21-Pantai

1K 220 106
                                    


Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Setelah sore tadi seluruh member iKON beserta Athalia berkumpul di gedung Yanggun Entertainment, mereka akhirnya berangkat menuju pantai Malang selatan, tujuan untuk tempat syuting video klip serta photoshoot. Staff dan juga peralatan yang dibawa termasuk banyak, sehingga tiga bus yang telah disediakan oleh pihak agensi terisi penuh.

Athalia juga sempat bertemu dengan pimpinan Yanggun Entertainment yang menangani agensi di Surabaya; seorang DJ dan co-CEO bernama Tablo. Ia juga sudah berkenalan dengan orang yang kini menjadi manager iKON, seorang pria paruh baya yang besar, yang menolak untuk memberitahukan nama aslinya dan meminta dipanggil Baymax.

Sepanjang perjalanan, Athalia sibuk berkutat dengan laptopnya, mengerjakan tugas yang diberikan Khansa dan Junaedi. Tugas yang diberikan tempo hari sebagai penilaian untuk seleksi. Tugas untuk angkatannya tersebut termasuk banyak, yaitu membuat hortatory text* dari tiga topik. Aku harus menampilkan yang terbaik, Athalia bertekad.

***

xxx

"Kenapa, lo maunya di hotel berbintang? Ada tuh yang paling deket dari sini, sekitar 30 kilo," balas Ezra. Junaedi segera duduk di sofa dan mengistirahatkan kakinya di situ, menutupi seluruh sofa. "Ini sofa sudah ku-booking," ucapnya cuek.

xxx

Tiba-tiba Bobby masuk sambil menggandeng Athalia. "Ngalih o Jun! Sofa iku tak pek! (Pergi sana Jun! Sofa itu aku yang punya!)"

"Males," Junaedi malah berbalik, kini berusaha tidur. Tidak lama kemudian, ia merasa tubuhnya melayang, dan akhirnya jatuh ke lantai dengan suara bedebuk yang keras. "Shit?!"

xxx

"Gak mau tahu! Kamu di sini, Dek. Aku wis diwanti Papi mesti njagakno awakmu. Wes ndek kene ae (Aku sudah disuruh Papi harus njagain dirimu. Sudah di sini aja)," Titah Bobby. Athalia hanya bisa mengangguk patuh, lagipula tadi kakaknya juga sudah izin kepada Baymax.

***

Athalia sebetulnya menyayangi kakaknya. Jelas, dong. Tetapi kalau terlalu protektif sampai menganggap Athalia sebagai seorang anak kecil yang tidak bisa apa-apa dan harus selalu diawasi, hal tersebut membuatnya kesal. Seperti contohnya malam ini, setelah semua sudah tidur dengan lelap, Bobby menguncinya dalam sebuah pelukan yang erat.

xxx

Kaget, otomatis suara pekikan keluar dari mulutnya. Setelah tangannya bergerak, barulah ia sadar bahwa tubuhnya baru saja tertutup oleh selimut. Ketika kepalanya sudah bebas dari kain tersebut, ia melihat Junaedi yang baru saja duduk di kursi teras yang terletak setelah meja teras.

"Kalau keluar itu pake jaket," nada pria itu seakan menegur Athalia. Gadis itu memperhatikan Junaedi yang berpakaian tertutup; celana training hitam dan jaket abu-abu. Jelas selain tidak kedinginan, tubuhnya terlindung dari gigitan serangga. Athalia meletakkan laptop yang ada di pangkuannya ke meja di antara kursi mereka berdua, dan segera menyampirkan selimut biru di tubuhnya. Kakinya juga ia buat bersila di kursi sehingga ikut tertutup selimut.

xxx

Athalia kembali mengerjakan tugas di-laptopnya, mengetik dengan cepat kala ide dan opini mengalir dari otaknya. Benar-benar tidak dianggapnya keberadaan manusia di sampingnya, yang sekarang tengah menyulut sepuntung rokok.

xxx

"Gak mood," jawab June acuh. Aku nggak sejahat itu, batin pria Batak tersebut dalam hatinya.

xxx

"Duh masa buang sampah di tempat aja gak bisa, kayak anak kecil." Athalia menyindir kakak tingkatnya. June menatap Athalia dengan pandangan tidak suka dan akhirnya dengan berat hati berdiri, berjalan menuju puntung rokoknya, menunduk untuk memungut benda tersebut dan akhirnya membuangnya di tempat sampah.

xxx

Junaedi langsung bangkit dan merengkuh Athalia ke pangkuannya. "Thal! Gapapa?"

xxx

"Laptopnya gapapa?" tanya Junaedi lagi, kini tangannya sibuk melepas selimut yang membelit tubuh Athalia. Gadis tersebut mengangguk pelan, yakin bahwa benda elektronik yang ia bawa tersebut tidak menyentuh permukaan lantai sama sekali.

xxx

"Cepet tidur,"







xxx



For those who asked for a Junthal moment.

Liburan ini sebetulnya lumayan lancar nulis fanfictionnya. Malah sampai sudah bikin ff baru lagi, winner sama ikon. Tapi masih saya simpan, nanti lah saya publish waktu Dewangga sudah 80% komplit.

xxx

Adakah yang mulai bosan dengan Dewangga? Jujur aja gapapa guys hehe. Entah kenapa saya menyesal karena terlalu panjang menulis pengenalan tokoh yang terlalu panjang. Jadinya konflik utama baru masuk pas beberapa chapter terakhir ini. Saya sungguh berterima kasih kepada kalian semua yang mau membaca cerita nista ini, cerita yang sungguh banyak kelemahannya :')

By the way, foto profil owe gimana? Ganteng kan? Hehehehe.

xxx

Dewangga [Sedang Proses Revisi]Where stories live. Discover now