertanya kepada adik sepupunya. Athalia berjalan menjauh dari mereka.

xxx

"B... Bang June? Dicari-" sebelum Athalia bisa menyelesaikan perkataannya, pria itu melempar sebuah kantong plastik ke pangkuan Athalia, dan berbalik untuk menutup pintu. Beberapa detik setelahnya, ia bisa mendengar teriakan nyaring kakaknya dari luar. Sepertinya kedatangan Junaedi juga sudah diketahui oleh yang lainnya.

"Dasar," Athalia melempar kantong pemberian sang kakak tingkat ke atas meja, dan melanjutkan aksi bersih-bersihnya.

***

xxx

"Yang lain mana?" tanya Athalia. Chandra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia tengah berdiri di samping Athalia, bingung harus melakukan apa. "Em... Mas Yoga, Mas Bobby, Mas Jinan, sama Mas Handaru masih nginterogasi Bang June," begitu melihat tumpukan piring yang dikeluarkan Athalia dari rak, ia segera mengambilnya.

xxx

"Nanti malem... jalan di pinggir pantai, yuk? Ada... yang mau aku omongin," pandangan gadis itu jatuh ke lantai. Chandra tidak bisa menahan otot wajahnya untuk tidak tersenyum. "Oke,"

***

Selesai acara 'interogasi', akhirnya seluruh member iKON sudah berkumpul lengkap di dalam pondok. Mereka menyantap makan malam bersama-sama, sambil menonton televisi yang menayangkan sinetron Anak Jalanan. "Jangan diganti! Pokoknya jangan diganti!" keukeuh Handaru ketika Jinan hendak mengganti channel untuk menonton sitcom favoritnya, Tetangga Masa Gitu. Dan akhirnya, yang tua hanya bisa mengalah.

Selesai makan, mereka bermain hompimpa untuk menentukan siapa yang mencuci piring. Bobby dan Junaedi yang terpilih. Sedangkan member yang lain sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, Athalia duduk di pinggir sofa, mengamati memar di lututnya yang makin lebar dan mulai menghitam.

xxx

"Dek, ini punyamu? Dipakai aja sekarang," ujarnya, sembari mengacungkan sebuah balok karton kecil.

"Thrombophob?" Athalia membaca tulisan di kemasan tersebut.

"Mas Yoga aja yang pijit, aku gak jago hehe," Chandra akhirnya bangkit, bertukar posisi dengan Yoga.

xxx

Athalia melihat keadaan di sekelilingnya. Handaru masih tiduran di atas kasur lipat, matanya terpaku pada televisi. Kakaknya sedang berada di dapur, mungkin memasak indomie rasa rendang. Buktinya, dari dapur terdengar lagu Queen - Bohemian Rhapsody, serta suara kakaknya yang ikut bernyanyi. Suara Ezra ikut mengiri, yang berari pria pirang itu juga berada di dapur. Yoga baru saja masuk ke kamar mandi, dan Jinan sudah terlelap menggunakan eye patch. Selepas mencuci piring Junaedi izin ke belakang pondok untuk merokok, dan kini Chandra tengah menatap Athalia dari pintu.

xxx

Inspirasi chapter ini?  Gara-gara salep thrombophob saya yang habis.  Hehehe.  Benda itu selalu ada di tas saya, karena saya ini sering memar, terutama di bagian kaki dan pinggang.  Biasanya sih karena nge-dance dan olahraga memar-memar itu muncul di tubuh saya.  Dan memar itu selaaaaluuu ada di hidup saya.  Jadi kalo memar yang satu hilang, pasti muncul lagi di tempat lain :v

xxx

Double update, puas kan? 

By the way, saya mau update chapter special.  Kapan?  Tergantung antusiasme pembaca.  Jadi, gimana nih?

 xxx

Dewangga [Sedang Proses Revisi]Where stories live. Discover now