21:: Menghilang Tanpa Jejak

1.3K 64 4
                                    

Sudah seminggu Alana berada di apartemennya. Tidak ada yang mengetahui tempat ini. Claretta mantan sahabatnya tidak tau. Mamanya pun juga tidak tau.

Alana masih belum mau pulang kerumahnya, karna baginya rumahnya itu bagaikan neraka.

Kini Alana mengaktifkan ponselnya, setelah seminggu pun dia memang sengaja menonaktifkan ponselnya. Namun saat dibuka tidak ada yang mencarinya, bahkan Mamanya pun tidak mengirimkan pesan untuknya.

"Bagi mereka semua emang gue tuh gak penting ya," ucapnya lirih sambil menghela napasnya.

Alana pun melangkah gontai keluar apartemennya, sudah seminggu dia menginjakkan kakinya untuk keluar. Maka ia memutuskan untuk berjalan-jalan pagi untuk membunuh rasa bosannya.

Setelah itu Alana mampir ke caffe dekat apartemennya. Dia duduk sendiri sambil meminum coffe panas dan melamun melihat ke arah kaca besar yang memperlihatkan jalan raya.

"Hai," tiba-tiba ada suara seseorang yang mengaggetkan lamunanya.

Alana pun menengok ke sumber suara tersebut, betapa kagetnya dia saat melihat orang yang di depannya ini. "Lah? ka Farel? Kok lo bisa disini?"

"Gue tadi abis mampir ke apartemennya temen gue dan gue mampir kesini lalu ngeliat lo lagi ngelamun," jelas Farel

Alana pun hanya menganggukan kepalanya lalu meminum coffenya.

"Ohiya gue jarang liat lo disekolah seminggu ini, kenapa gak masuk?"

Aduh, ni orang ngapain sih nanya kaya gini. Batin Alana.

"Lo ada masalah?"

Alana pun menjadi salah tingkah ketika di tanya seperti itu "Eh engga kok, biasa aja. Cuma lagi gak enak badan aja jadi gue gak masuk sekolah"

"Kalo boleh tau, emang lo sakit apa?"

Buset, ni orang kepo amat elah, batin Alana kesal.

"Pokonya sakit dan gue bisa mati berdiri kalo gue ke sekolah"

Aduh, ngomong apasih gue. Katanya dalam hati

Farel pun tertawa mendengar jawaban dari Alana "Haha lucu banget sih lo"

Alana pun hanya memaksa tersenyum dan kembali meminum coffenya.

Lalu Farel pamit untuk pergi karna ada urusan "Gue duluan yaa, ada urusan penting nih. Cepet sembuh Alana. See you," ucap Farel sambil mengacak rambut Alana dan pergi.

"Bye. See you," ucapnya sambil melambaikan tangan ke arah Farel

Melihat punggung Farel sudah jauh dari tempat duduknya, Alana pun merasa lega.

"Huft, untung dia gak nanya yang aneh-aneh. Mending gue balik ke apart deh biar aman," ucap Alana dan langsung pergi terburu-buru.

Saat ia sudah sampai di dalam kamarnya, Alana benar-benar sudah merasa lega.

Segera dia mengunci pintunya rapat-rapat dan kembali berdiam diri di dalam apartemennya.

Tiba-tiba ponsel Alana pun berdering, Alana segera melihat siapa yang menelfonnya.

Claretta is calling . . .

Melihat siapa yang menelfon, Alana pun menyeritkan keningnya lalu langsung menekan tombol merah untuk menolak panggilan tersebut. Namun Claretta masih terus menghubunginya. Alana pun merasa kesal lalu kembali menonaktifkan ponselnya.

"Ngapain sih tuh orang nelfon elah ganggu aja," ucap Alana sambil melempar ponselnya ke atas tempat tidurnya.

Lalu dia memilih menonton drama di ruang tamunya untuk menghabiskan waktunya.

Idiot StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang