20:: Waktu Untuk Sendiri

1.1K 66 0
                                    

Alana menjalankan mobilnya tidak tau ingin kemana, tidak ada tempat yang ingin dia tuju. Rumahnya tidak mungkin. Rumah Claretta mantan sahabatnya juga tidak mungkin.

Jika dulu saat Alana sedang ada masalah pasti dia mendatangi rumah Claretta, sahabatnya itu pasti dengan senang membantunya. Tetapi kini tidak lagi.

Alana menjalankan mobilnya menuju Apartment-nya, Alana sengaja menyewa Apartment untuk pelarian saja. Jarang sekali dia mengunjungi tempat ini.

Dibukanya pintu tersebut terlihatlah ruangan sederhana, ada empat ruangan di dalamnya. Ruang utama untuk tamu dan sekedar menonton tv, ruang kedua dan ketiga ada kamar dan ruang keempat dapur.

Alana segera melempar tubuhnya diatas kasurnya yang empuk itu, ini adalah tempat ternyaman bagi Alana. Karena disini dia merasa sangat tenang tanpa gangguan apapun.

Alana memejamkan matanya untuk sementara waktu melupakan semua masalahnya.

Alvaro POV

Semenjak Viola kembali ke Indonesia, setiap pagi Alvaro harus menjemput Viola kerumahnya, itu adalah permintaan gadis tersebut.

"Elah, kalo bukan karna itu juga gak mau gue jemput si nenek lampir." ucapku sambil membenarkan jambul ku yang super badai. Dan siap menjalankan motor untuk menjemput nenek lampir.

Ku fokuskan mataku ke depan agar cepat sampai dan akhirnya pintu gerbang rumahnya sudah terlihat dekat.

"Morning sayang," sapa Viola manja

"Apansih lo, udah cepet naik," gerutuku karna sikap manjanya.

"Ih marah terus kamu mah"

Aku pun dengan cepat menjalankan motorku ke arah sekolah dengan waktu tidak lama gedung sekolahku sudah terlihat.

Aku dan Viola berjalan ke arah kelas, berharap ada dia dikelas. Entah mengapa aku merasa bersalah atas perkataanku semalam.

Ku lihat kelas sudah ramai tetapi Alana tidak ada dibangkunya.

Alana kemana ya, masa gak masuk sih, batinku.

"Kamu ko ngelamun ajasih Al? Ayo," ucap Viola disebelahku dan langsung menarik lenganku, aku hanya bisa mengusap wajahku gusar.

Bel masuk pun sudah berbunyi, tetapi Alana tak kunjung datang.

Kok gue nungguin tuh cewek ya? Ah bodo amat deh, batinku.

Author POV

Alana masih tertidur nyenyak diatas kasurnya. Hingga sinar matahari pagi membangunkanya karena jendela kamarnya sedari tadi malam di buka dan dia lupa menutupnya.

"Hoaaaammmm," gumam Alana sambil meregangkan otot-ototnya.

Ditengoknya jendela yang terbuka, "Lah jendelanya lupa gue tutup," ucap Alana sambil berjalan ke arah jendela dan menutupnya.

Alana kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dan menatap langit-langit kamar apartemennya, air matanya pun sudah mengering.

"Lo jahat banget bilang gue kaya gitu Al," lirihnya dan di pelupuk matanya sudah ada benda bening yang siap untuk meluncur jatuh.

"Sehina itu ya gue dimana lo?" tanyanya pada diri sendiri, dan benda bening dari pelupuk matanya sudah jatuh di pipinya.

Dengan sigap Alana menghapus air matanya, dan kembali memejamkan matanya.

Sekarang gue bingung, gue sayang lo dan lo gak sayang sama gue. Yatuhan, sesulit ini kah mencintainya? Batin Alana, masih memejamkan matanya.

Idiot StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang