Keadaan hening membuat Acha teringat Micell. Perempuan itu kembali lagi. Bertemu dengan Elang lagi. Dan bisa saja mereka kembali bersama?

Ahh, berpikir seperti itu kenapa semakin membuat kepala Acha sakit.

Acha mengangkat wajahnya dari bantal. Melihat ke jam dinding. Jam 8 malam. Acha bangun dari tempat tidurnya dengan rambut dan pakaian yang mulai berantakan.

Gadis berbaju warna Maroon dan celana yang sampai lutut itu bergerak mengambil ikat rambutnya dimeja belajar.

Tok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tok

Tok

"Acha."

Bukan Tasya lagi, tapi kali ini Mama sendiri yang memanggil Acha. Acha sudah menebak pasti Mama akan menyuruh untuk makan.

"Acha?" panggilan itu kembali terdengar.

"Iya, Mah. Nanti Acha makan kok." Jawab Acha sambil berjalan ke arah pintu kamarnya dan membukanya.

"Nantinya kapan? Udah ayok ke bawah! Ada Elang tuh diluar."

Acha mengernyit. Ngapain dia? Batin Acha.

"Udah ayok buruan ke bawah!" Ajak Mama lagi.

Acha menggeleng pelan. Ia malas untuk bertemu Elang. "Mah, bilang Acha lagi tidur yaaa..." rayu Acha dengan muka memelas.

Mama menggeleng cepat. "Nggak. Kesian dia udah kesini. Kebawah loh Cha! Jangan tidur lagi!" Setelah memperingatkan Acha untuk makan dan menemui Elang. Mama segara berbalik dan berjalan meninggalkan Acha yang sudah memajukan bibirnya kesal.

Kalau mama yang nyuruh, gimana Acha bisa nolak?

Lagian Acha heran kenapa Mama sangat senang sekali pada Elang. Huhh.
Acha mengikat rambutnya asal membiarkan beberapa rambut terjatuh di bahunya. Setelah itu Acha menuruni tangga, dan langsung bertemu dengan Anna didapur.

Gadis kecil itu bersorak memberitahu ada Elang. Acha menghela napasnya kasar. Apa cuman dirinya yang tidak senang jika Elang datang malam ini?

"Ehm." Acha berdehem, sontak membuat Elang yang sedang menatap fokus ke langit segera berbalik badan dan melihat Acha sudah berdiri dibelakangnya.

"Cha,"

"Apa?"

"Ganggu ya gue?"

"Nggak."

Keduanya terdiam. Sama-sama menatap langit yang terlihat berawan. Karna tidak adanya bintang bermunculan. Angin-angin pun terasa sejuk mengenai permukaan kulit dua remaja itu.

"Lo marah sama gue?" Tanya Elang, pandangan nya masih fokus ke langit.

Semilir angin yang dingin membuat Acha memeluk dirinya sendiri. Gadis itu menoleh ke Elang yang berdiri disebelah kanannya. "Marah kenapa?"

STAYEDWhere stories live. Discover now