EPISODE KETUJUH: MASTER

370 24 6
                                    

Di sebuah kamar, terlihat banyak sekali perabot-perabot yang bisa ditebak pemilik kamar ini adalah seorang gadis, ditambah ranjang yang terlihat mewah berwarna merah muda. Di kamar ini, terdapat sebuah daun pintu berwarna putih dihiasi stiker bunga-bunga kecil indah. Di balik daun pintu itu, terdengar suara orang, tepatnya dua orang. Dari suaranya, satu bersuara perempuan dan satu lagi laki-laki.

"Melody... kau yakin?" tanya suara pria itu.

"Iya, aku akan melakukannya dengan cepat," jawab perempuan bernama Melody.

"Apa kau tidak akan kesakitan?"

"Aku akan menahannya."

"Ba-Baiklah... tapi kalau sakit, tidak apa-apa kau berteriak."

"Tidak, aku akan menahannya... Kalau sampai terdengar, mereka bisa bangun dan mengganggu kita."

"Ba-Baiklah... Kalau kau kelelahan, berhenti saja dulu."

Selanjutnya, tidak terdengar suara mereka berdua lagi. Hanya suara serangga malam yang bernyanyi, bahkan burung hantu pun ikut bernyanyi untuk menghilangkan kesunyian malam. Setelah beberapa menit, daun pintu itu pun terbuka. Kedua sosok terlihat yang tak lain adalah Ken dan Melody.

"Terima kasih, Melody," ucap Ken. "Sampai harus mengganggumu di malam hari."

"Itu sudah menjadi tugasku," jawab Melody. "Lagipula, aku sendiri yang mengingikannya."

"I-Iya... tidak disangka sekarang kau bisa melakukannya dengan cepat, bahkan aku tidak merasakan sakit."

"Tentu saja, karena aku sudah terbiasa. Yah, kalau tidak dilakukan secepatnya, mungkin akan mengganggu untuk pekerjaan kita besok. Ditambah, telinga buatanmu itu kan bukan hanya sebagai alat komunikasi selama pekerjaan. Melainkan sebagai telingamu juga, kalau tidak segera diperbaiki akan berakibat fatal."

"Memang benar, aku tidak menyadarinya. Pantas saja kau tidak menghubungiku setelah aku jatuh ke jurang. Tapi, bukankah telinga buatanmu ini tahan terhadap air. Kenapa bisa alat untuk berkomunikasi denganmu rusak?"

"Sebenarnya bukan air yang mengakibatkan kerusakan itu, melainkan hantaman saat telinga buatanku mengenai air saat kau jatuh ke jurang. Aku menyadarinya saat ingin memberimu informasi tentang tugas yang sebenarnya."

"Begitu, ya... Aku saat itu tidak mencoba menghubungiku, mungkin kau sibuk membantu Saya di pertarungannya."

"Aku memang sedang memberitahukan pekerjaan yang sebenarnya kepada Saya, tapi tidak lama..."

Ken tiba-tiba memegang tangan Melody, sedikit mengangkat kedua tangan melihat telapak tangannya. "Apa benar kau tidak terluka? Terakhir kali kau memperbaiki telinga buatan ini, kau mendapatkan luka goresan kecil saat memakai alatnya."

Wajah Melody merona memerah, dia sedikit malu atas perhatian dari Ken sekaligus senang dengan sikap Ken itu. Tapi, dengan cepat Melody menarik tangannya dan memalingkan wajah yang merona merah. "Hmph, jangan jadikan alasan perhatianmu itu untuk mengambil kesempatan memegang tanganku. Dasar genit!"

"Eh, ya... Kalau kau mengatakan seperti itu, berarti kau baik-baik saja," respon Ken. "Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke kamarku." Ken pun berjalan menuju pintu keluar.

"Ken..." panggil lembut Melody. Ken pun berbalik melihat Melody yang masih menundukkan kepala karena malu. "A-Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu untukku...?" lanjut Melody dengan nada malu.

"Ah, iya, aku lupa." Melody pun perlahan mengangkat kepalanya, melihat ke arah Ken dengan harapan senang. "Selamat malam, Melody. Jangan tidur malam-malam, dan pakai selimut supaya kau tidak masuk angin."

PETUALANGAN DI DEPAN MATA (Slow Update)Where stories live. Discover now