Chapter 26 : Kesal

Mulai dari awal
                                    

"AAAA!!!!" erangku begitu takutnya dengan jarum suntik.

Buru-buru Mocca menyimpan alat suntiknya dan kembali memegang tanganku. Aku merasa seperti berada di rumah sakit. "Hallow! Jangan berteriak! Itu hanya suntikan. Itu tidak akan membunuhmu. Malah akan menyembuhkanmu. Lagi pula, tak ada rasa sakit padamu, kan? Tenanglah."

Aku merinding. "T-tapi, jarum suntik itu terlihat seperti ingin menusukku lagi. Aku takut."

Mocca menghela napas berat. Menepuk-nepuk punggung tanganku. "Tidak apa-apa. Yang penting aku sudah mengobatimu. Sekarang, kau harus makan. Ai dan Lof sudah membuatkanmu bubur yang aku taburi obat vitamin. Itu akan membuat tubuhmu kembali pulih. Aku akan mengatur posisi dudukmu dulu."

Mocca menarik bantal dan mendirikan bantal itu untuk aku sandari. Lalu dia mengangkat kepala dan punggungku dengan hati-hati. Aku memundurkan diriku ke bantal yang Mocca berikan, bersandar di sana. Aku meringis merasakan perutku sakit. Entah ada apa di dalam sana, seperti ada yang terluka.

"Pasti itu lambungmu. Kau jarang menggunakan lambungmu untuk pencernaan sehingga lambungmu terluka. Itulah maag," kata Mocca menjelaskan keluhanku seraya mengambil semangkok bubur yang ada di nakas dan duduk di sampingku. "Dan waktunya kau menggunakan lambungmu untuk mengisi perutmu yang kosong. Makanlah ini. Aku akan menyuapimu."

"Tapi ..."

"Aku tidak ingin mendengar alasanmu menolak makanan lagi, Hallow. Aku sangat sedih melihatmu jatuh sakit seperti ini. Hanya karena pola makanmu tak teratur, kau harus minum obat dan beristirahat. Aku melihat tubuhmu juga lebih kurus dibandingkan tubuhku. Makan atau besok kau tidak bisa ikut sekolah denganku."

"Hiks. Baiklah. Maafkan aku, Mocca. Aku akan menjaga pola makanku dengan baik. Aku menyesal sudah membuatmu khawatir."

"Hentikan pura-pura menangis itu dan terima sendok pertama buburmu ini. Kau terlihat bego. Tapi baguslah kalau kau menyesal."

"Hehehe."

Aku menerima suapan pertama buburku setelah Mocca meniupkan bubur di sendok itu agar mulutku tidak kepanasan. Hangat dan tekstur lembut dan lunak ini membuat lidahku merasakan rasa asin dan manis yang tidak buruk. Intinya, bubur ini enak. Aku suka. Aku pikir bubur itu rasanya tidak enak.

"Bagaimana rasanya?" tanya Mocca.

"Enak," jawabku masih mengunyah makanan yang ada di dalam mulutku.

"Obatnya sudah berkerja. Selera makanmu menjadi kembali stabil. Besok pagi kau juga akan aku berikan obat yang sama selama 3 hari sampai nafsu makanmu menjadi normal. Jangan khawatir, aku tidak akan menyuntikmu lagi. Obatnya akan aku buat berbentuk pil. Jadi kau bisa telan obat itu tanpa merasakan jarum menusukmu," jelas Mocca. "Suapan keduamu."

Aku membuka mulutku menerima makanan itu masuk. Rasa lapar aku rasakan saat memandang makanan itu. Juga nafsu makanku sudah membaik. Senang sekali perutku mau menerima makanan. Apalagi dokter yang merawatku adalah Mocca. Aku tersenyum di sela kunyahanku. Mulutku ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba saja aku tersedak bubur. Mocca meletakkan mangkok buburnya dan mengambil segelas air minum. Menyodorkan gelas itu padaku membantuku untuk sampai ke mulutku.

"Makanya, kalau mau bicara selesaikan dulu makannya," kata Mocca setelah memberikanku minum.

"Hehe, aku lupa," balasku agak malu.

"Jadi, apa yang ingin tadi kau katakan?" tanya Mocca seraya mengambil mangkok bubur itu kembali.

Aku mengangkat tangan kananku meraih sebelah pipinya. Mocca menurunkan mangkok bubur di atas kedua pahanya memegang punggung tangan kananku. Matanya memejam damai menerima tangan kananku berada di sebelah pipinya. Juga senyuman manis itu membuatnya terlihat bercahaya.

Mocca HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang